SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 26
Baixar para ler offline
Putri Diana
NIM 23213324
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung
2015
Perencanaan
Core
Contoh
Kasus
Perencanaan
Akses
Kenapa LTE
1. Latency yang lebih kecil
2. Kecepatan data yang lebih besar
3. Kapasitas dan Jangkauan yang lebih besar
4. Biaya yang lebih murah
LTE atau Long Term Evolution atau yang lebih sering disebut 4G
adalah satu standar yang studinya dimulai dari tahun 2004
LTE
Perencanaan Akses
Tujuan Perencanaan Jaringan
• Coverage
• Building/Vehicle Penetration
• Traffic/Capacity
• Schedule
• Performance
• Economics
Jumlah Pelanggan
Jumlah BS berdasarkan Kapasitas
Jumlah BS berdasarkan Coverage
Jumlah BS berdasarkan Kapasitas Jumlah BS berdasarkan Coverage
Jumlah BS berdasarkan Kapasitas  Maksimalkan Tinggi Antena
Jumlah BS berdasarkan Coverage  Minimalkan Tinggi Antenna
Memaksimalkan Coverage dan Capacity
Diagram alir Perencanaan Jaringan : Umum
START
Analisa Kapasitas
yang dibutuhkan
Atot = (Erlang)
Kapasitas system
dari BW yang
dialokasikan
Asel = (Erlang/Sel)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑆𝑒𝑙 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙
𝐽𝑎𝑟𝑖 − 𝐽𝑎𝑟𝑖 𝑆𝑒𝑙 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑆𝑒𝑙
2.6
Jumlah Sel
Atot/Asel = (sel)
Analisa Pathloss
Analisa Link Budget
Perhitungan Daya
Frequency Planning
KUALITAS
OKE ?
OPTIMASI
• Threshold handover
• Daya Pancar
• Noise Figure, dll
END
Metoda Penelitian
Pengumpulan Data
• Data Geografis
• Data Kependudukan
Perhitungan Kebutuhan Bandwidth User
𝑃𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎 𝐿𝑇𝐸 =
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ 𝑀𝑏𝑝𝑠 = 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑋 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑠𝑒𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑋 𝑂𝑆𝐹
Daerah pemukiman, tempat hiburan
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 = 𝑃𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎 𝐿𝑇𝐸 𝑋 %𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛
Daerah perkantoran
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑋 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑋 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑋 %𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛
Daerah jalanan
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 =
𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑋 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑋 2
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔
𝑋 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑋 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑋 %𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛
Perhitungan Jumlah Base Statiton
Berdasarkan Coverage
(Diambil dari gambar III.2 TA Bagus Fachsi)
Ket:: Daerah urban (merah) ,Daerah sub urban (kuning)
Parameter yang dibutuhkan:
• Daya Pancar
• Gain Antena
• Tinggi Base Station (hb)
• Sensitivitas (SNR+Noise)
• Noise Figure
• Gain Antena Receiver
• Tinggi Antena Receiver (hm)
• Frekuensi
• Model Sel
Menggunakan model (contoh: Okumura hatta atau COST 231)
Maka didapatkan Jari-jari sel dan Coverage
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑆 =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐵𝑆
𝑛𝑜𝑡𝑒: 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ: 𝑢𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑠𝑢𝑏 𝑢𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑟𝑢𝑟𝑎𝑙
Perhitungan Jumlah Base Statiton
Berdasarkan Kapasitas
Asusmsi:
• Satu BS terdiri dari berapa
sektor
• Bandwidth LTE yang
digunankan
• Modulasi yang digunakan
• TDD / FDD / Duplex
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑆 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 1 𝐵𝑇𝑆
Penempatan Jumlah Base Statiton
𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑠𝑒 𝑆𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
Perhitungan dan Penempatan EPC
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐸𝑃𝐶 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑠𝑒 𝑆𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑃𝐶
Dibagi menjadi beberapa ring, yang tiap
ring nya memiliki trafik berbeda
Perencanaan Core
Jaringan setelah akses network
Fungsi: memberkan layanan : layanan voice, billing
Teknologi Transport Core Network
Alternatif teknologi transport yang bisa digunakan untuk penyediaan
konektivitas pada simpul core network pada lapis fisik dan data link
adalah sbb :
• Dedicated Private Line
• ATM virtual circuit
• Frame relayed PVC
• VPN
• MPLS
• Carrier Ethernet
Pemilihan Teknologi Transport
pada Core Network
Isu utama  menangani quality of service (QoS) untuk trafik packet-switched.
Ukuran QoS pada trafik circuit switched di jaringan mobile wireless biasanya
diukur dalam blocking rate
Ukuran QoS untuk trafik packet-switched diukur dalam Delay dan Throughput
QoS terbaik : Dedicated private line karena tidak adanya kongesti, namum tidak
cost efektif untuk trafik bristly dan rendahnya reliability.
Sebagai perbandingan, frame relay dan ATM tidak hanya menawarkan layanan
bandwidth on demand dan dynamic bandwidth sharing, tetapi juga peningkatan
reliability
Pemilihan Teknologi Transport
pada Core Network
Karena ATM merupakan teknologi connection-oriented packet-switching yang
memiliki mekanisme built-in QoS,maka implementasi transport pada core
network dengan ATM akan memberikan banyak keuntungan terutama bila
diperlukan beberapa kelas QoS. Namun demikian, tetap perlu
mempertimbangkan overhead yang cukup besar yaitu 10 persen.
Disisi lain frame relay yang memiliki efisiensi overhead yang tinggi pada ukuran
frame besar mempunyai kelemahan dalam penyediaan QoS.
Sebagai alternatif, VPN bisa juga dijadikan alternatif transport pada core network
bila masalah QoS tidak critical. Namun demikian sifat IP yg merupakan
connectionless technology, tidak memiliki mekanisme absolute QoS.
Perencanaan Core Network
Perencanaan core network melibatkan beberapa pertimbangan agar perencanaan yang dibuat bersifat
scaleable, reliable, cost effective , dan memenuhi tujuan QoS baik pada trafik delay-tolerant data maupun
real-time.
langkah-langkah dalam perencaanaan suatu backbone network:
• Menentukan jumlah core node
• Perhitungan end to end trafik aggregate
• Menentukan persyaratan QOS
• Pemilihan teknologi transport
• Penentuan topology
• Pemilihan elemen infrastruktur core network
• Pengalokasian IP address
• Dimensi elemen jaringan dan interkoneksi
Model Trafik
Data yang paling sulit diperoleh dalam desain jaringan adalah informasi karakteristik trafik jaringan.
Data trafik sangat menentukan penempatan link, besarnya link dan juga konfiguras routing untuk mencapai
utilisasi dan level layanan yang diinginkan
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pemilihan model trafik adalah :
• Perkiraan end-to-end matriks trafik peak hour
• Pemilihan topologi
• Pemilihan skema routing
• Dimensi link yang menghubungkan node
Penempatan Simpul Core Network
• simpul core network biasanya ditempatkan pada lokasi
dengan konsentrasi trafik tinggi untuk mereduksi cost
• RNC ditempatkan pada sekelompok Base station dengan
konsentrasi tinggi Dan PDSN hendaknya berdekatan
dengan RNC utama dan sekaligus gateway jaringan
lainnya ( MSC )
• Bergantung pada volume trafik, RNC dan PDSN dapat
dihubungkan dengan suatu backbone MPLS, ATM ataupun
Frame Relay.
Arsitektur Jaringan LTE
Sumber gambar: tugas akhir Bagus Fachsi
Desain Topologi Backbone
Terdapat banyak cara untuk menghubungkan network edge node :
• Topologi Ring
• Topologi Fully Mesh
• Topologi Dual Hub
• Topologi Five Star
• Topologi Star
Permasalahan dasar dalam desain topologi backbone untuk core network adalah :
diketahui suatu set edge node dan economic cost dari link kandidat yang bisa
menghubungkan node-node tersebut baik secara langsung maupun melalui node
transit ; kemudian melakukan pemilihan suatu set N buah disjoint link, dan transit
nodes (jika ada) sedemikian rupa sehingga dapat menghubungkan node-node
tersebut yang sanggup memenuhi demand trafik, redundancy serta delay
performance secara cost effective.
Desain Topologi Backbone
Topologi Ring
Merupakan topologi yang sederhana
dan murah namun dengan tingkat
kehandalan sangat tinggi.
Bila satu simpul gagal meneruskan
trafik dari tetangga ke tetangga
berikutnya, maka dapat digunakan
alternative routing pada arah
sebaliknya.
Topologi Fully Meshed
Merupakan topologi yang memiliki
kehandalan tertinggi karena alternative
routingnya yang banyak.
Secara teoritis topologi ini akan
memberikan tingkat proteksi yang
terbaik dengan kemampuan
pengiriman trafik antar simpul tercepat.
Topologi Star ( Hub and Spoke )
Merupakan topologi yang
sederhana murah dan bersifat
terpusat.
Dengan topologi ini, satu simpul
ke simpul lainnya hanya
membutuhkan dua loncatan/hop.
Contoh Kasus
Diagram alir Perencanaan Jaringan :
berdasarkan tugas akhir Bagus FachsiSTART
Pengumpulan data
kependudukan
Perhitungan
kebutuhan
bandwidth user
Analisa Keuangan
END
Perhitungan Jumlah
Base Station
Berdasarkan
Coverage: 341 BS
Capacity : 574 BS
Penempatan BS
Perhitungan dan
penempatan EPC
Ring merah: 152 BS; 7,73 Gbps
Ring Biru: 151 BS; 5,67 Gbps
Ring Hijau: 152 BS; 5,7 Gbps
Ring Hitam: 151 BS; 5,72 Gbps
Dari penelitian yang dilakukan oleh Baagus Fachsi, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Dengan kebutuhan bandwidth pelanggan residensial sebesar 512 kbps dan pelanggan perkantoran sebesar 1
Mbps, dibutuhkan kurang lebih sebanyak 482 eNodeB yang menggunakan band 2,6 GHz dengan coverage
sebesar 0,79 km2 pada daerah urban dan 124 eNodeB yang menggunakan band 700 Mhz dengan coverage sebesar
2,31 km2 pada daerah sub-urban serta 4 EPC untuk memenuhi kebutuhan trafik di DKI Jakarta.
2. Reliability jaringan sudah memenuhi spesifikasi. Jaringan memiliki reliability cukup tinggi yaitu 87,96% yang
artinya pelanggan akan dapat mengakses LTE selama 21 jam, 7 menit dari 24 jam setiap harinya.
3. Nilai C/I jaringan sudah memenuhi spesifikasi.C/I yang didapatkan lebih besar daripada 14 dB, sehingga jaringan
yang dibuat bisa memakai modulasi hingga 64-QAM karena interferensi co-channel kecil.
4. Berdasarkan studi kelayakan investasi dengan menghitung CAPEX,OPEX, Revenue, cashflow, NPV dan IRR,
maka dapat dikatakan bahwa jaringan LTE di DKI Jakarta layak untuk diinvestasikan baik dengan menyewa
jaringan backhaul, atau membuat jaringan backhaul sendiri karena keduanya memberikan nilai NPV > 1 trilyun
dan IRR > 40%.
5. Tingkat pengembalian uang pada jaringan LTE di DKI Jakarta cukup tinggi, ditandai dengan BEP yang terjadi pada
sekitar tahun ke-3.
Kesimpulan
Referensi
Tugas Akhir : PERANCANGAN JARINGAN LTE DI DKI JAKARTA DENGAN
MENGGUNAKAN DUAL BAND: 2,6GHz & 700MHz; Bagus Facsi Aginsa
Sesi 4 Perencanaan Akses dan Core Network EVDO; Dr. Ir. Joko Suryana
Perencanaan jaringan akses dan core untuk LTE

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Presentation Rf Optimization And Planning
Presentation  Rf Optimization And PlanningPresentation  Rf Optimization And Planning
Presentation Rf Optimization And PlanningUmmaarraa Raa
 
Ericsson Lean Carrier
Ericsson Lean CarrierEricsson Lean Carrier
Ericsson Lean CarrierEricsson
 
Presentasi telekomunikasi
Presentasi telekomunikasiPresentasi telekomunikasi
Presentasi telekomunikasiAfril Wibisono
 
idle mode_operation_v1.1_chema
 idle mode_operation_v1.1_chema idle mode_operation_v1.1_chema
idle mode_operation_v1.1_chemamohammad ali amini
 
Presentasi wireless microwave
Presentasi wireless   microwavePresentasi wireless   microwave
Presentasi wireless microwaveKurniawan Suganda
 
190937694 csfb-call-flows
190937694 csfb-call-flows190937694 csfb-call-flows
190937694 csfb-call-flowsamakRF
 
Tugas Manajemen Jaringan Komputer (Routing)
Tugas Manajemen Jaringan Komputer (Routing)Tugas Manajemen Jaringan Komputer (Routing)
Tugas Manajemen Jaringan Komputer (Routing)Veliany Khosasih
 
Introduction to Massive Mimo
Introduction to Massive MimoIntroduction to Massive Mimo
Introduction to Massive MimoAhmed Nasser Agag
 
14 gsm bss network kpi (call setup time) optimization manual[1].doc
14 gsm bss network kpi (call setup time) optimization manual[1].doc14 gsm bss network kpi (call setup time) optimization manual[1].doc
14 gsm bss network kpi (call setup time) optimization manual[1].doctharinduwije
 
Equalisation, diversity, coding.
Equalisation, diversity, coding.Equalisation, diversity, coding.
Equalisation, diversity, coding.Vrince Vimal
 
Sistem transmisi data
Sistem transmisi dataSistem transmisi data
Sistem transmisi dataguestca3fd33
 
Lte attach-messaging
Lte attach-messagingLte attach-messaging
Lte attach-messagingPraveen Kumar
 

Mais procurados (20)

Fiber optics
Fiber opticsFiber optics
Fiber optics
 
Presentation Rf Optimization And Planning
Presentation  Rf Optimization And PlanningPresentation  Rf Optimization And Planning
Presentation Rf Optimization And Planning
 
Ericsson Lean Carrier
Ericsson Lean CarrierEricsson Lean Carrier
Ericsson Lean Carrier
 
Speech encoding techniques
Speech encoding techniquesSpeech encoding techniques
Speech encoding techniques
 
Presentasi telekomunikasi
Presentasi telekomunikasiPresentasi telekomunikasi
Presentasi telekomunikasi
 
idle mode_operation_v1.1_chema
 idle mode_operation_v1.1_chema idle mode_operation_v1.1_chema
idle mode_operation_v1.1_chema
 
Presentasi wireless microwave
Presentasi wireless   microwavePresentasi wireless   microwave
Presentasi wireless microwave
 
9.kompresi teks
9.kompresi teks9.kompresi teks
9.kompresi teks
 
190937694 csfb-call-flows
190937694 csfb-call-flows190937694 csfb-call-flows
190937694 csfb-call-flows
 
MU- mimo [autosaved]
MU- mimo [autosaved]MU- mimo [autosaved]
MU- mimo [autosaved]
 
05 b rrm dl PARAMETER
05 b rrm dl PARAMETER05 b rrm dl PARAMETER
05 b rrm dl PARAMETER
 
Tugas Manajemen Jaringan Komputer (Routing)
Tugas Manajemen Jaringan Komputer (Routing)Tugas Manajemen Jaringan Komputer (Routing)
Tugas Manajemen Jaringan Komputer (Routing)
 
Introduction to Massive Mimo
Introduction to Massive MimoIntroduction to Massive Mimo
Introduction to Massive Mimo
 
14 gsm bss network kpi (call setup time) optimization manual[1].doc
14 gsm bss network kpi (call setup time) optimization manual[1].doc14 gsm bss network kpi (call setup time) optimization manual[1].doc
14 gsm bss network kpi (call setup time) optimization manual[1].doc
 
Equalisation, diversity, coding.
Equalisation, diversity, coding.Equalisation, diversity, coding.
Equalisation, diversity, coding.
 
What is 16 qam modulation
What is 16 qam modulationWhat is 16 qam modulation
What is 16 qam modulation
 
Sistem transmisi data
Sistem transmisi dataSistem transmisi data
Sistem transmisi data
 
5gc call flow
5gc call flow5gc call flow
5gc call flow
 
Lte attach-messaging
Lte attach-messagingLte attach-messaging
Lte attach-messaging
 
Multiplexing
MultiplexingMultiplexing
Multiplexing
 

Destaque

Perlengkapan dan komponen pada bts
Perlengkapan dan komponen pada btsPerlengkapan dan komponen pada bts
Perlengkapan dan komponen pada btssepti indah
 
Pengenalan BTS (Base Tranceiver Station)
Pengenalan BTS (Base Tranceiver Station)Pengenalan BTS (Base Tranceiver Station)
Pengenalan BTS (Base Tranceiver Station)Abdurrochman Soewarno
 
Cell tower, BTS & antennas
Cell tower, BTS & antennasCell tower, BTS & antennas
Cell tower, BTS & antennasnimay1
 
Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)
Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)
Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)Achmad Wahid
 
Ericsson BTS commisioning
Ericsson BTS commisioningEricsson BTS commisioning
Ericsson BTS commisioningShahid Rasool
 
Bts installation & commisioning.ppt
Bts installation & commisioning.pptBts installation & commisioning.ppt
Bts installation & commisioning.pptAIRTEL
 

Destaque (6)

Perlengkapan dan komponen pada bts
Perlengkapan dan komponen pada btsPerlengkapan dan komponen pada bts
Perlengkapan dan komponen pada bts
 
Pengenalan BTS (Base Tranceiver Station)
Pengenalan BTS (Base Tranceiver Station)Pengenalan BTS (Base Tranceiver Station)
Pengenalan BTS (Base Tranceiver Station)
 
Cell tower, BTS & antennas
Cell tower, BTS & antennasCell tower, BTS & antennas
Cell tower, BTS & antennas
 
Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)
Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)
Georisk buku pedoman analisis risiko (penanggulangan bencana)
 
Ericsson BTS commisioning
Ericsson BTS commisioningEricsson BTS commisioning
Ericsson BTS commisioning
 
Bts installation & commisioning.ppt
Bts installation & commisioning.pptBts installation & commisioning.ppt
Bts installation & commisioning.ppt
 

Semelhante a Perencanaan jaringan akses dan core untuk LTE

Semelhante a Perencanaan jaringan akses dan core untuk LTE (20)

Perencanaan Jaringan Seluler
Perencanaan Jaringan SelulerPerencanaan Jaringan Seluler
Perencanaan Jaringan Seluler
 
Perencanaan jaringan nirkabel
Perencanaan jaringan nirkabelPerencanaan jaringan nirkabel
Perencanaan jaringan nirkabel
 
Perencanaan jaringan mobile seluler
Perencanaan jaringan mobile selulerPerencanaan jaringan mobile seluler
Perencanaan jaringan mobile seluler
 
Konfigurasi metro ethernet pada jaringan speedy
Konfigurasi metro ethernet pada jaringan speedyKonfigurasi metro ethernet pada jaringan speedy
Konfigurasi metro ethernet pada jaringan speedy
 
desain jaringan berbasis luas
desain jaringan berbasis luasdesain jaringan berbasis luas
desain jaringan berbasis luas
 
Perencanaan Jaringan Akses dan Core
Perencanaan Jaringan Akses dan CorePerencanaan Jaringan Akses dan Core
Perencanaan Jaringan Akses dan Core
 
Mentum ellipse rev.1
Mentum ellipse rev.1Mentum ellipse rev.1
Mentum ellipse rev.1
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 
Kelompok 4 jarkom pp
Kelompok 4 jarkom ppKelompok 4 jarkom pp
Kelompok 4 jarkom pp
 
17module 29 wide-area-network-wan
17module 29 wide-area-network-wan17module 29 wide-area-network-wan
17module 29 wide-area-network-wan
 
Bahan Ajar Daring Pertemuan 1
Bahan Ajar Daring Pertemuan 1Bahan Ajar Daring Pertemuan 1
Bahan Ajar Daring Pertemuan 1
 
Sistem Jaringan dan Topologi Jaringan
Sistem Jaringan dan Topologi JaringanSistem Jaringan dan Topologi Jaringan
Sistem Jaringan dan Topologi Jaringan
 
Tugas kelompok jaringan komputer
Tugas kelompok jaringan komputerTugas kelompok jaringan komputer
Tugas kelompok jaringan komputer
 
Jaringan dan internet irwan
Jaringan dan internet irwanJaringan dan internet irwan
Jaringan dan internet irwan
 
MSAN
MSANMSAN
MSAN
 
Interface OTN untuk IP over DWDM
Interface OTN untuk IP over DWDMInterface OTN untuk IP over DWDM
Interface OTN untuk IP over DWDM
 
Tik topologii wulan
Tik topologii wulanTik topologii wulan
Tik topologii wulan
 
Macam topologi Alfonsus Adrian Y. 9h/3
Macam topologi Alfonsus Adrian Y. 9h/3Macam topologi Alfonsus Adrian Y. 9h/3
Macam topologi Alfonsus Adrian Y. 9h/3
 
Materi teknologi wan
Materi teknologi wanMateri teknologi wan
Materi teknologi wan
 

Último

bab3stoikiometri kimia sekolah menengah atas.ppt
bab3stoikiometri kimia sekolah menengah atas.pptbab3stoikiometri kimia sekolah menengah atas.ppt
bab3stoikiometri kimia sekolah menengah atas.pptammar71274
 
Presentasi Uji Kompetensi SKK Ahli Muda Teknik Rawa Level 7
Presentasi Uji Kompetensi SKK Ahli Muda Teknik Rawa Level 7Presentasi Uji Kompetensi SKK Ahli Muda Teknik Rawa Level 7
Presentasi Uji Kompetensi SKK Ahli Muda Teknik Rawa Level 7ssuser13ac8a
 
computational geometry - computer graphics.pptx
computational geometry - computer graphics.pptxcomputational geometry - computer graphics.pptx
computational geometry - computer graphics.pptxanitapratiwi0724
 
Asistensi 1 Pemilihan Trase dan Analisis Multikriteria.pptx.pdf
Asistensi 1 Pemilihan Trase dan Analisis Multikriteria.pptx.pdfAsistensi 1 Pemilihan Trase dan Analisis Multikriteria.pptx.pdf
Asistensi 1 Pemilihan Trase dan Analisis Multikriteria.pptx.pdfdewiqu
 
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipilcontoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipilNengHodijatulKubro07
 
Presentasi SKK Level 6 Pengawas Struktur Bangunan Gedung
Presentasi SKK Level 6 Pengawas Struktur Bangunan GedungPresentasi SKK Level 6 Pengawas Struktur Bangunan Gedung
Presentasi SKK Level 6 Pengawas Struktur Bangunan Gedungssuser13ac8a
 

Último (6)

bab3stoikiometri kimia sekolah menengah atas.ppt
bab3stoikiometri kimia sekolah menengah atas.pptbab3stoikiometri kimia sekolah menengah atas.ppt
bab3stoikiometri kimia sekolah menengah atas.ppt
 
Presentasi Uji Kompetensi SKK Ahli Muda Teknik Rawa Level 7
Presentasi Uji Kompetensi SKK Ahli Muda Teknik Rawa Level 7Presentasi Uji Kompetensi SKK Ahli Muda Teknik Rawa Level 7
Presentasi Uji Kompetensi SKK Ahli Muda Teknik Rawa Level 7
 
computational geometry - computer graphics.pptx
computational geometry - computer graphics.pptxcomputational geometry - computer graphics.pptx
computational geometry - computer graphics.pptx
 
Asistensi 1 Pemilihan Trase dan Analisis Multikriteria.pptx.pdf
Asistensi 1 Pemilihan Trase dan Analisis Multikriteria.pptx.pdfAsistensi 1 Pemilihan Trase dan Analisis Multikriteria.pptx.pdf
Asistensi 1 Pemilihan Trase dan Analisis Multikriteria.pptx.pdf
 
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipilcontoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
 
Presentasi SKK Level 6 Pengawas Struktur Bangunan Gedung
Presentasi SKK Level 6 Pengawas Struktur Bangunan GedungPresentasi SKK Level 6 Pengawas Struktur Bangunan Gedung
Presentasi SKK Level 6 Pengawas Struktur Bangunan Gedung
 

Perencanaan jaringan akses dan core untuk LTE

  • 1. Putri Diana NIM 23213324 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung 2015
  • 3. Kenapa LTE 1. Latency yang lebih kecil 2. Kecepatan data yang lebih besar 3. Kapasitas dan Jangkauan yang lebih besar 4. Biaya yang lebih murah LTE atau Long Term Evolution atau yang lebih sering disebut 4G adalah satu standar yang studinya dimulai dari tahun 2004 LTE
  • 5. Tujuan Perencanaan Jaringan • Coverage • Building/Vehicle Penetration • Traffic/Capacity • Schedule • Performance • Economics
  • 6. Jumlah Pelanggan Jumlah BS berdasarkan Kapasitas Jumlah BS berdasarkan Coverage Jumlah BS berdasarkan Kapasitas Jumlah BS berdasarkan Coverage Jumlah BS berdasarkan Kapasitas  Maksimalkan Tinggi Antena Jumlah BS berdasarkan Coverage  Minimalkan Tinggi Antenna Memaksimalkan Coverage dan Capacity
  • 7. Diagram alir Perencanaan Jaringan : Umum START Analisa Kapasitas yang dibutuhkan Atot = (Erlang) Kapasitas system dari BW yang dialokasikan Asel = (Erlang/Sel) 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑆𝑒𝑙 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙 𝐽𝑎𝑟𝑖 − 𝐽𝑎𝑟𝑖 𝑆𝑒𝑙 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑆𝑒𝑙 2.6 Jumlah Sel Atot/Asel = (sel) Analisa Pathloss Analisa Link Budget Perhitungan Daya Frequency Planning KUALITAS OKE ? OPTIMASI • Threshold handover • Daya Pancar • Noise Figure, dll END
  • 8. Metoda Penelitian Pengumpulan Data • Data Geografis • Data Kependudukan
  • 9. Perhitungan Kebutuhan Bandwidth User 𝑃𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎 𝐿𝑇𝐸 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ 𝑀𝑏𝑝𝑠 = 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑋 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑠𝑒𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑋 𝑂𝑆𝐹 Daerah pemukiman, tempat hiburan 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 = 𝑃𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎 𝐿𝑇𝐸 𝑋 %𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 Daerah perkantoran 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑋 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑋 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑋 %𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 Daerah jalanan 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 = 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑋 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑋 2 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑋 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑔𝑒𝑑𝑢𝑛𝑔 𝑋 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑋 %𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛
  • 10. Perhitungan Jumlah Base Statiton Berdasarkan Coverage (Diambil dari gambar III.2 TA Bagus Fachsi) Ket:: Daerah urban (merah) ,Daerah sub urban (kuning) Parameter yang dibutuhkan: • Daya Pancar • Gain Antena • Tinggi Base Station (hb) • Sensitivitas (SNR+Noise) • Noise Figure • Gain Antena Receiver • Tinggi Antena Receiver (hm) • Frekuensi • Model Sel Menggunakan model (contoh: Okumura hatta atau COST 231) Maka didapatkan Jari-jari sel dan Coverage 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑆 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐵𝑆 𝑛𝑜𝑡𝑒: 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ: 𝑢𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑠𝑢𝑏 𝑢𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑟𝑢𝑟𝑎𝑙
  • 11. Perhitungan Jumlah Base Statiton Berdasarkan Kapasitas Asusmsi: • Satu BS terdiri dari berapa sektor • Bandwidth LTE yang digunankan • Modulasi yang digunakan • TDD / FDD / Duplex 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑆 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 1 𝐵𝑇𝑆 Penempatan Jumlah Base Statiton 𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑠𝑒 𝑆𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 Perhitungan dan Penempatan EPC 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐸𝑃𝐶 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑠𝑒 𝑆𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑃𝐶 Dibagi menjadi beberapa ring, yang tiap ring nya memiliki trafik berbeda
  • 12. Perencanaan Core Jaringan setelah akses network Fungsi: memberkan layanan : layanan voice, billing
  • 13. Teknologi Transport Core Network Alternatif teknologi transport yang bisa digunakan untuk penyediaan konektivitas pada simpul core network pada lapis fisik dan data link adalah sbb : • Dedicated Private Line • ATM virtual circuit • Frame relayed PVC • VPN • MPLS • Carrier Ethernet
  • 14. Pemilihan Teknologi Transport pada Core Network Isu utama  menangani quality of service (QoS) untuk trafik packet-switched. Ukuran QoS pada trafik circuit switched di jaringan mobile wireless biasanya diukur dalam blocking rate Ukuran QoS untuk trafik packet-switched diukur dalam Delay dan Throughput QoS terbaik : Dedicated private line karena tidak adanya kongesti, namum tidak cost efektif untuk trafik bristly dan rendahnya reliability. Sebagai perbandingan, frame relay dan ATM tidak hanya menawarkan layanan bandwidth on demand dan dynamic bandwidth sharing, tetapi juga peningkatan reliability
  • 15. Pemilihan Teknologi Transport pada Core Network Karena ATM merupakan teknologi connection-oriented packet-switching yang memiliki mekanisme built-in QoS,maka implementasi transport pada core network dengan ATM akan memberikan banyak keuntungan terutama bila diperlukan beberapa kelas QoS. Namun demikian, tetap perlu mempertimbangkan overhead yang cukup besar yaitu 10 persen. Disisi lain frame relay yang memiliki efisiensi overhead yang tinggi pada ukuran frame besar mempunyai kelemahan dalam penyediaan QoS. Sebagai alternatif, VPN bisa juga dijadikan alternatif transport pada core network bila masalah QoS tidak critical. Namun demikian sifat IP yg merupakan connectionless technology, tidak memiliki mekanisme absolute QoS.
  • 16. Perencanaan Core Network Perencanaan core network melibatkan beberapa pertimbangan agar perencanaan yang dibuat bersifat scaleable, reliable, cost effective , dan memenuhi tujuan QoS baik pada trafik delay-tolerant data maupun real-time. langkah-langkah dalam perencaanaan suatu backbone network: • Menentukan jumlah core node • Perhitungan end to end trafik aggregate • Menentukan persyaratan QOS • Pemilihan teknologi transport • Penentuan topology • Pemilihan elemen infrastruktur core network • Pengalokasian IP address • Dimensi elemen jaringan dan interkoneksi
  • 17. Model Trafik Data yang paling sulit diperoleh dalam desain jaringan adalah informasi karakteristik trafik jaringan. Data trafik sangat menentukan penempatan link, besarnya link dan juga konfiguras routing untuk mencapai utilisasi dan level layanan yang diinginkan Langkah-langkah yang diperlukan dalam pemilihan model trafik adalah : • Perkiraan end-to-end matriks trafik peak hour • Pemilihan topologi • Pemilihan skema routing • Dimensi link yang menghubungkan node
  • 18. Penempatan Simpul Core Network • simpul core network biasanya ditempatkan pada lokasi dengan konsentrasi trafik tinggi untuk mereduksi cost • RNC ditempatkan pada sekelompok Base station dengan konsentrasi tinggi Dan PDSN hendaknya berdekatan dengan RNC utama dan sekaligus gateway jaringan lainnya ( MSC ) • Bergantung pada volume trafik, RNC dan PDSN dapat dihubungkan dengan suatu backbone MPLS, ATM ataupun Frame Relay.
  • 19. Arsitektur Jaringan LTE Sumber gambar: tugas akhir Bagus Fachsi
  • 20. Desain Topologi Backbone Terdapat banyak cara untuk menghubungkan network edge node : • Topologi Ring • Topologi Fully Mesh • Topologi Dual Hub • Topologi Five Star • Topologi Star Permasalahan dasar dalam desain topologi backbone untuk core network adalah : diketahui suatu set edge node dan economic cost dari link kandidat yang bisa menghubungkan node-node tersebut baik secara langsung maupun melalui node transit ; kemudian melakukan pemilihan suatu set N buah disjoint link, dan transit nodes (jika ada) sedemikian rupa sehingga dapat menghubungkan node-node tersebut yang sanggup memenuhi demand trafik, redundancy serta delay performance secara cost effective.
  • 21. Desain Topologi Backbone Topologi Ring Merupakan topologi yang sederhana dan murah namun dengan tingkat kehandalan sangat tinggi. Bila satu simpul gagal meneruskan trafik dari tetangga ke tetangga berikutnya, maka dapat digunakan alternative routing pada arah sebaliknya. Topologi Fully Meshed Merupakan topologi yang memiliki kehandalan tertinggi karena alternative routingnya yang banyak. Secara teoritis topologi ini akan memberikan tingkat proteksi yang terbaik dengan kemampuan pengiriman trafik antar simpul tercepat. Topologi Star ( Hub and Spoke ) Merupakan topologi yang sederhana murah dan bersifat terpusat. Dengan topologi ini, satu simpul ke simpul lainnya hanya membutuhkan dua loncatan/hop.
  • 23. Diagram alir Perencanaan Jaringan : berdasarkan tugas akhir Bagus FachsiSTART Pengumpulan data kependudukan Perhitungan kebutuhan bandwidth user Analisa Keuangan END Perhitungan Jumlah Base Station Berdasarkan Coverage: 341 BS Capacity : 574 BS Penempatan BS Perhitungan dan penempatan EPC Ring merah: 152 BS; 7,73 Gbps Ring Biru: 151 BS; 5,67 Gbps Ring Hijau: 152 BS; 5,7 Gbps Ring Hitam: 151 BS; 5,72 Gbps
  • 24. Dari penelitian yang dilakukan oleh Baagus Fachsi, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Dengan kebutuhan bandwidth pelanggan residensial sebesar 512 kbps dan pelanggan perkantoran sebesar 1 Mbps, dibutuhkan kurang lebih sebanyak 482 eNodeB yang menggunakan band 2,6 GHz dengan coverage sebesar 0,79 km2 pada daerah urban dan 124 eNodeB yang menggunakan band 700 Mhz dengan coverage sebesar 2,31 km2 pada daerah sub-urban serta 4 EPC untuk memenuhi kebutuhan trafik di DKI Jakarta. 2. Reliability jaringan sudah memenuhi spesifikasi. Jaringan memiliki reliability cukup tinggi yaitu 87,96% yang artinya pelanggan akan dapat mengakses LTE selama 21 jam, 7 menit dari 24 jam setiap harinya. 3. Nilai C/I jaringan sudah memenuhi spesifikasi.C/I yang didapatkan lebih besar daripada 14 dB, sehingga jaringan yang dibuat bisa memakai modulasi hingga 64-QAM karena interferensi co-channel kecil. 4. Berdasarkan studi kelayakan investasi dengan menghitung CAPEX,OPEX, Revenue, cashflow, NPV dan IRR, maka dapat dikatakan bahwa jaringan LTE di DKI Jakarta layak untuk diinvestasikan baik dengan menyewa jaringan backhaul, atau membuat jaringan backhaul sendiri karena keduanya memberikan nilai NPV > 1 trilyun dan IRR > 40%. 5. Tingkat pengembalian uang pada jaringan LTE di DKI Jakarta cukup tinggi, ditandai dengan BEP yang terjadi pada sekitar tahun ke-3. Kesimpulan
  • 25. Referensi Tugas Akhir : PERANCANGAN JARINGAN LTE DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN DUAL BAND: 2,6GHz & 700MHz; Bagus Facsi Aginsa Sesi 4 Perencanaan Akses dan Core Network EVDO; Dr. Ir. Joko Suryana

Notas do Editor

  1. Kapasitas dari EPC merupakan fitur yang informasinya tidak dipublikasikan secara bebas. Selain itu, kapasitas EPC berbeda-beda sesuai dengan vendor yang memproduksinya.
  2. Dedicated Private Line Saluran dedicated private TDM , link optik SONNET maupun LOS digital microwave Keuntungan : QOS yang baik dan kongesti bukan merupakan isu Kemudahan dalam perancangan untuk mengatasi trafik peak Kelemahan: Berkurangnya reliability (biasanya tanpa alternate-rerouting) Biaya mahal dan sensitif terhadap jarak Tidak efisien untuk penanganan trafik sporadis Kriteria Sizing pada Private Line Bandwidth (size) suatu private line antar dua simpul didasarkan pada trafik puncak keduanya. Bila ada trafik lebih akan dibuang. ATM Virtual Circuit ATM virtual circuit dapat disediakan secara permanen maupun berdasar switching cell pada jaringan ATM. Keuntungan : Lebih cost effective dan mampu menyediakan bandwidth on demand Biaya tidak sensitif terhadap jarak Reliability lebih baik karena adanya built in-rerouting Memungkinkan multiple virtual connection melalui suatu port fisik tunggal Dynamic bandwidth sharing Multi-class service untuk secara efisien mengatasi kelas trafik dan persyaratan kinerja Kelemahan: Perancangan lebih kompleks dan penanganan QoS Terdapat protocol overhead Kemungkinan terjadi packet losses dan delay dalam ATM switch Frame Relay Layanan frame relaying saat ini disediakan melalui PVC (permanent virtual circuit), yang di set-up oleh network operator. Kecepatan frame relay yang saat ini disediakan oleh operator bersifat tetap 56 Kbps, 128 Kbps, 384 Kbps, dan bahkan 1.536 Mbps. Keuntungan: Menggunakan variable frame length sehingga bisa diatur seberapa porsi overheadnya. Mudah dalam perancangan dan konfigurasi dibandingkan dengan ATM Perangkat frame relay dan interface card lebih murah dibanding ATM Menyediakan skema pricing yang tidak sensitif terhadap jarak Memungkinkan multiple virtual connection pada suatu single physical port Kelemahan: Kecepatan lebih rendah dibandingkan ATM ( saat ini T1 ataupun multiple T1 dan up to DS3 rate ) Tidak ada fitur untuk penyediaan QoS yang beragam Tidak cukup bagus untuk menangani trafik delay critical traffic seperti conversational voice VPN Virtual Private Network (VPN) merupakan IP tunnel yang di set up melalui internet ataupun jaringan private IP untuk transport protokol TCP atau UDP antara dua simpul kelemahannya adalah terjadinya peningkatan tunneling overhead dan potensi performance bottlenecks. IP merupakan teknologi connectionless sehingga tidak memiliki mekanisme absolute QoS. Satu-satunya mekanisme QOS hanyalah dengan packet prioritization dan scheduling yang membantu membedakan diantara multiple service dan menyediakan service quality secara relatif. Mekanisme relative QOS ini tidak diimplementasikan dalam jaringan internet, tetapi dapat diimplementasikan dalam suatu private IP network untuk koneksi antar core network element. MPLS Multiprotocol label switching (MPLS) merupakan suatu teknik hybrid routing dan switching dimana kemampuan IP routing dikombinasikan dengan aspek fast switching dari ATM. Fungsi IP routing ditambahkan dalam edge device yang menggunakan informasi IP header untuk penentuan routing packet. Paket tersebut kemudian di-tagged dengan suatu swappable label dari rute tujuan dalam intermediate node yang mana suatu ATM like switch akan melakukan fungsi switching pada label paket . Paket dapat diberi label sesuai sumber dan tujuan TCP port dan / atau IP address sumber –tujuan source-destination bersama-sama dengan prioritasi paket dan parameter QoS terkait lainnya. Pendekatan MPLS dapat dianggap sebagai suatu mekanisme flow-based resource reservation dimana packet diklasifikasikan dan discheduled menurut afiliasi flow untuk resource reservation. Resource reservation memiliki potensi end-to-end QOS oleh karena konsep flow ; suatu flow originating dari suatu defined end point dan tujuan. Sehingga MPLS menyediakan QOS dari connection oriented data transfer dengan menjaga keuntungan IP interface dan fungsi routing dari edge of the network. MPLS dipertimbangakan sebagai pengganti IP over ATM dalam jangka panjang . Carrier Ethernet Teknologi Carrier Ethernet merupakan teknologi yang mulai menggantikan teknologi sebelumnya, Implementasi Backhauling / Core berbasis Carrier Ethernet dapat dilakukan dengan beberapa cara : Ethernet over TDM (SDH/SONET, PDH) Ethernet over Fiber (WDM, GPON, Native Ethernet over Fiber) Ethernet over Microwave Ethernet over Copper (SHDSL, ADSL)
  3. Menentukan jumlah core node berdasarkan trafik akses dan distribusinya, co-siting dengan GSM node dll. Perhitungan end to end trafik aggregate untuk setiap layanan Menentukan persyaratan QOS untuk setiap layanan Pemilihan teknologi transport yang sesuai untuk menghubungkan node-node Penentuan topology Pemilihan elemen infrastruktur core network yang sesuai ( router / switche / simpul lainnya) dan konfigurasi yang cocok dengan persyaratan QoS Pengalokasian IP address ke elemen jaringan dan pelanggan Perkiraan kuantitas perangkat infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung trafik Dimensi elemen jaringan dan interkoneksinya
  4. Perkiraan end-to-end matriks trafik peak hour yang didasarkan pada data eksisting ataupun data marketing Pemilihan topologi Pemilihan skema routing Dimensi link yang menghubungkan node
  5. Untuk mereduksi cost, simpul core network biasanya ditempatkan pada lokasi dengan konsentrasi trafik tinggi. RNC ditempatkan pada sekelompok Base station dengan konsentrasi tinggi. Dan PDSN hendaknya berdekatan dengan RNC utama dan sekaligus gateway jaringan lainnya ( MSC ) Bergantung pada volume trafik, RNC dan PDSN dapat dihubungkan dengan suatu backbone MPLS, ATM ataupun Frame Relay.
  6. Topologi Ring Merupakan topologi yang sederhana dan murah namun dengan tingkat kehandalan sangat tinggi. Bila satu simpul gagal meneruskan trafik dari tetangga ke tetangga berikutnya, maka dapat digunakan alternative routing pada arah sebaliknya. Jaringan dengan topologi ini memerlukan link beberapa loncatan untuk meneruskan trafik, sehingga mempunyai keterlambatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan topologi star. Topologi ini kurang mendukung skalabilitas jaringan. Topologi Fully Meshed Merupakan topologi yang memiliki kehandalan tertinggi karena alternative routingnya yang banyak. Secara teoritis topologi ini akan memberikan tingkat proteksi yang terbaik dengan kemampuan pengiriman trafik antar simpul tercepat. Namun demikian implementasi jaringan dengan topologi ini akan membuat biaya pengadaan jaringan menjadi sangat mahal. Topologi ini kurang mendukung skalabilitas. Topologi Star ( Hub and Spoke ) Merupakan topologi yang sederhana murah dan bersifat terpusat. Dengan topologi ini, satu simpul ke simpul lainnya hanya membutuhkan dua loncatan/hop. Namun demikian, topologi ini membutuhkan kinerja Hub yang sangat kuat, karena begitu Hub gagal, maka seluruh jaringan tidak akan bisa bekerja karena ketergantungannya pada fungsi Switching dari Hub.