Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
g Layanan TBC Anak dan 8888888888888Remaja.pdf
1. Tim Kerja TBC – Dit. P2PM
Paparan Model dan Jejaring Layanan TBC
Nurul Badriyah, S.K.M
Disampaikan Pada Sosialisasi Petunjuk Teknis Tata Laksana Tuberkulosis Anak Dan Remaja Tahun 2023
– 1 November 2023
2. 2
Outline 1 Model Layanan TBC pada Anak dan Remaja
2 Jejaring Layanan TBC
• Jejaring Internal
• Jejaring Eksternal
3. 3
3
Integrasi perawatan pasien TBC anak dan remaja
yang berpusat pada keluarga dan komunitas,
meliputi:
Model Layanan TBC pada
Anak dan Remaja
Latar Belakang :
Salah satu tantangan keterlambatan
penemuan dan tata laksana TBC anak dan
remaja adalah belum optimalnya pelayanan di
fasyankes
Diperlukan strategi yang efektif dalam
mencegah, identifikasi, dan tata laksana TBC
untuk menjamin pasien TBC (anak dan remaja)
mendapatkan pelayanan yang berkualitas
Tata laksana TBC pada anak dan remaja
dilakukan di semua tingkat layanan FKTP dan
FKTL.
1. Memperkuat kolaborasi dan koordinasi
lintas program seperti program KIA, dan
kesehatan remaja
2. Memastikan anak dan remaja dengan
penyakit komorbid (misalnya meningitis,
malnutrisi, pneumonia, penyakit paru kronis,
HIV) secara rutin dilakukan evaluasi TBC
3. Meningkatkan pemahaman dan
kepedulian komunitas dan kader TBC terkait
TBC anak dan remaja
4. Membantu mengatasi permasalahan
stigma dan diskriminasi yang dialami anak
dan remaja Memberikan dukungan
kepatuhan minum obat
5. FKTP
FKTL
Jejaring
Internal TBC
Tujuan Jejaring Internal:
❑ Meningkatkan koordinasi dan peran dari poliklinik/klaster lainnya
❑ Meningkatkan kolaborasi layanan antar poliklinik/klaster di
fasyankes
❑ Mencegah terjadinya keterlambatan diagnosis dan pengobatan.
❑ Memastikan kepatuhan pengobatan
❑ Memastikan seluruh terduga dan/atau kasus yang ditemukan di
poliklinik/klaster lain dilaporkan dalam sistem informasi TBC
Terbagi menjadi :
Jejaring Internal mencakup :
1) Penemuan terduga;
2) Penegakan diagnosis;
3) Rujukan penegakan diagnosis;
4) Rujukan pengobatan dan pemantauan pengobatan;
5) Pemberian TPT;
6) Pencatatan dan pelaporan.
6. Pelayanan TBC untuk
anak dan remaja
secara komprehensif
(mulai penegakan
diagnosis sampai
penyelesaian
pengobatan) di
klaster 2,
perlu mengoptimalkan
jejaring internal TBC
dengan melibatkan
klaster 1, lintas
klaster, dan Unit TBC
Jejaring Internal TBC – FKTP
Jejaring internal layanan TBC FKTP di tingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh puskesmas dan
klinik pratama sebagai fasyankes yang memiliki berbagai poliklinik/klaster. Mekanisme jejaring
internal layanan TBC di Puskesmas adalah sebagai berikut:
Contoh jejaring internal di puskesmas
7. Jejaring Internal TBC – FKTL
Jejaring internal layanan TBC FKTL di tingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh Klinik Utama, Balai
Kesehatan, dan Rumah Sakit sebagai fasyankes yang memiliki berbagai poli klinik/unit layanan.
Mekanisme jejaring internal TBC di FKTL adalah sebagai berikut:
Contoh Jejaring Internal di Rumah Sakit
9. Jejaring
Eksternal
TBC
1 Jejaring Pemeriksaan Lab
Memastikan seluruh faskes (pem & swasta) non
TCM/lab memiliki akses dan jejaring rujukan ke
fasyankes TCM/lab
2. Jejaring Rujukan
Pengobatan TBC
Rujukan Terduga Pindah Sebelum Mulai Pengobatan
dan Rujukan Pasien Pindah Setelah Mulai Pengobatan
3. Jejaring Pelacakan Pasien
Mangkir dan Putus Berobat
Pasien mangkir/putus obat milik DPM, Klinik
maupun RS dapat dikomunikasikan dengan Puskesmas
dan Dinkes setempat
4. Jejaring kolaborasi TBC -HIV
Pasien TBC diberikan rujukan untuk pemeriksaan
HIV sesuai jejaring yang ditetapkan dinas kesehatan ,
dan sebaliknya
5. Investigasi Kontak dan
Pemberian TPT
Faskes selain Puskesmas melaporkan dan
mengirimkan kasus indeks kepada Puskesmas
(sesuai wilayah domisi) melalui menu investigasi kontak
di SITB dan koordinasi dengan Dinkes
6. Jejaring Pengelolaan
Logistik
Puskesmas dan RS mengajukan dan/atau memperoleh
OAT Program dari Dinkes. Sementara DPM/Klinik dari
Puskesmas wilayahnya
Tujuan Jejaring
Eskternal:
memastikan seluruh
fasyankes memiliki
akses untuk
memberikan layanan
TBC yang sesuai
standar serta
terlaporkan ke sistem
informasi TBC
10. Jejaring Pemeriksaan Laboratorium mencakup :
a. Alur rujukan laboratorium TBC
b. Alur rujukan pemeriksaan pemantauan pengobatan dengan
mikroskopis BTA
c. Alur rujukan radiologis untuk skrining TBC
d. Alur rujukan diagnosis menggunakan foto toraks
1) Jejaring
Pemeriksaan
Lab
• Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/III.1/936/2021 tentang Perubahan
Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia, alat diagnosis utama
untuk penegakan diagnosis tuberkulosis adalah menggunakan TCM.
• Fasyankes yang tidak memiliki fasilitas pemeriksaan laboratorium dapat
merujuk pasien atau spesimen ke fasyankes lain untuk diagnosis maupun follow
up pasien TBC dan TBC Resistan Obat.
Pengaturan rujukan pasien/spesimen untuk pemeriksaan laboratorium diatur oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai wilayah, kapasitas dan beban kerja masing-
masing laboratorium pemeriksaan.
11. 2) Jejaring
Rujukan
Pengobatan
TBC
Rujukan pengobatan TBC perlu mempertimbangkan preferensi pasien, terbagi
menjadi :
• Rujukan Pasien Pindah Sebelum Mulai Pengobatan
• Rujukan Pasien Pindah Setelah Mulai Pengobatan
Mekanisme jejaring untuk pasien yang pindah seperti gambar alur di bawah ini:
12. 3) Jejaring
Pelacakan
Pasien
Mangkir dan
Putus
Berobat
Mekanisme jejaring untuk pasien mangkir adalah sebagai berikut:
1. Semua fasyankes mengidentifikasi pasien yang tidak datang sesuai jadwal kontrol dan
menghubungi pasien tersebut;
2. Jika pasien tidak kembali dalam waktu 2 (dua) hari setelah jadwal kontrol, maka fasyankes
berkoordinasi dengan puskesmas dan/atau dinas kesehatan kabupaten/kota;
3. Puskesmas melakukan pelacakan langsung atau berkoordinasi dengan kader atau organisasi
komunitas untuk melacak pasien mangkir/putus berobat
13. 4) Jejaring
Kolaborasi
TBC - HIV
Dalam konsep one-stop service kolaborasi TBC-HIV, apabila fasyankes
memiliki keterbatasan sumber daya sehingga fasyankes hanya
menyediakan poliklinik TBC atau HIV saja, maka:
1. Pasien terdiagnosis TBC di fasyankes, diberikan rujukan untuk
pemeriksaan HIV begitu juga sebaliknya.
2. Bila pasien TBC yang dirujuk memiliki hasil HIV reaktif, maka
pengobatan ARV dilakukan di jejaring layanan HIV. Hasil
pemeriksaan HIV reaktif dilaporkan kepada fasyankes perujuk
untuk diinput dalam sistem informasi TBC.
3. Bila pasien HIV dirujuk terdiagnosis TBC, maka pengobatan OAT
dilakukan di jejaring layanan TBC. Hasil pemeriksaan TBC
dilaporkan kepada fasyankes perujuk untuk diinput dalam sistem
informasi TBC.
4. Pasien melakukan pengobatan TBC dan HIV berdasarkan
jadwal pengobatan yang telah ditentutakan di masing-masing
fasyankes.
5. Pencatatan pelaporan TBC dan HIV dilakukan di masing-masing
fasyankes
14. Ketentuan pelaksanaan IK melibatkan seluruh fasyankes sebagai berikut :
1. Fasyankes non puskesmas (RS/TPMD/klinik) memulai pelaksanaan IK dengan
mengidentifikasi kontak dari kasus indeks. Selanjutnya diberikan KIE, informed consent
pelaksanaan IK.
2. Kasus indeks dan kontak yang sudah teridentifikasi dilaporkan ke puskesmas (sesuai
tempat tinggal) melalui menu investigasi kontak di sistem informasi TBC.
3. Fasyankes non puskesmas berkoordinasi dengan puskesmas dan/atau dinkes kabupaten/kota
terkait pelaksanaan IK dan hasil KIE bersedia atau tidak dilakukan kunjungan rumah.
5) Jejaring
Investigasi
Kontak dan
Pemberian
TPT
15. 5) Jejaring
Investigasi
Kontak dan
Pemberian
TPT
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT)
Prioritas kelompok sasaran pemberian TPT meliputi orang dengan HIV
(ODHIV) semua umur, kontak serumah semua umur dengan pasien TBC
paru terkonfirmasi bakteriologis, dan kelompok risiko lainnya.
Mekanisme jejaring pemberian TPT meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pelaksanaan penemuan kasus ILTB dan pemberian TPT dilakukan
melalui kegiatan IK secara aktif dan pasif (contact invitation);
2. Fasyankes memberikan TPT secara langsung kepada kelompok
sasaran yang memenuhi syarat apabila TPT di fasyankes tersebut
tersedia;
3. Apabila fasyankes tidak memiliki logistik TPT, kelompok sasaran yang
memenuhi syarat dirujuk ke fasyankes setempat yang tersedia
logistiknya;
4. Pencatatan dilakukan pada melalui sistem informasi TBC dan formulir
TBC.15;
16. Distribusi logistik dilakukan secara berjenjang yaitu:
1. Distribusi dari Pusat ke Dinas Kesehatan Provinsi dilakukan sekali setiap tahun untuk
OAT SO, setiap triwulan untuk logistik lainnya dan/atau sesuai kebutuhan
2. Distribusi dari Dinas Kesehatan Provinsi ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dilakukan
setiap triwulan dan/atau sesuai kebijakan masing - masing wilayah
3. Distribusi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Fasyankes (Puskesmas, RS, dan
Lab) dilakukan setiap triwulan dan/atau sesuai kebijakan masing - masing wilayah
4. Puskesmas ke Klinik dan TPMD mendistribusikan logistik OAT ataupun non OAT sesuai
kebutuhan/ permintaan
6) Jejaring
Logistik TBC