SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 41
ABSES PARU
Raras Rachmandiar
• Kavitas pada abses paru tersebut bisa lebih dari satu tetapi biasanya ada satu yang
dominan dan berukuran besar.
• Kavitas multipel dan berukuran kecil-kecil ( <2cm)  necrotizing pneumonia, proses
patologisnya sama dan berdampingan letaknya dengan kavitas yang dominan.
• Kebanyakan kasus disebabkan oleh aspirasi bakteri anaerobik yang berada dirongga
mulut.
• Abses paru sering dijumpai pada jaman sebelum ditemukan antibiotika yang akan
berlanjut menjadi pneumonia bakteri sampai terjadinya suatu empiema.
• Infeksi Mikroba Non Spesifik menyebabkan nekrosis parenkim paru  kavitas
berukuran besar  batuk  sputum purulent  air fluid level pada radiologis
PENDAHULUAN
Definisi
• Infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang
terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah
(pus/nekrotik debris) dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih
yang disebabkan oleh infeksi mikroba.
Epidemiologi
• Abses paru lebih sering terjadi pada :
• Laki-laki dibanding perempuan
• Umumnya terjadi pada umur tua karena terdapat peningkatan insiden
penyakit periodontal dan peningkatan prevalensi disfagi dan aspirasi
• Rata-rata pada umur 41 tahun pada daerah urban dengan tingginya
prevalensi alcoholism
• Karena angka harapan hidup yang lebih baik pada pasien HIV  kasus abses
paru tampak mengalami peningkatan lagi.
Patogenesis
• Faktor yang berinteraksi : Daya tahan tubuh dan Tipe dari
mikroorganisme patogen penyebab
• Melalui dua cara yaitu aspirasi dan penyebaran secara hematogen.
• Yang paling sering dijumpai adalah kelompok abses paru bronkogenik
yang termasuk akibat aspirasi, stasis sekresi, benda asing, tumor dan
striktur bronkial.
Patogenesis – Akibat Aspirasi
• Banyak terjadi pada pasien bronkitis kronis karena banyaknya mukus pada
saluran napas bawahnya  media kultur yang sangat baik bagi organisme yang
teraspirasi.
• Nekrosis jaringan dengan pembentukan abses paru  membutuhkan 1-2 minggu
setelah terjadinya aspirasi.
• Paling sering terjadi pada segmen posterior lobus atas kanan disusul dengan
lobus atas kiri dan segmen apikal/superior lobus bawah kanan atau kiri.
• Abses paru sering terjadi pada paru kanan, karena bronkus utama kanan lebih
lurus dibanding kiri, walaupun posisi tubuh saat aspirasi juga menentukan
letak abses.
• Pada perokok usia lanjut keganasan bronkogenik bisa merupakan dasar untuk
terjadinya abses paru.
• Pada pasien berumur lebih dari 50 tahun, 50% abses paru ada hubungannya
dengan keganasan paru akibat terjadinya obstruksi saluran napas.
Patogenesis – Hematogen
• Akibat septikemi atau sebagai fenomena septik emboli, sekunder dari fokus
infeksi dari bagian lain tubuhnya seperti tricuspid valve endocarditis.
• Umumnya abses multipel dan biasanya disebabkan oleh kelompok
Stafilokokus.
• Timbul setelah terjadi peradangan yang mengakibatkan nekrosis jaringan
dan kavitasi
• Necrotizing pneumonia dan ganggren paru nekrosis dan pencairan pada
daerah yang mengalami konsolidasi
• Organisme virulen : Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia dan
grup Pseudomonas.
• Abses yang terjadi biasanya multipel dan berukuran kecil-kecil (<2cm).
Patogenesis
• Bula atau kista yang sudah ada bisa berkembang menjadi abses paru.
• Kista bronkogenik yang berisi cairan dan elemen sekresi epitel  media kultur untuk
tumbuhnya mikroorganisme.
• Bila kista infeksi oleh mikroorganisme yang virulens  abses paru.
• Abses hepar bakteri atau amebik  ruptur dan menembus diafragma 
abses paru pada lobus bawah paru kanan dan rongga pleura.
• Abses bisa mengalami ruptur ke dalam bronkus, dengan isinya
diekspektorasikan keluar dengan meninggalkan kavitas yang berisi air dan
udara. Kadang
• kadang abses ruptur ke rongga pleura (bisa mencapai 1/3 kasus) sehingga
terjadi empiema yang bisa diikuti dengan terjadinya fistula bronkopleura.
Faktor predisposisi
• Kondisi-kondisi yang memudahkan
terjadinya aspirasi:
• Gangguan kesadaran : Alkoholisme, epilepsi /
kejang sebab lain, gangguan serebrovaskular,
anestesi umum, penyakit susunan syaraf
pusat, penyalahgunaan obat intravena, koma,
trauma, sepsis
• Gangguan esofagus dan saluran cerna
lainnya : Gangguan motilitas10
• Trakeal atau nasogastrik tube yang
menghilangkan pertahanan mekanik saluran
napas
• Fistula trakeoesopageal
• Defisiensi atau stasis transpor sekresi
melalui saluran napas seperti:
• Kartagener's syndrome
• Disfagi
• Sebab-sebab iatrogenik
• Penyakit-penyakit periodontal
• Kebersihan mulut yang buruk
• Pencabutan gigi
• Pneumonia akut
• lmmunosupresi
• Bronkiektasis
• Kanker paru
• lnfeksi saluran napas atas dan bawah yang belum teratasi.
• Pasien HIV yang terkena abses paru pada umumnya
mempunyai status immunocompromised yang sangat
jelek (kadar CD4< 50/mm3), dan kebanyakan didahului oleh
infeksi terutama infeksi paru.
Gejala dan Tanda
• Onset : berjalan lambat atau mendadak/ akut.
• Abses akut : kurang dari 4-6 minggu.
• Riwayat perjalanan penyakit 1-3 minggu dengan gejala awal
adalah badan terasa lemah, tidak nafsu makan, penurunan berat
badan, batuk kering, keringat malam, demam intermitten bisa disertai
menggigil dengan suhu tubuh mencapai 39,4°atau lebih.
• Tidak ada demam tidak menyingkirkan adanya abses paru.
• Dahak bisa menjadi purulen dan bisa mengandung darah.
Gejala dan Tanda
• Sputum berbau amis bewarna anchovy  bakteri anaerob  putrid
abscesses.
• Tidak didapatkannya sputum dengan ciri di atas tidak menyingkirkan
kemungkinan infeksi anaerob.
• Nyeri dada  keterlibatan pleura
• Batuk bisa dijumpai, biasanya ringan tetapi ada yang masif.
Gejala dan Tanda
• Akut :
• mengeluarkan sputum yang berjumlah banyak dengan lokasi abses biasanya di segmen
apikal lobus atas.
• faktor predisposisi
• Abses paru sekunder :
• Disebabkan septik emboli paru dengan infark,
• Timbul hanya dalam waktu 2-3 hari.
• Abses paru akibat komplikasi dari infeksi subdiafragma (abses hati amuba,
pancreatic phlegmon), bisa disertai dengan gejala abdomen selain gejala
diparu.
• Kejang  abses otak kadang-kadang bisa dijumpai akibat bakteremia dari abses
paru.
Etiologi
Bakteri Anaerob Bakteri aerobik Non Bakteri dan bakteri
atipik
• Etiologi terbanyak abses paru (89%)
• Pasien immunocompetent, pneumonia aspirasi
Predominan immunocompromised Immunocompromised
• Bacteriodes melaninogenus
• Bacteriodes fragilis
• Peptostreptococcus species
• Bacillus intermedius
• Prevotella melaninogenica
• Fusobacterium nucleatum
• Microaerophilic streptococcus
• Clostridium perfringens
• Clostridium barati
Gram positif : sekunder selain aspirasi
Staphylococcus aureus
Streptococcus microaerophilic
Streptococcus pyogenes
Streptococcus pneumonia
Streptococcus viridans
Streptococcus milleri
Gram negatif : sebab nosokomial
Klebsiella pneumonia
Pseudomonas aeruginosa
Escherichia coli
Haemophilus Influenza
Actinomyces Species
Nocardia Species
Gram negatif bacilli
Organisme aerobik virulensi kuat : Fusobacterium
Nucleatum atau Peptostreptococcus species
Jamur: histoplasma,
coccidioides, blastomyces,
mucoraceae, aspergilus
species, cryptococcus,
zygomycetes,
pneumocystitis,
Parasit: paragonimus
westermani, entamuba
histolitytica, echinococcus
Mikobakterium
tuberculosis dan non
tuberkulosis
Etiologi
• Spektrum kuman patogen penyebab abses paru pada pasien
immunocompromised sedikit berbeda.
• Pada pasien AIDS : bakteri aerob, Pneumocystitis carinii dan jamur
termasuk Cryptococcus neoforman dan mikobakterium tuberkulosis.
Diagnosis - Anamnesis
• Batuk banyak sputum mengandung jaringan paru yang mengalami
ganggren.
• Sputum biasanya berbau amis dan bewarna anchovy (putrid abcesses) yang
disebabkan bakteri anaerob.
• Nyeri dada
• Batuk darah ringan sampai dengan masif.
Pemeriksaan Fisik
• Demam -- 40°C
• Paru :
• Nyeri tekan lokal pada dada
• Lesi yang disertai konsolidasi bisa dijumpai penurunan suara napas
• Perkusi redup
• Suara napas bronkial
• Ronki
• Bila abses luas dan letaknya dekat dengan dinding dada kadang-kadang terdengar suara
amforik.
• Suara napas bronkial atau amforik terjadi bila kavitasnya besar dan karena bronkus masih
tetap dalam keadaan terbuka disertai oleh adanya konsolidasi sekitar abses dan drainase abses
yang baik.
• Bila abses paru letaknya dekat pleura dan pecah  piotoraks (empiema torakis) :
• pergerakan dinding dada tertinggal pada tempat lesi, fremitus vokal menghilang, perkusi
redup/pekak, bunyi napas menghilang dan terdapat tanda-tanda pendorongan mediastinum
terutama jantung ke arah kontralateral tempat lesi.
• Pada abses paru bisa dijumpai jari tabuh, yang proses terjadinya berlangsung cepat.
Diagnosis – Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
• Hitung leukosit tinggi 10.000-30.000/mm3 dengan hitung jenis
bergeser ke kiri dan sel polimorfonuklear yang banyak terutama
netrofil yang immatur.
• Bila abses berlangsung lama sering ditemukan adanya anemia dan
peningkatan LED.
• Pemeriksaan dahak
• Perwarnaan langsung dengan teknik gram, biakan mikroorganisme aerob,
anaerob, jamur, Nokardia, basil mikobakterium tuberkulosis dan
mikobakterium lain.
Diagnosis – Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
• Gram
• Untuk mendiagnosis infeksi paru karena kuman anaerob karena biakan
sering tidak dapat menemukan organisme tersebut
• Dahak bisa mengandung Spirochaeta, Fusiform bacilli atau sejumlah besar
bakteri baik yang patogen maupun flora manusia seperti Streptococcus
viridan.
• Clostridium dapat ditemukan dari aspirasi transtrakeal.
• Kultur darah dapat membantu menemukan etiologi walaupun
jarang positif
• Serologi dilakukan untuk jamur dan parasit
Diagnosis – Pemeriksaan Penunjang
Bronkoskopi
• Bronkoskopi dengan biopsi sikatan yang terlindung bilasan bronkus
merupakan cara diagnostik yang paling baik dengan akurasi
diagnostik bakteriologi melebihi 80%.
• Dilakukan pada pasien AIDS sebelum dimulai pengobatan karena
banyaknya kuman yang terlibat dan sulit diprediksi secara klinis.
Aspirasi Jarum Perkutan
• Akurasi tinggi untuk diagnosis bakteriologis, dengan spesifisitas
melebihi aspirasi transtrakeal.
Diagnosis – Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
• Foto dada PA dan lateral lokasi lesi dan bentuk abses paru.
• Pada hari-hari pertama : gambaran opak dari satu atau lebih segmen paru,
atau hanya berupa gambaran densitas homogen yang berbentuk bulat.
• Gambaran radiolusen dalam bayangan infiltrat yang padat.
• Bila abses ruptur  drainase abses yang tidak sempurna kedalam bronkus
kavitas irregular dengan dinding tebal dikelilingi oleh infiltrat/konsolidasi
dan sering ditemukan gambaran batas cairan dan permukaan udara (air
fluid level) di dalamnya (foto dada PA dengan posisi berdiri)
• Lokasi terbanyak di segmen superior lobus bawah atau segmen posterior
lobus atas
Diagnosis – Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
• Foto dada PA dan lateral lokasi lesi dan bentuk abses paru.
• Khas pada abses paru anaerobik : kavitas tunggal (soliter) yang biasanya
ditemukan pada infeksi paru primer
• Abses paru sekunder (aerobik, nosokomial atau hematogen) : lesi multipel
• Sepertiga kasus abses paru bisa disertai dengan empiema.
• Empiema yang terlokalisir dan disertai dengan fistula bronkopleura akan sulit dibedakan
dengan gambaran abses paru.
• Abses paru simpel, noduler dan disertai limfadenopati hilus  harus
dipikirkan sebabnya adalah suatu keganasan paru.
Diagnosis – Pemeriksaan Penunjang
CT Scan
• Tempat lesi yang menyebabkan obstruksi endobronkial
• Gambaran abses : massa bulat dalam paru dengan kavitasi sentral.
• lokasi abses berada dalam parenkim paru dan membedakannya dari
infark paru atau empiema
Diagnosis Banding
Infeksi
• Tuberkulosis
• Bula Infeksi
• Emboli Septik
Bukan Infeksi
• Kavitas oleh karena keganasan
• Wagener’s granulomatosis
• Nodul rheumatoid
• Vaskulitis
• Sarkoidosis
• Infark paru
• Kongenital (bula, kista, bleb)
Klasifikasi
Abses Paru Primer
Akibat aspirasi atau pneumonia baik pada orang yang mempunyai kecenderungan untuk
terjadi aspirasi ataupun pada orang dengan kesehatan umum yang baik.
80% dari kasus abses paru (50%nya disertai dengan sputum yang berbau busuk)
Abses Paru Sekunder
Infeksi pada orang yang sebelumnya sudah mempunyai kondisi seperti obstruksi akibat
neoplasma saluran napas, bronkiektasis, komplikasi operasi intratoraks, penyebaran dari
tempat diluar paru, septik emboli atau kondisi sistemik/pengobatan yang menyebabkan
gangguan immunitas (HIV, transplant, immunosupression)
Klasifikasi
Berdasarkan lamanya jangka
waktu abses terdiagnosis
• Akut : < dari 1 bulan ( <4-6
minggu)
• Kronik
Berdasarkan organisme
penyebab (anaerobic vs staph)
• Aerob
• Anaerob : bau busuk dari
mulut/ sputum (putrid
abscesses)
Penatalaksanaan
• Tujuan utama pengobatan :
• Eradikasi secepatnya dari patogen penyebab dengan pengobatan yang cukup
• Drainase yang adekuat dari empiema
• Pencegahan komplikasi yang terjadi
• Pasien abses paru memerlukan istirahat yang cukup.
• Bila abses paru pada foto dada diameter 4 cm atau lebih  rawat inap.
• Posisi berbaring pasien hendaknya miring dengan paru yang terkena abses
berada di atas supaya gravitasi drainase lebih baik.
• Bila segmen superior lobus bawah yang terkena, maka hendaknya bagian atas
tubuh pasien/kepala berada di bagian terbawah (posisi trendelenberg).
• Diet biasanya bubur biasa dengan tinggi kalori tinggi protein.
• Bila abses telah mengalami resolusi dapat diberikan nasi biasa.
Penatalaksanaan
• Pengobatan antibiotika
• Harus adekuat dan diberikan sedini mungkin segera setelah sampel dahak
dan darah diambil untuk kultur dan tes sensitivitas.
• Penyebab bakteri anaerob kumannya tidak dapat ditentukan dengan pasti 
pengobatan diberikan secara empirik.
• Kebanyakan pasien terutama dengan abses yang kecil dan kondisi umum
baik mengalami perbaikan hanya dengan antibiotika dan postural
drainage, sedangkan kira-kira 10% harus dilakukan tindakan operatif.
Penatalaksanaan
• Pengobatan antibiotika
• Paling baik adalah klindamisin  spektrum yang lebih baik pada bakteri
anaerob.
• Dosis awal : 3x600 mg intravena sampai dengan terjadi perbaikan,
• Lanjutan 4 x 300 mg oral/hari atau diberikan amoksisilin asam klavulanat 2 x 875 mg.
• Penisilin G 2-10 juta unit/hari (sampai dengan 25 juta unit atau lebih/hari)
dikombinasikan dengan streptomisin
• dilanjutkan penisilin oral 4 x 500-750 mg/hari.
• Antibiotika parenteral diganti ke oral bila pasien tidak panas lagi dan
merasa sudah baikan
• Klindamisin 300-600 mg 3x/hari atau flagyl 3x500 mg/hari.
Penatalaksanaan
• Pengobatan antibiotika
• Kombinasi penisilin (amoksisilin 500 mg 3x/hari atau penisilin G, 1-2 juta unit
4-6x/hari, bisa sampai dengan 12-18 juta unit/hari) dan metronidazol 2
gram/hari dengan dosis terbagi, 500 mg oral atau intravena tiap 2-3x/hari (untuk
penyebab bakteri anaerob) selama 10 hari
• sama efektifnya dengan klindamisin
• beberapa bakteri anaerob (15-25%), seperti Prevotella, Bakteriodes Spp. dan
Fusobacterium karena memproduksi penisilinase dan beta-laktamase, resisten terhadap
penisilin.
• Kombinasi beta-laktam dan beta-laktamase inhibitor seperti tikarkilin klavulanat,
amoksisilin + asam klavulanat atau piperasilin + tazobaktam : bakteri anaerob,
strain basil gram negatif.
• Carbapenem atau quinolone : kuman anaerob (moxifloxacine).
Penatalaksanaan
• Pengobatan antibiotika
• Pengobatan kombinasi : pada pasien dengan sakit yang serius dan pasien
abses paru nosokomial.
• Dosis pengobatan tunggal metronidazol (Flagvl): 15 mg/ kgBB intravena dalam
waktu lebih dari 1 jam, kemudian diikuti 6 jam kemudian dengan infus 7,5
mg/kg BB 3-4 x/ hari,
• pengobatan tunggal dengan metronidazol ini tidak dianjurkan(10) karena beberapa
anaerobic cocci dan kebanyakan microaerophilic streptococci sudah resisten sehingga
didapatkan kegagalan pengobatan mencapai 50%.
• Aerobik : klindamisin + penisilin atau klindamisin + sefalosporin.
• Cefoksitin(Mefoxin) 3-4 x 2 gram/hari intravena  bakteri gram positif, gram negatif
resisten penisilinase dan bakteri anaerob, diberikan bila diduga polimikroba.
Penatalaksanaan
• Pengobatan antibiotika
• Sesuai dengan hasil tes sensitivitas.
• Stafilokokus : penicillinase-resistant penicilin atau sefalosporin generasi pertama
• Staphylococus aureus yang methicillin resistant seperti yang disebabkan oleh
emboli paru septik nosocomial  vankomisin.
• Nocardia  sulfonamide 3x1 gram oral
• Amebik  metronidazole 3x750 mg
• Ruptur dari abses harus  emetin parenteral pada 5 hari pertama.
Penatalaksanaan
• Pengobatan antibiotika
• Diberikan sampai dengan pneumonitis telah mengalami resolusi dan kavitasnya
hilang, tinggal berupa lesi sisa yang kecil dan stabil dalam waktu lebih dari 2-3
minggu.
• Resolusi sempuma biasanya membutuhkan waktu pengobatan 6-10 minggu
dengan pemberian antibiotika oral sebagai pasien rawat jalan walaupun pada
beberapa studi menunjukkan klindamisin efektif dengan pengobatan 3 minggu.
• Pemberian antibiotika yang kurang dari waktu ini sering menyebabkan
kekambuhan dengan melibatkan organisme yang resisten terhadap antibiotika
yang diberikan sebelumnya.
Penatalaksanaan
• Perbaikan Klinis
• Berkurang atau hilangnya demam tercapai dalam 3-4 sampai dengan 7-10
hari.
• Gagal pengobatan :
• Bakteremia yang resisten atau panas tinggi yang menetap lebih dari 72 jam atau tidak
didapatkan perobahan produksi dan karakter dahak atau perobahan gambaran radiologis
setelah 7-10 hari
• Bila diperiksa lebih lanjut akan ditemukan adanya obstruksi bronkus oleh benda asing,
neoplasma atau disebabkan infeksi bakteri yang resisten, mikobakteria, parasit atau
jamur.
• Respons yang lambat atau tidak respons sama sekali :
• kavitas yang besar (lebih dari 6 cm), keadaan umum pasien yang jelek, seleksi anti mikroba
yang salah, diagnosa salah, ada empiema, abses yang memerlukan drainase, komplikasi pada
organ yang jauh seperti abses otak dan demam obat.
Penatalaksanaan
• Bronkoskopi
• Kasus yang dicurigai karsinoma bronkus atau lesi obstruksi
• Pengeluaran benda asing
• Melebarkan striktur.
• Dapat dilakukan aspirasi dan pengosongan abses yang tidak mengalami drainase
yang adekuat, serta dapat diberikannya larutan antibiotika melewati bronkus
langsung ke lokasi abses
Penatalaksanaan
• Indikasi operasi
• Abses paru yang tidak mengalami perbaikan
• Komplikasi : empiema, hemoptisis masif,
fistula bronkopleura.
• Pengobatan penyakit yang mendasari:
karsinoma obstruksi primer/metastasis,
pengeluaran benda asing, bronkiektasis,
gangguan motilitas gastroesopageal,
malformasi atau kelainan kongenital.
• lnfark paru, nekrosis masif (ganggren paru)
atau infeksi yang berkembang cepat dan
progresif.
Reseksi paru
• Abses paru berkembang cepat
pada pasien
immunocompromised dengan
etiologi seperti mucoraceae
• Abses paru yang responnya
minimal dengan antibiotika
• Abses paru dengan ukuran
yang besar (kavitas >8 cm)
• Infark paru
• Neoplasma obstruksi
• Perdarahan masif
Penatalaksanaan
• Pasien dengan risiko tinggi untuk operasi maka untuk sementara dapat
dilakukan drainase perkutan via kateter secara hati-hati untuk
mencegah kebocoran isi abses ke dalam rongga pleura.
Komplikasi
• Komplikasi lokal : penyebaran infeksi melalui aspirasi lewat bronkus
atau penyebaran langsung melalui jaringan sekitarnya.
• Komplikasi lain : abses otak, hemoptisis masif, ruptur pleura viseralis
sehingga terjadi piopneumotoraks, fistula bronkopleura dan fistula
pleurokutaneus.
• Abses paru yang resisten (kronik)
• resisten dengan pengobatan selama 6 minggu  kerusakan paru yang permanen
• Dampak: bronkiektasis, kor pulmonal, amyloidosis, anemia, malnutrisi, kaheksia,
gangguan cairan dan elektrolit serta gaga! jantung terutama pada manula.
Pencegahan
• Kebersihan mulut
• Setiap infeksi paru akut harus segera diobati sebaik mungkin terutama
bila sebelumnya diduga ada faktor yang memudahkan terjadinya
aspirasi seperti pasien manula yang dirawat di rumah, batuk yang
disertai muntah, adanya benda asing, kesadaran yang menurun dan
pasien yang memakai ventilasi mekanik.
• Pertimbangan intubasi dini pada pasien dengan kesanggupan yang
berkurang dalam melindungi saluran napas dari aspirasi masif (batuk,
reflek muntah)
• Menghindari pemakaian anestesi umum pada tonsilektomi,
pencabutan abses gigi dan operasi sinus para nasal akan menurunkan
insiden abses paru.
Prognosis
Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi jelek :
• Kavitas yang besar (lebih dari 5-6 cm),
• Penyakit dasar atau penyakit penyerta yang berat,
• Status immunocompromised,
• Umur yang sangat tua,
• Empiema,
• Nekrosis paru yang progresif,
• Lesi obstruktif pada saluran napas misal sekunder oleh karena karsinoma,
• Abses yang disebabkan bakteri aerob (termasuk Staphylococcus aureus dan basil Gram
negatif),
• Abses paru yang belum mendapat pengobatan dalam jangka waktu yang lama.
Angka mortalitas pada pasien-pasien ini bisa mencapai 65%-75% dan bila sembuh maka
angka kekambuhannya tinggi.
Prognosis
• Abses paru simpel terutama tergantung dari respon inflamasi dan
keadaan umum pasien, letak abses serta luasnya kerusakan paru yang
terjadi, dan respons pengobatan yang kita berikan.
• Pada era antibiotika angka mortalitas abses paru anaerob paru kurang
dari 10%, dan kira-kira 10-15% memerlukan operasi.
• Di zaman era antibiotika penyembuhan mencapai 90-95%.
Terima Kasih

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis

Patologi Respirasi Non Neoplasma 2022.pdf
Patologi Respirasi Non Neoplasma 2022.pdfPatologi Respirasi Non Neoplasma 2022.pdf
Patologi Respirasi Non Neoplasma 2022.pdfrifka15
 
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumoniakristanto djuwahir
 
Askep Pneumonia.docx
Askep Pneumonia.docxAskep Pneumonia.docx
Askep Pneumonia.docxKPSRSUI
 
ABSES PARU present.pptx
ABSES PARU present.pptxABSES PARU present.pptx
ABSES PARU present.pptxadik1987
 
3. asuhan keperawatan copd, tugas kuliah
3. asuhan keperawatan copd, tugas kuliah3. asuhan keperawatan copd, tugas kuliah
3. asuhan keperawatan copd, tugas kuliahANANDITA63
 
Pneumonia magister
Pneumonia magisterPneumonia magister
Pneumonia magisterfadlyrambe
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom170691
 
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.pptback up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.pptFirstiafinaTiffany1
 
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nitalany pratiwi
 

Semelhante a Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis (20)

Patologi Respirasi Non Neoplasma 2022.pdf
Patologi Respirasi Non Neoplasma 2022.pdfPatologi Respirasi Non Neoplasma 2022.pdf
Patologi Respirasi Non Neoplasma 2022.pdf
 
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Bahan pbl 3.2 dev
Bahan pbl 3.2 devBahan pbl 3.2 dev
Bahan pbl 3.2 dev
 
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
 
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNAEfusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
A1 PNEUMONIA.pptx
A1 PNEUMONIA.pptxA1 PNEUMONIA.pptx
A1 PNEUMONIA.pptx
 
Askep Pneumonia.docx
Askep Pneumonia.docxAskep Pneumonia.docx
Askep Pneumonia.docx
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
ABSES PARU present.pptx
ABSES PARU present.pptxABSES PARU present.pptx
ABSES PARU present.pptx
 
3. asuhan keperawatan copd, tugas kuliah
3. asuhan keperawatan copd, tugas kuliah3. asuhan keperawatan copd, tugas kuliah
3. asuhan keperawatan copd, tugas kuliah
 
Abses
AbsesAbses
Abses
 
Pneumonia magister
Pneumonia magisterPneumonia magister
Pneumonia magister
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom
 
PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.pptback up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
 
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
 

Último

Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 

Último (20)

Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis

  • 2. • Kavitas pada abses paru tersebut bisa lebih dari satu tetapi biasanya ada satu yang dominan dan berukuran besar. • Kavitas multipel dan berukuran kecil-kecil ( <2cm)  necrotizing pneumonia, proses patologisnya sama dan berdampingan letaknya dengan kavitas yang dominan. • Kebanyakan kasus disebabkan oleh aspirasi bakteri anaerobik yang berada dirongga mulut. • Abses paru sering dijumpai pada jaman sebelum ditemukan antibiotika yang akan berlanjut menjadi pneumonia bakteri sampai terjadinya suatu empiema. • Infeksi Mikroba Non Spesifik menyebabkan nekrosis parenkim paru  kavitas berukuran besar  batuk  sputum purulent  air fluid level pada radiologis PENDAHULUAN
  • 3. Definisi • Infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus/nekrotik debris) dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih yang disebabkan oleh infeksi mikroba.
  • 4. Epidemiologi • Abses paru lebih sering terjadi pada : • Laki-laki dibanding perempuan • Umumnya terjadi pada umur tua karena terdapat peningkatan insiden penyakit periodontal dan peningkatan prevalensi disfagi dan aspirasi • Rata-rata pada umur 41 tahun pada daerah urban dengan tingginya prevalensi alcoholism • Karena angka harapan hidup yang lebih baik pada pasien HIV  kasus abses paru tampak mengalami peningkatan lagi.
  • 5. Patogenesis • Faktor yang berinteraksi : Daya tahan tubuh dan Tipe dari mikroorganisme patogen penyebab • Melalui dua cara yaitu aspirasi dan penyebaran secara hematogen. • Yang paling sering dijumpai adalah kelompok abses paru bronkogenik yang termasuk akibat aspirasi, stasis sekresi, benda asing, tumor dan striktur bronkial.
  • 6. Patogenesis – Akibat Aspirasi • Banyak terjadi pada pasien bronkitis kronis karena banyaknya mukus pada saluran napas bawahnya  media kultur yang sangat baik bagi organisme yang teraspirasi. • Nekrosis jaringan dengan pembentukan abses paru  membutuhkan 1-2 minggu setelah terjadinya aspirasi. • Paling sering terjadi pada segmen posterior lobus atas kanan disusul dengan lobus atas kiri dan segmen apikal/superior lobus bawah kanan atau kiri. • Abses paru sering terjadi pada paru kanan, karena bronkus utama kanan lebih lurus dibanding kiri, walaupun posisi tubuh saat aspirasi juga menentukan letak abses. • Pada perokok usia lanjut keganasan bronkogenik bisa merupakan dasar untuk terjadinya abses paru. • Pada pasien berumur lebih dari 50 tahun, 50% abses paru ada hubungannya dengan keganasan paru akibat terjadinya obstruksi saluran napas.
  • 7. Patogenesis – Hematogen • Akibat septikemi atau sebagai fenomena septik emboli, sekunder dari fokus infeksi dari bagian lain tubuhnya seperti tricuspid valve endocarditis. • Umumnya abses multipel dan biasanya disebabkan oleh kelompok Stafilokokus. • Timbul setelah terjadi peradangan yang mengakibatkan nekrosis jaringan dan kavitasi • Necrotizing pneumonia dan ganggren paru nekrosis dan pencairan pada daerah yang mengalami konsolidasi • Organisme virulen : Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia dan grup Pseudomonas. • Abses yang terjadi biasanya multipel dan berukuran kecil-kecil (<2cm).
  • 8. Patogenesis • Bula atau kista yang sudah ada bisa berkembang menjadi abses paru. • Kista bronkogenik yang berisi cairan dan elemen sekresi epitel  media kultur untuk tumbuhnya mikroorganisme. • Bila kista infeksi oleh mikroorganisme yang virulens  abses paru. • Abses hepar bakteri atau amebik  ruptur dan menembus diafragma  abses paru pada lobus bawah paru kanan dan rongga pleura. • Abses bisa mengalami ruptur ke dalam bronkus, dengan isinya diekspektorasikan keluar dengan meninggalkan kavitas yang berisi air dan udara. Kadang • kadang abses ruptur ke rongga pleura (bisa mencapai 1/3 kasus) sehingga terjadi empiema yang bisa diikuti dengan terjadinya fistula bronkopleura.
  • 9. Faktor predisposisi • Kondisi-kondisi yang memudahkan terjadinya aspirasi: • Gangguan kesadaran : Alkoholisme, epilepsi / kejang sebab lain, gangguan serebrovaskular, anestesi umum, penyakit susunan syaraf pusat, penyalahgunaan obat intravena, koma, trauma, sepsis • Gangguan esofagus dan saluran cerna lainnya : Gangguan motilitas10 • Trakeal atau nasogastrik tube yang menghilangkan pertahanan mekanik saluran napas • Fistula trakeoesopageal • Defisiensi atau stasis transpor sekresi melalui saluran napas seperti: • Kartagener's syndrome • Disfagi • Sebab-sebab iatrogenik • Penyakit-penyakit periodontal • Kebersihan mulut yang buruk • Pencabutan gigi • Pneumonia akut • lmmunosupresi • Bronkiektasis • Kanker paru • lnfeksi saluran napas atas dan bawah yang belum teratasi. • Pasien HIV yang terkena abses paru pada umumnya mempunyai status immunocompromised yang sangat jelek (kadar CD4< 50/mm3), dan kebanyakan didahului oleh infeksi terutama infeksi paru.
  • 10. Gejala dan Tanda • Onset : berjalan lambat atau mendadak/ akut. • Abses akut : kurang dari 4-6 minggu. • Riwayat perjalanan penyakit 1-3 minggu dengan gejala awal adalah badan terasa lemah, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, batuk kering, keringat malam, demam intermitten bisa disertai menggigil dengan suhu tubuh mencapai 39,4°atau lebih. • Tidak ada demam tidak menyingkirkan adanya abses paru. • Dahak bisa menjadi purulen dan bisa mengandung darah.
  • 11. Gejala dan Tanda • Sputum berbau amis bewarna anchovy  bakteri anaerob  putrid abscesses. • Tidak didapatkannya sputum dengan ciri di atas tidak menyingkirkan kemungkinan infeksi anaerob. • Nyeri dada  keterlibatan pleura • Batuk bisa dijumpai, biasanya ringan tetapi ada yang masif.
  • 12. Gejala dan Tanda • Akut : • mengeluarkan sputum yang berjumlah banyak dengan lokasi abses biasanya di segmen apikal lobus atas. • faktor predisposisi • Abses paru sekunder : • Disebabkan septik emboli paru dengan infark, • Timbul hanya dalam waktu 2-3 hari. • Abses paru akibat komplikasi dari infeksi subdiafragma (abses hati amuba, pancreatic phlegmon), bisa disertai dengan gejala abdomen selain gejala diparu. • Kejang  abses otak kadang-kadang bisa dijumpai akibat bakteremia dari abses paru.
  • 13. Etiologi Bakteri Anaerob Bakteri aerobik Non Bakteri dan bakteri atipik • Etiologi terbanyak abses paru (89%) • Pasien immunocompetent, pneumonia aspirasi Predominan immunocompromised Immunocompromised • Bacteriodes melaninogenus • Bacteriodes fragilis • Peptostreptococcus species • Bacillus intermedius • Prevotella melaninogenica • Fusobacterium nucleatum • Microaerophilic streptococcus • Clostridium perfringens • Clostridium barati Gram positif : sekunder selain aspirasi Staphylococcus aureus Streptococcus microaerophilic Streptococcus pyogenes Streptococcus pneumonia Streptococcus viridans Streptococcus milleri Gram negatif : sebab nosokomial Klebsiella pneumonia Pseudomonas aeruginosa Escherichia coli Haemophilus Influenza Actinomyces Species Nocardia Species Gram negatif bacilli Organisme aerobik virulensi kuat : Fusobacterium Nucleatum atau Peptostreptococcus species Jamur: histoplasma, coccidioides, blastomyces, mucoraceae, aspergilus species, cryptococcus, zygomycetes, pneumocystitis, Parasit: paragonimus westermani, entamuba histolitytica, echinococcus Mikobakterium tuberculosis dan non tuberkulosis
  • 14. Etiologi • Spektrum kuman patogen penyebab abses paru pada pasien immunocompromised sedikit berbeda. • Pada pasien AIDS : bakteri aerob, Pneumocystitis carinii dan jamur termasuk Cryptococcus neoforman dan mikobakterium tuberkulosis.
  • 15. Diagnosis - Anamnesis • Batuk banyak sputum mengandung jaringan paru yang mengalami ganggren. • Sputum biasanya berbau amis dan bewarna anchovy (putrid abcesses) yang disebabkan bakteri anaerob. • Nyeri dada • Batuk darah ringan sampai dengan masif.
  • 16. Pemeriksaan Fisik • Demam -- 40°C • Paru : • Nyeri tekan lokal pada dada • Lesi yang disertai konsolidasi bisa dijumpai penurunan suara napas • Perkusi redup • Suara napas bronkial • Ronki • Bila abses luas dan letaknya dekat dengan dinding dada kadang-kadang terdengar suara amforik. • Suara napas bronkial atau amforik terjadi bila kavitasnya besar dan karena bronkus masih tetap dalam keadaan terbuka disertai oleh adanya konsolidasi sekitar abses dan drainase abses yang baik. • Bila abses paru letaknya dekat pleura dan pecah  piotoraks (empiema torakis) : • pergerakan dinding dada tertinggal pada tempat lesi, fremitus vokal menghilang, perkusi redup/pekak, bunyi napas menghilang dan terdapat tanda-tanda pendorongan mediastinum terutama jantung ke arah kontralateral tempat lesi. • Pada abses paru bisa dijumpai jari tabuh, yang proses terjadinya berlangsung cepat.
  • 17. Diagnosis – Pemeriksaan Penunjang Laboratorium • Hitung leukosit tinggi 10.000-30.000/mm3 dengan hitung jenis bergeser ke kiri dan sel polimorfonuklear yang banyak terutama netrofil yang immatur. • Bila abses berlangsung lama sering ditemukan adanya anemia dan peningkatan LED. • Pemeriksaan dahak • Perwarnaan langsung dengan teknik gram, biakan mikroorganisme aerob, anaerob, jamur, Nokardia, basil mikobakterium tuberkulosis dan mikobakterium lain.
  • 18. Diagnosis – Pemeriksaan Penunjang Laboratorium • Gram • Untuk mendiagnosis infeksi paru karena kuman anaerob karena biakan sering tidak dapat menemukan organisme tersebut • Dahak bisa mengandung Spirochaeta, Fusiform bacilli atau sejumlah besar bakteri baik yang patogen maupun flora manusia seperti Streptococcus viridan. • Clostridium dapat ditemukan dari aspirasi transtrakeal. • Kultur darah dapat membantu menemukan etiologi walaupun jarang positif • Serologi dilakukan untuk jamur dan parasit
  • 19. Diagnosis – Pemeriksaan Penunjang Bronkoskopi • Bronkoskopi dengan biopsi sikatan yang terlindung bilasan bronkus merupakan cara diagnostik yang paling baik dengan akurasi diagnostik bakteriologi melebihi 80%. • Dilakukan pada pasien AIDS sebelum dimulai pengobatan karena banyaknya kuman yang terlibat dan sulit diprediksi secara klinis. Aspirasi Jarum Perkutan • Akurasi tinggi untuk diagnosis bakteriologis, dengan spesifisitas melebihi aspirasi transtrakeal.
  • 20. Diagnosis – Pemeriksaan Penunjang Radiologi • Foto dada PA dan lateral lokasi lesi dan bentuk abses paru. • Pada hari-hari pertama : gambaran opak dari satu atau lebih segmen paru, atau hanya berupa gambaran densitas homogen yang berbentuk bulat. • Gambaran radiolusen dalam bayangan infiltrat yang padat. • Bila abses ruptur  drainase abses yang tidak sempurna kedalam bronkus kavitas irregular dengan dinding tebal dikelilingi oleh infiltrat/konsolidasi dan sering ditemukan gambaran batas cairan dan permukaan udara (air fluid level) di dalamnya (foto dada PA dengan posisi berdiri) • Lokasi terbanyak di segmen superior lobus bawah atau segmen posterior lobus atas
  • 21. Diagnosis – Pemeriksaan Penunjang Radiologi • Foto dada PA dan lateral lokasi lesi dan bentuk abses paru. • Khas pada abses paru anaerobik : kavitas tunggal (soliter) yang biasanya ditemukan pada infeksi paru primer • Abses paru sekunder (aerobik, nosokomial atau hematogen) : lesi multipel • Sepertiga kasus abses paru bisa disertai dengan empiema. • Empiema yang terlokalisir dan disertai dengan fistula bronkopleura akan sulit dibedakan dengan gambaran abses paru. • Abses paru simpel, noduler dan disertai limfadenopati hilus  harus dipikirkan sebabnya adalah suatu keganasan paru.
  • 22. Diagnosis – Pemeriksaan Penunjang CT Scan • Tempat lesi yang menyebabkan obstruksi endobronkial • Gambaran abses : massa bulat dalam paru dengan kavitasi sentral. • lokasi abses berada dalam parenkim paru dan membedakannya dari infark paru atau empiema
  • 23. Diagnosis Banding Infeksi • Tuberkulosis • Bula Infeksi • Emboli Septik Bukan Infeksi • Kavitas oleh karena keganasan • Wagener’s granulomatosis • Nodul rheumatoid • Vaskulitis • Sarkoidosis • Infark paru • Kongenital (bula, kista, bleb)
  • 24. Klasifikasi Abses Paru Primer Akibat aspirasi atau pneumonia baik pada orang yang mempunyai kecenderungan untuk terjadi aspirasi ataupun pada orang dengan kesehatan umum yang baik. 80% dari kasus abses paru (50%nya disertai dengan sputum yang berbau busuk) Abses Paru Sekunder Infeksi pada orang yang sebelumnya sudah mempunyai kondisi seperti obstruksi akibat neoplasma saluran napas, bronkiektasis, komplikasi operasi intratoraks, penyebaran dari tempat diluar paru, septik emboli atau kondisi sistemik/pengobatan yang menyebabkan gangguan immunitas (HIV, transplant, immunosupression)
  • 25. Klasifikasi Berdasarkan lamanya jangka waktu abses terdiagnosis • Akut : < dari 1 bulan ( <4-6 minggu) • Kronik Berdasarkan organisme penyebab (anaerobic vs staph) • Aerob • Anaerob : bau busuk dari mulut/ sputum (putrid abscesses)
  • 26. Penatalaksanaan • Tujuan utama pengobatan : • Eradikasi secepatnya dari patogen penyebab dengan pengobatan yang cukup • Drainase yang adekuat dari empiema • Pencegahan komplikasi yang terjadi • Pasien abses paru memerlukan istirahat yang cukup. • Bila abses paru pada foto dada diameter 4 cm atau lebih  rawat inap. • Posisi berbaring pasien hendaknya miring dengan paru yang terkena abses berada di atas supaya gravitasi drainase lebih baik. • Bila segmen superior lobus bawah yang terkena, maka hendaknya bagian atas tubuh pasien/kepala berada di bagian terbawah (posisi trendelenberg). • Diet biasanya bubur biasa dengan tinggi kalori tinggi protein. • Bila abses telah mengalami resolusi dapat diberikan nasi biasa.
  • 27. Penatalaksanaan • Pengobatan antibiotika • Harus adekuat dan diberikan sedini mungkin segera setelah sampel dahak dan darah diambil untuk kultur dan tes sensitivitas. • Penyebab bakteri anaerob kumannya tidak dapat ditentukan dengan pasti  pengobatan diberikan secara empirik. • Kebanyakan pasien terutama dengan abses yang kecil dan kondisi umum baik mengalami perbaikan hanya dengan antibiotika dan postural drainage, sedangkan kira-kira 10% harus dilakukan tindakan operatif.
  • 28. Penatalaksanaan • Pengobatan antibiotika • Paling baik adalah klindamisin  spektrum yang lebih baik pada bakteri anaerob. • Dosis awal : 3x600 mg intravena sampai dengan terjadi perbaikan, • Lanjutan 4 x 300 mg oral/hari atau diberikan amoksisilin asam klavulanat 2 x 875 mg. • Penisilin G 2-10 juta unit/hari (sampai dengan 25 juta unit atau lebih/hari) dikombinasikan dengan streptomisin • dilanjutkan penisilin oral 4 x 500-750 mg/hari. • Antibiotika parenteral diganti ke oral bila pasien tidak panas lagi dan merasa sudah baikan • Klindamisin 300-600 mg 3x/hari atau flagyl 3x500 mg/hari.
  • 29. Penatalaksanaan • Pengobatan antibiotika • Kombinasi penisilin (amoksisilin 500 mg 3x/hari atau penisilin G, 1-2 juta unit 4-6x/hari, bisa sampai dengan 12-18 juta unit/hari) dan metronidazol 2 gram/hari dengan dosis terbagi, 500 mg oral atau intravena tiap 2-3x/hari (untuk penyebab bakteri anaerob) selama 10 hari • sama efektifnya dengan klindamisin • beberapa bakteri anaerob (15-25%), seperti Prevotella, Bakteriodes Spp. dan Fusobacterium karena memproduksi penisilinase dan beta-laktamase, resisten terhadap penisilin. • Kombinasi beta-laktam dan beta-laktamase inhibitor seperti tikarkilin klavulanat, amoksisilin + asam klavulanat atau piperasilin + tazobaktam : bakteri anaerob, strain basil gram negatif. • Carbapenem atau quinolone : kuman anaerob (moxifloxacine).
  • 30. Penatalaksanaan • Pengobatan antibiotika • Pengobatan kombinasi : pada pasien dengan sakit yang serius dan pasien abses paru nosokomial. • Dosis pengobatan tunggal metronidazol (Flagvl): 15 mg/ kgBB intravena dalam waktu lebih dari 1 jam, kemudian diikuti 6 jam kemudian dengan infus 7,5 mg/kg BB 3-4 x/ hari, • pengobatan tunggal dengan metronidazol ini tidak dianjurkan(10) karena beberapa anaerobic cocci dan kebanyakan microaerophilic streptococci sudah resisten sehingga didapatkan kegagalan pengobatan mencapai 50%. • Aerobik : klindamisin + penisilin atau klindamisin + sefalosporin. • Cefoksitin(Mefoxin) 3-4 x 2 gram/hari intravena  bakteri gram positif, gram negatif resisten penisilinase dan bakteri anaerob, diberikan bila diduga polimikroba.
  • 31. Penatalaksanaan • Pengobatan antibiotika • Sesuai dengan hasil tes sensitivitas. • Stafilokokus : penicillinase-resistant penicilin atau sefalosporin generasi pertama • Staphylococus aureus yang methicillin resistant seperti yang disebabkan oleh emboli paru septik nosocomial  vankomisin. • Nocardia  sulfonamide 3x1 gram oral • Amebik  metronidazole 3x750 mg • Ruptur dari abses harus  emetin parenteral pada 5 hari pertama.
  • 32. Penatalaksanaan • Pengobatan antibiotika • Diberikan sampai dengan pneumonitis telah mengalami resolusi dan kavitasnya hilang, tinggal berupa lesi sisa yang kecil dan stabil dalam waktu lebih dari 2-3 minggu. • Resolusi sempuma biasanya membutuhkan waktu pengobatan 6-10 minggu dengan pemberian antibiotika oral sebagai pasien rawat jalan walaupun pada beberapa studi menunjukkan klindamisin efektif dengan pengobatan 3 minggu. • Pemberian antibiotika yang kurang dari waktu ini sering menyebabkan kekambuhan dengan melibatkan organisme yang resisten terhadap antibiotika yang diberikan sebelumnya.
  • 33. Penatalaksanaan • Perbaikan Klinis • Berkurang atau hilangnya demam tercapai dalam 3-4 sampai dengan 7-10 hari. • Gagal pengobatan : • Bakteremia yang resisten atau panas tinggi yang menetap lebih dari 72 jam atau tidak didapatkan perobahan produksi dan karakter dahak atau perobahan gambaran radiologis setelah 7-10 hari • Bila diperiksa lebih lanjut akan ditemukan adanya obstruksi bronkus oleh benda asing, neoplasma atau disebabkan infeksi bakteri yang resisten, mikobakteria, parasit atau jamur. • Respons yang lambat atau tidak respons sama sekali : • kavitas yang besar (lebih dari 6 cm), keadaan umum pasien yang jelek, seleksi anti mikroba yang salah, diagnosa salah, ada empiema, abses yang memerlukan drainase, komplikasi pada organ yang jauh seperti abses otak dan demam obat.
  • 34. Penatalaksanaan • Bronkoskopi • Kasus yang dicurigai karsinoma bronkus atau lesi obstruksi • Pengeluaran benda asing • Melebarkan striktur. • Dapat dilakukan aspirasi dan pengosongan abses yang tidak mengalami drainase yang adekuat, serta dapat diberikannya larutan antibiotika melewati bronkus langsung ke lokasi abses
  • 35. Penatalaksanaan • Indikasi operasi • Abses paru yang tidak mengalami perbaikan • Komplikasi : empiema, hemoptisis masif, fistula bronkopleura. • Pengobatan penyakit yang mendasari: karsinoma obstruksi primer/metastasis, pengeluaran benda asing, bronkiektasis, gangguan motilitas gastroesopageal, malformasi atau kelainan kongenital. • lnfark paru, nekrosis masif (ganggren paru) atau infeksi yang berkembang cepat dan progresif. Reseksi paru • Abses paru berkembang cepat pada pasien immunocompromised dengan etiologi seperti mucoraceae • Abses paru yang responnya minimal dengan antibiotika • Abses paru dengan ukuran yang besar (kavitas >8 cm) • Infark paru • Neoplasma obstruksi • Perdarahan masif
  • 36. Penatalaksanaan • Pasien dengan risiko tinggi untuk operasi maka untuk sementara dapat dilakukan drainase perkutan via kateter secara hati-hati untuk mencegah kebocoran isi abses ke dalam rongga pleura.
  • 37. Komplikasi • Komplikasi lokal : penyebaran infeksi melalui aspirasi lewat bronkus atau penyebaran langsung melalui jaringan sekitarnya. • Komplikasi lain : abses otak, hemoptisis masif, ruptur pleura viseralis sehingga terjadi piopneumotoraks, fistula bronkopleura dan fistula pleurokutaneus. • Abses paru yang resisten (kronik) • resisten dengan pengobatan selama 6 minggu  kerusakan paru yang permanen • Dampak: bronkiektasis, kor pulmonal, amyloidosis, anemia, malnutrisi, kaheksia, gangguan cairan dan elektrolit serta gaga! jantung terutama pada manula.
  • 38. Pencegahan • Kebersihan mulut • Setiap infeksi paru akut harus segera diobati sebaik mungkin terutama bila sebelumnya diduga ada faktor yang memudahkan terjadinya aspirasi seperti pasien manula yang dirawat di rumah, batuk yang disertai muntah, adanya benda asing, kesadaran yang menurun dan pasien yang memakai ventilasi mekanik. • Pertimbangan intubasi dini pada pasien dengan kesanggupan yang berkurang dalam melindungi saluran napas dari aspirasi masif (batuk, reflek muntah) • Menghindari pemakaian anestesi umum pada tonsilektomi, pencabutan abses gigi dan operasi sinus para nasal akan menurunkan insiden abses paru.
  • 39. Prognosis Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi jelek : • Kavitas yang besar (lebih dari 5-6 cm), • Penyakit dasar atau penyakit penyerta yang berat, • Status immunocompromised, • Umur yang sangat tua, • Empiema, • Nekrosis paru yang progresif, • Lesi obstruktif pada saluran napas misal sekunder oleh karena karsinoma, • Abses yang disebabkan bakteri aerob (termasuk Staphylococcus aureus dan basil Gram negatif), • Abses paru yang belum mendapat pengobatan dalam jangka waktu yang lama. Angka mortalitas pada pasien-pasien ini bisa mencapai 65%-75% dan bila sembuh maka angka kekambuhannya tinggi.
  • 40. Prognosis • Abses paru simpel terutama tergantung dari respon inflamasi dan keadaan umum pasien, letak abses serta luasnya kerusakan paru yang terjadi, dan respons pengobatan yang kita berikan. • Pada era antibiotika angka mortalitas abses paru anaerob paru kurang dari 10%, dan kira-kira 10-15% memerlukan operasi. • Di zaman era antibiotika penyembuhan mencapai 90-95%.