2. Baku Mutu
adalah batas atau kadar makhluk
hidup, zat atau energi atau
komponen lain yang ada atau
harus ada dan/atau unsur
pencemar
yang
ditenggang
adanya
sesuai
dengan
peruntukannya.
3. BAKU MUTU
(Menurut Ahli Hukum)
Suatu peraturan pemerintah yang resmi yang
harus dilaksanakan, yang mengenai spesifikasi dari
jumlah bahan pencemar yang boleh dibuang atau
jumlah kandungan yang boleh berada dalam media
ambien.
(menurut para ahli teknik)
Merupakan spesifikasi dari jumlah bahan
pencemar yang mungkin boleh dibuang, tetapi tidak
selalu merupakan peraturan resmi yang harus
diikuti
4. Baku Mutu
Baku Mutu Lingkungan (Standar atau nilai
ambang pada kualitas lingkungan hidup).
----> dikaitkan dengan peruntukannya.
Baku Mutu --->dikaitkan dengan jenis
kegiatannya Baku mutu limbah pencemar
Baku mutu limbah cair
Baku mutu udara emisi
5. Pengaturan tentang Baku Mutu Lingkungan
(MENKLH Nomor Kep-02/MENKLH/I/ 1988)
Tentang Pedoman Penetapan BML yang
berisikan pengaturan dan penetapan pedoman
•baku mutu kualitas air,
•baku mutu udara ambien,
•baku mutu udara emisi sumber tidak
bergerak,
•kriteria kualitas air laut untuk biota laut
(budidaya perikanan).
6. MENKLH Nomor Kep-02/MENKLH/I/1988
mencabut tentang kriteria kualitas air
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 1990
tentang Pengendalian Pencemaran Air
Adendum
PP. Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
7. MENKLH Nomor Kep-02/MENKLH/I/1988
MENKLH Nomor Kep-03/MENKLH/II/1991
tentang Baku Mutu Air Limbah
MENLH Nomor 51/MENLH/10/1995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
8. MENKLH Nomor Kep-02/ MENKLH/I/1988
perubahan
MENLH Nomor 13/MENLH/3/ 1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
9. Beberapa istilah penting dalam Baku
Mutu
Objektif adalah tujuan atau suatu sasaran ke
arah mana suatu pengelolaan lingkungan
ditujukan
Kriteria adalah kompilasi atau hasil dari suatu
pengolahan data ilmiah yang akan digunakan
untuk menentukan apakah suatu kualitas air
atau udara yang dapat digunakan sesuai dengan
objektif atau suatu tujuan penggunaan
tertentu.
10. Standard adalah satu set nilai numerikal
dari konsentrasi atau jumlah suatu bahan
kimia atau pencemar, suatu keadaan fisik
atau lain-lain hal yang ada dalam media
ambien atau yang berada dalam media
limbah.
11. Penyusunan Baku Mutu
•Identifikasi dari penggunaan sumberdaya atau media
ambien yang harus dilindungi. Dengan kata lain objektif
dari sumberdaya tersebut dapat dicapai
•Merumuskan formulasi dari kriteria dengan
menggunakan kumpulan dan pengolahan dari berbagai
informasi ilmiah
•merumuskan baku mutu ambien dari hasil penyusunan
kriteria
•merumuskan baku mutu limbah yang boleh dilepas ke
dalam lingkungan yang akan menghasilkan keadaan
kualitas baku mutu ambien yang telah ditetapkan
•membentuk program pemantauan dan pengumpulan
informasi untuk peyempurnaan
12. Penetapan baku mutu limbah haruslah dikaitkan dengan
keadaan kualitas ambien dan baku mutu ambien.
Sebagai Contoh:
• suatu daerah yang keadaan lingkungan ambiennya
masih sangat baik berarti pula bahwa batas baku mutu
ambien masih jauh dari kualitas ambien
• suatu daerah lain mempunyai keadaan kualitas ambien
yang sudah tidak laik atau mendekati batas baku mutu
ambien yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukan
bahwa pencemaran yang ada sudah sangat berat.
13. Kedaan kualitas ambien yang masih baik sebelum
dilepaskan bahan pencemar baru
Kualitas
lingkungan
Keadaan kualitas
ambien
Baku mutu ambien
Luas Areal
14. Keadaan kualitas ambien yang sudah tidak baik
sebelum dilepaskan bahan pencemar baru
Keadaan kualitas ambien
sebelum dicemari
Kualitas
lingkungan
Keadaan kualitas
ambien setelah
dicemari
Baku mutu ambien
Luas areal
15. Keadaan kualitas ambien yang sudah tidak baik
setelah dilepas bahan pencemar baru
Kualitas
lingkungan
Keadaan lingkungan
ambien yang sudah
tidak baik setelah
dicemari lagi
Luas areal
16. Penentuan baku mutu lingkungan
Terdapat beberapa metoda pendekatan,
diantaranya adalah :
•Pendekatan Fisiologis (Tingkat Bahaya
Suatu Unsur)
•Pendekatan Rantai Makanan
•Angket
•Studi Pustaka
•Bio Indikator
17. Pendekatan Fisiologis
(Tingkat Bahaya Suatu Unsur)
Beberapa logam diperlukan keberadaannya.
Tapi ada beberapa logam justru merupakan
racun bagi tubuh dan ada beberapa beberapa
bahan yang tidak dapat dilihat tetapi
mempunyai bahaya yang mematikan.
18. Sebagai contoh :
•Kadmium (Cd) bisa menimbulkan sakit pada
tulang, menyerang ginjal dan otot-otot.
•Timbal (Pb) mengakibatkan berkurangnya
kadar Haemoglobin dan menimbulkan
anemia.
•Air Raksa (Hg) bisa menyebabkan susunan
syaraf menjadi kejang, rambut rontok dan
jaringan ginjal rusak.
•Sinar Radio Aktif (ß dan Ý) dapat merusak
mata dan kulit serta merusak susunan
protein tubuh.
19. Pendekatan Rantai Makanan
Melalui pendekatan aliran bahan.
Yang dimaksud aliran bahan disini
adalah aliran sesuatu unsur
melalui proses yang dimakan dan
yang memakan, yang menyebabkan
terakumulasi suatu unsur.
20. Angket
proses ini dengan cara menyebarkan
daftar isian terhadap sejumlah orang,
kemudian dari daftar isian tersebut
diolah dan diharapkan dapat diperoleh
sederetan unsur yang perlu
diperhatikan
22. Bio Indikator
Adalah Indikator biologis yang dipakai sebagai
gambaran kondisi lingkungan di tempat tertentu.
(Organisme mempunyai rentangan atau kisaran
tertentu terhadap suatu perubahan lingkungan
terutama parameter fisika).
Contoh :
Eury : suatu organisme yang mempunyai kisaran lebar
Steno : organisme yang mempunyai kisaran sempit
Eurythermal : organisme yg dpt hidup pada kisaran temp.yg lbr
Stenohaline : organisme yg dpt hidup pada kisaran salinitas kecil
23. Apa itu Baku Mutu Lingkungan?
Pembatasan masuknya limbah ke lingkungan, melalui
penerapan norma-norma pedoman maupun peraturan
Mengapa harus Baku Mutu Lingkungan ?
Diperlukan untuk melindungi Lingkungan Hidup
•mencegah penurunan kualitas lingkungan
•meningkatkan kualitas lingkungan
24. Siapa yang melaksanakan Baku Mutu
Lingkungan ?
Pemerintah
•penyuluhan, pembinaan dan pengawasan
Pemrakarsa
•penerapan BML dan upaya meningkatkan
kinerja
Masyarakat
•Hak mendapatkan lingkungan yang bersih
•kontrol sosial
25. Bagaimana cara menerapkan Baku
Mutu Lingkungan ?
•Penetapan BML dan BM limbah/emisi
•Prinsip pengendalian pencemaran
- limbah memenuhi BM dan tak mencemari
- zero discharge
26. Gangguan pada badan perairan dapat
terjadi akibat adanya hal-hal berikut :
•Adanya senyawa atau bentuk energi
tertentu (panas) yang masuk ke dalam badan
perairan yang mengakibatkan terjadinya
perubahan fisik maupun kimia pada badan
perairan tersebut.
•Adanya penghalangan atau pembelokan pada
sebagian atau keseluruhan pada badan
perairan tersebut.
27. Dampak yang timbul akibat terjadinya
hal-hal di atas adalah :
•kualitas air akan menjadi kurang/tidak
baik sama sekali sehingga mengakibatkan
pemanfaatan untuk manusia ataupun
industri dan lainnya akan menjadi tidak
baik pula
•adanya kemungkinan terjadi kerusakan
secara ekologi; menurunnya komposisi dan
keanekaragaman komunitan biologi yang
ada dalam badan perairan tersebut.
•adanya kemungkinan air tidak cukup lagi
untuk memenuhi kebutuhan manusia
28. Dalam bidang pertambangan, timbulnya
pencemaran air banyak terjadi dalam
tahapan kegiatan berikut :
•Proses penambangan
•Proses pengolahan
•Pembangkit tenaga listrik
•Bengkel
•Transportasi
•Pelabuhan
•Stockpile
•Depo gudang penyimpanan bahan-bahan
29. Keberhasilan
dalam
pengelolaan
lingkungan dapat dinilai dari standar /
baku mutu dipergunakan. Penentuan ini
memerlukan beberapa pertimbangan
sebagai berikut :
•Sumber air yang masuk dalam suatu
kegiatan
•Dasar standar/baku mutu yang digunakan
•Lokasi pengukuran air limbah
•Variasi badan air penerima
•Parameter air yang dipergunakan
30. PP Nomor 82 Tahun 2001, Bab II pasal 8.
berdasarkan peruntukannya Klasifikasi dan
kriteria mutu air dibagi menjadi 4 kelas yaitu :
Kelas I; Dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Kelas II;Dapat digunakan untuk prasarana/
sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan
airtawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
31. Kelas III; Dapat digunakan untuk membudi
dayakan Ikan air tawar, peternak an, air
untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas IV; Dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
33. Beberapa polutan yang dikenal sebagai
pencemar udara akibat aktivitas
pertambangan
• CO2 dan CO yang berasal dari pembakaran tak
sempurna suatu senyawa hidrokarbon. Misal,
gas-gas CO2 dan CO yang keluar dari knalpot
alat-alat berat pertambangan seperti dari
Dump truck, Bulldozer, Whell Loader, Back
Hoe dan lain-lain.
34. •NOx dan SOx (Oksida Nitrogen dan Sulfur)
yang berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil. Ini banyak terdapat pada aktivitas
penambangan Batubara, sering terjadi
adanya Batubara yang terbakar (Self
Combustion).
•Partikulat berupa padatan dan/atau cairan.
Seperti, timbulnya debu-debu akibat
aktivitas pengangkutan bahan tambang dan
adanya limbah padat dan cair dari tempat
pencucian bahan galian.
35. PENGARUH SOx PADA MANUSIA
Konsentrasi
Pengaruh Terhadap Manusia
(ppm)
0,2
Konsentrasi terendah yang dapat mempengaruhi
manusia secara nyata dan menyebabkan hambatan
terhadap pusat gerak refleks pada otak
0,3
Hambatan terhadap sistem saraf perasa (lidah)
0,5
Hambatan terhadap sistem saraf pembau
8 – 12
Rasa panas/sakit pada tenggorokan
10
Rasa pedih pada mata
20
Batuk beruntun yang tidak dapat ditahan
37. Ukuran-ukuran polutan yang sering
terdapat pada lingkungan
pertambangan
•Partikel dengan diameter < 0,1 µm biasanya
berasal dari proses pembakaran. Sering
disebut sebagai aerosol.
•Partikel dengan diameter 0,1 – 1,0 µm
terbentuk akibat proses kondensasi uap
air. Waktu pengendapannya kurang lebih
selama 1 bulan.
•Partikel dengan diameter > 1,0 µm terjadi
akibat proses abrasi suatu padatan.
39. BAKU MUTU TINGKAT KEBISINGAN
(Kepmen LH No. KEP-48/MENLH/11/1995, tanggal 25 Nopember 1995)
Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan
a.
b.
Tingkat Kebisingan dB (A)
Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman
2. Perdagangan dan jasa
3. Perkantoran dan Perdagangan
4. Ruang terbuka hijau
5. Industri
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum
7. Rekreasi
8. Khusus :
•
Bandar Udara
•
Stasiun Kereta Api
•
Pelabuhan Laut
•
Cagar Budaya
Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit dan sejenisnya
2. Sekolah atau sejenisnya
3. Tempat ibadah atau sejenisnya
Keterangan : * disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
55
70
65
50
70
60
70
*
*
70
60
55
55
55
40. Baku Mutu Emisi Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu
Bara (Berlaku efektif tahun 2000)
(Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor Kep-13/MENLH/3/1995;
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak; tanggal 7 Maret 1995)
Parameter
Batas maksimum (mg/m3)
1. Total Pertikel
150
2. Sulfur Dioksida (SO2)
750
3. Nitrogen Oksida (NO2)
850
4. Opasitas
20%
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3% O2
o
- Volume gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm)
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk
memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
- Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan.
41. Baku Mutu Emisi Untuk Jenis Kegiatan Lain (Berlaku efektif tahun 2000)
(Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor Kep-13/MENLH/3/1995;
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak; tanggal 7 Maret 1995)
Parameter
Batas maksimum (mg/m3)
Bukan Logam
1. Ammonia (NH3)
2. Gas Klorin (Cl2)
3. Hidrogen Klorida (HCl)
4. Hidrogen Fluorida (HF)
5. Nitrogen Oksida (NO2)
6. Opasitas
7. Partikel
8. Sulfur Dioksida (SO2)
9. Total Sulfur tereduksi (H2S)
Logam
10. Air Raksa (Hg)
11. Arsen (As)
12. Antimon (Sb)
13. Kadmium (Cd)
14. Seng (Zn)
15. Timah Hitam (Pb)
Catatan
o
Volume gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm)
-
0,5
10
5
10
1000
35%
350
800
35
5
8
8
8
50
12
42. Baku Mutu Emisi Untuk Industri Semen (Berlaku efektif tahun 2000)
(Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor Kep-13/MENLH/3/1995;
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak; tanggal 7 Maret 1995)
Sumber
Parameter
3
Batas Maksimum (mg/m )
1.
Tanur putar (Kilns)
Total partikel
Sulfur Dioksida (SO2)
Nitrogen Dioksida (NO2)
Opasitas
80
800
1000
20%
2.
Pendingin Terak (Clinker
Coolers)
Total partikel
80
3.
Millin, Grinding, Alat
pengangkut (Conveying),
Pengepakan (Bagging) .
Total partikel
80
4.
Tenaga Ketel Uap (Power
Boiler)
Total partikel
Sulfur Dioksida (SO2)
Nitrogen Oksida (NO2)
230
800
1000
Catatan
Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
Konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal Kiln) harus dikoreksi sampai 7% O 2
Volume gas dalam keadaan standar (25 o C dan tekanan 1 atm)
Standar di atas berlaku untuk proses kering
Batas maksimum total partikel untuk :
3
Proses basah = 250 mg/m
3
Shaft kiln
= 500 mg/m
Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk
memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan.
-
43. Baku Mutu Limbah Cair
( Keputusan Menteri KLH No.51/MENLH/10/1995)
No.
1
2
3
Parameter
Fisika
Temperatur
Zat padat terlarut
Zat padat tersuspensi
Satuan
o
C
mg/l
mg/l
Golongan Baku Mutu Limbah Cair
I
II
38
2000
200
40
4000
400
Kimia
1
pH
6,0 – 9,0
2
Besi terlarut (Fe)
mg/l
5
10
3
Mangan terlarut (Mn)
mg/l
2
5
4
Barium (Ba)
mg/l
2
3
5
Tembaga (Cu)
mg/l
2
3
6
Seng (Zn)
mg/l
5
10
7
Khrom Heksavalen (Cr+6)
mg/l
0,1
0,5
8
Khrom total (Cr)
mg/l
0,5
1
9
Cadmium (Cd)
mg/l
0,05
0,1
10
Air Raksa (Hg)
mg/l
0,002
0,005
11
Timbal (Pb)
mg/l
0,1
1
12
Stanum (Sn)
mg/l
2
3
13
Arsen (As)
mg/l
0,1
0,5
14
Selenium (Se)
mg/l
0,05
0,5
15
Nikel (Ni)
mg/l
0,2
0,5
16
Kobalt (Co)
mg/l
0,4
0,6
17
Sianida (SN)
mg/l
0,05
0,5
18
Sulfida (H2S)
mg/l
0,05
0,1
19
Fluorida (F)
mg/l
2
3
20
Klorida bebas (Cl2)
mg/l
1
2
21
Amoniak bebas (NH3 – N)
mg/l
1
5
22
Nitrat (NO 3 – N)
mg/l
20
30
23
Nitrit (NO2 – N)
mg/l
1
3
24
BOD
mg/l
50
150
25
COD
mg/l
100
300
26
Senyawa aktif biru metilen
mg/l
5
10
27
Fenol
mg/l
0,5
1
28
Minyak Nabati
mg/l
5
10
29
Minyak Mineral
mg/l
10
50
Catatan : Untuk memenuhi baku mutu limbah cair tersebut kadar parameter limbah tidak
diperbolehkan dicapai dengan cara pengenceran dengan air yang secara langsung
diambil dari sumber air. Kadar parameter limbah tersebut adalah kadar maksimum
yang diperbolehkan.
Golongan I diperuntukan bagi industri yang ke sumber air yang dimanfaatkan bagi
sumber air minum, dimana sumber tersebut debitnya relatif kecil dan berada pada
daerah yang padat penduduk dan industrinya
Golongan II, persyaratan standarnya dibuat lebih ringan dari Golongan I dengan
mempertimbangkan bahwa buangan disalurkan ke sumber air yang mempunyai debit
yang cukup dan terutama dipergunakan untuk keperluan perikanan, pertanian dan
industri.
44. Tanah
merupakan campuran dari
padatan organik dan anorganik, udara,
air dan mikro organisme. Semua fasa
ini saling terkait satu dengan yang
lainnya. Unsur-unsur esensial yang
terdapat dalam tanah, baik dalam fasa
padat ataupun cair, juga merupakan
unsur-unsur
yang
esensial
bagi
tanaman dan hewan.
45. Unsur-unsur yang terdapat dalam
tanah
Oksigen,
Hidrogen,
Carbon
(terutama
berasal dari udara dan air), Nitrogen,
Phosphor, Potasium, Calsium, Magnesium dan
Sulfur (terutama yang berasal dari padatan
tanah). Sedangkan unsur-unsur lain seperti
Besi, Mangan, Boron, Molibdenum, Tembaga,
Seng, Chlor dan Cobalt dipergunakan dalam
jumlah yang relatif kecil. Unsur-unsur lain
seperti Natrium, Flour, Silika dan lain-lain
tampaknya tidak terlalu esensial.
46. Kandungan Rata-rata Unsur-unsur Esensial
Dalam Tanah
Unsurunsur
Kadar
(% berat)
Unsur-unsur
Kadar
(% berat)
O
Fe
C
Ca
K
Mg
N
P
49
4
2
1
1
0,6
0,1
0,08
Mn
S
Cl
Zn
Cu
B
Mo
Co
0,08
0,05
0,01
0,005
0,002
0,001
0,0003
0,0008
47. Nilai Ambang Batas
adalah batas konsentrasi suatu zat dalam
udara yang boleh ada yang tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi
seseorang yang bekerja selama 8 jam /
hari atau selama 40 jam / minggu tanpa
menimbulkan gangguan kesehatan yang
berarti.
48. Tiap – tiap zat mempunyai NAB sendiri –
sendiri. Semakin kecil NAB suatu zat
berarti semakin bahaya bila berada
dalam udara kerja atau sebaliknya.
Tetapi NAB bukanlah ukuran bahaya
suatu zat, karena masih tergantung pada
keadaan zat itu sendiri. NAB suatu zat
yang amat kecil, tetapi berupa padat,
berarti tidak berbahaya.