2. 28
2
WINDA KUSUMAWATI SUPANDI
1611511009
USY ANGGRE YUNI MARBUN 1611511012
HANY SINTYA NIDA 1611511017
NI LUH PUTU EVI SARI DEWI 1611511020
FRANSISCO SITUMORANG
1611511022
AGNES ANGGI HASIAN SILABAN
1611511025
3. HECTOR,1987. Wisata dalam bentuk perjalanan ke tempat-tempat alam terbuka
yang relative belum terjamah/tercemar dengan tujuan khusus untuk
mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan dengan tumbuh-
tumbuhan dengan satwa liarnya juga, dan semua manifestasi kebudayaan yang
ada, baik dari masa lampau maupun masa kini di tempat-tempat tersebut.
The Ecotourism Society. Perjalanan ke tempat-tempat di alam bebas dengan
tujuan melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk
setempat.
Australian Department of Tourism (Black,1999), ekowisata adalah wisata
berbasis alam dengan mengikutkan aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti
bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus
(Alternative Tourism) dengan objek dan daya tarik wisata alam. Dalam hal ini
ekowisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan
interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan
pengelolaan kelestarian ekologis.
4. 28
4
Perwakilan masyarakat lokal menjadi anggota
pengelola DTW/Pokdarwis
Adanya peraturan yang disesuaikan dengan
budaya setempat (awig-awig)
Melibatkan lembaga adat dan dinas setempat
Memprioritaskan masyarakat lokal sebagai tenaga
kerja di DTW
Adanya komunikasi dalam bentuk musyawarah/
persetujuan masyarakat setempat terhadap
kebijakanyayang berlaku
Meprioritaskan pengelolaan dan kepemilikan oleh
masyarakat lokal (local ownership)
5. 28
5
Informasi tentang karakteristik ekowisata yang berkaitan dengan organisasi
sangat langka, sebagian karena kurangnya publikasi penelitian tentang topik ini
dan sebagian karena kurangnya informasi yang tersedia dari pihak organisasi itu
sendiri. Namun demikian pengamatan sementara dapat dilakukan melalui:
Pembentukan kelompok
Halpenny (2001) setidaknya ada tiga keadaan yang secara individu atau
kombinasi
memicu pembentukannya.
a. Pertama, beberapa dipahami sebagai hasil dari konferensi ekowisata, yang
memberikan massa kritis interaksi pemangku kepentingan yang
diperlukan untuk mengidentifikasi masalah dan masalah umum dan
memulai langkah-langkah kelembagaan formal untuk mengatasi
masalah ini.
b. Faktor kedua adalah restrukturisasi dan penempatan kembali organisasi
yang sudah ada.
c. Ketiga, dibentuk sebagai respons terhadap krisis dan bencana
6. 28
6
Fungsi
Sebagian besar organisasi memiliki misi atau pernyataan visi
yang merangkum mandat inti mereka dan memberikan dasar
untuk artikulasi tujuan strategis, biasanya pernyataan yayasan
ini mencerminkan keinginan untuk melindungi dan
mempertahankan sumber daya alam sambil mengatasi
kepentingan sah operasi dan pemangku kepentingan lainnya.
Struktur, keanggotaan, dan pendanaan
Sebagian besar organisasi ekowisata berbasis keanggotaan
adalah entitas nirlaba yang dikendalikan oleh dewan
sukarelawan yang menyetujui anggaran tahunan untuk
menetapkan program tahun ini dan melaporkan kepada
anggota melalui buletin dan selama pertemuan tahunan.
7. 28
7
Keanggotaan biasanya terbuka untuk pihak yang
berkepentingan dan biasanya terdiri dari campuran individu
dari berbagai sektor (mis. Operator, akademisi, ekowisata,
pelajar, dan perwakilan pemerintah). Laba dari hasil kegiatan
ekowisata adalah sumber pendapatan operasi yang paling
lazim dan penting. Kemampuan untuk menarik dan
mempertahankan konstituensi yang kuat adalah penting tidak
hanya untuk memenuhi berbagai peran organisasi, melalui
massa kritis tetapi juga untuk memastikan keberlanjutan
organisasi.
8. Selain itu dengan adanya perlembagan pariwisata
maka muncul lembaga baru dan adanya penguatan
lembaga yang sudah ada
Pentingnya ada lembaga khusus untuk mengelola
ekowisata di suatu daerah agar program ekowisata
dapat dikelola secara efektif oleh masing-masing
bagian sesuai dengan tugas dan wewenangnnya.
Pembentukan lembaga pengelola ekowisata dan
program ekowisata disesuai dengan prinsip-prinsip
yang digagas oleh The International Ecotourism
Society (TIES) tahun 2000.
10. Lokasi konservasi hutan bambu ini berada di
wilayah Desa Adat Penglipuran. Luas lahan
hutan bambu sekitar 75 ha. Tanaman bamb
u di desa ini memang sudah dikembangkan
dan dipelihara oleh masyarakat desa secara
turun-temurun dibawah pengawasan ketua
Adat Desa Penglipuran. Peraturan mengena
i pengelolaan, pemungutan dan pemeliharaa
n bambu dikenal dengan nama Awig-awig.
14. DAFTAR
PUSTAKA
• Arida, N.S. 2006. Dinamika
Ekowisata Tri Ning Tri di Bali.
Denpasar. Pustaka Larasan.
• Weaver, David. 2008. Ecotourism:
Second Edition. John Wiley &
Sons Australia Ltd. Australia