SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 86
Baixar para ler offline
i
ii
MENGELOLA BENCANA
KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN
Kontributor
Waliadi, Suhada, Dedi
Editor
Evy S.Suryatmana
Ilustrator
YayakYatmaka
Disain dan Tata Letak
YayakYatmaka,Fatkhurohman
Pengumpulan Data
Taufik Rahman
Diterbitkan sebagai rangkaian kegiatan
Strengthening of Initiatives in peat Areas to increase Preparedness
for disasters (SIAP) project
CARE International Indonesia, 2005 - 2006
iii
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
KATA PENGANTAR
Bencana kebakaran hutan dan lahan merupakan permasalahan serius yang
harus dihadapi masyarakat Kalimantan Tengah setiap tahun pada musim
kemarau. Masyarakat Kalimantan Tengah dituntut untuk mampu mengelola
resiko bencana kebakaran secara mandiri.
Bagi kami buku tentang “ Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan”
merupakan informasi praktis dan mudah dicerna oleh masyarakat.
Penyampaian materi tentang : rehabilitasi, pencegahan, kesiap siagaan dan
penanggulangan, disertai ilustrasi contoh di lapangan menjadikan buku ini
lebihmudahdicernaolehpenggunaterutamamasyarakatdesa.Analisayang
sederhana mengenai penyebab dan dampak kebakaran yang disampaikan
dengan detail ini sangat berguna bagi penyadaran masyarakat.
Inti semangat buku ini adalah “Pengelolaan Bencana Berbasis Masyarakat”.
Adapun komponen-komponen pengelolaan bencana kebakaran ini tidak
dimaksudkan sebagai tuntutan, melainkan sebagai “suatu tujuan” yang patut
diupayakan pencapaiannya secara bersama oleh semua pihak yang terlibat
dalam situasi bencana kebakaran.
Kami mengucapkan terimakasih kepada para kepala desa dan masyarakat
desa dampingan CARE atas semua dukungan selama program berjalan
hingga tersusunnya buku ini. Akhirnya kepada para pendamping masyarakat
dan penyandang dana, kami menghargai sumbangan dan dedikasinya dan
berharap semua ini menjadi langkah awal yang baik dan dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan masyarakat Kalimantan Tengah.
Palangkaraya, Oktober 2005
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
A. TERAS NARANG, SH
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Ungkapan rasa syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan atas rahmat, hidayah
dan keleluasaan yang diberikan-Nya, sehingga tersusunnya buku ini.
Ucapan terimakasih pertama-tama kami sampaikan kepada masyarakat
dampingan CARE atas partisipasinya dalam ujicoba media yang banyak
memberi masukan untuk perbaikan buku ini. Mereka adalah anggota
kelompok tani dan regu pengendali kebakaran (RPK) dari:
n Desa Keruing dan Desa Parit , Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten
Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (15 Oktober 2005)
n Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau,
Kalimantan Tengah (17 Oktober 2005)
n Desa Anjir Pulang Pisau, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang
Pisau, Kalimantan Tengah (20 Oktober 2005)
n Terimakasih juga untuk fasilitator lapangan CARE di Kalimantan Tengah
atas sumbangan ide leaflet kreatifnya. Tanpa adanya leaflet ini, gagasan
penyusunan buku ini barangkali tidak akan terwujud. Mereka adalah:
n Ape yang memfasilitasi Desa Rubung Buyung, Baninan dan Rubung Bonot
n Tuta yang memfasilitasi Desa Jemaras, Luwuk Ranggan dan Patai
n Peny yang memfasilitasi Desa Mekar Jaya, Bukit Sari dan Bukit Harapan
n Yosep yang memfasilitasi Desa Keruing, Sei Ubar dan Sudan
n Marciano yang memfasilitasi Desa Parit, Pantai Harapan dan Bukit Batu
n Rano yang memfasilitasi Desa Karang Tunggal, Karang Sari, Sumber
Makmur, Bandar Agung dan Beringin Tunggal Jaya
n Yesaya yang memfasilitasi Desa Bejarum, Sungai Paring, Luwuk Bunter
danTewah.
Secara khusus ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Hartmut
Arberger yang menyumbangkan gagasan siklus pengelolaan kebakaran
berbasis masyarakat, yang kami pergunakan mulai pelatihan sampai
penyusunan buku ini.
Palangkaraya, Oktober 2005
Tim Penyusun
1PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Dahulu ketika rimba Kalimantan masih utuh, kebakaran hutan tiap musim
kemarau akan padam dengan sendirinya secara alami. Ketika itu kebakaran
hutan belum menjadi bencana bagi masyarakat. Kemudian masuk proyek-
proyek logging dan Proyek Lahan Gambut (PLG) sejuta hektar. Sejak itulah
hutan-hutan menjadi terbuka dan kebakaran hutan pun menjadi tidak
terkendali, menjalar terus membakar habis kebun masyarakat. Setelah terjadi
bencana kebakaran tahun ini, masyarakat harus bersiap-siap menghadapi
bencana tahun berikutnya. Masyarakat harus mampu mengelola bencana
kebakaran dengan baik untuk mengurangi resiko.
Pengelolaan bencana kebakaran terdiri dari: tindakan“Rehabilitasi” setelah
bencana;tindakan“ Pencegahan” jauh sebelum bencana; tindakan“Kesiap
siagaan” menjelangbencana;dantindakan“Penanggulangan” ketikabencana
datang kembali.
Mengelola bencana kebakaran berbasis masyarakat bisa kita mulai dari
kegiatan yang biasa dilakukan masyarakat lokal kemudian dipadukan dengan
teknik luar yang lebih maju. Misalnya dalamRehabilitasi, upaya perbaikan
lokal setelah bencana bisa kita padukan dengan kerja kelompok yang lebih
teroganisir. Dalam Pencegahan, teknik pembakaran terkendali lokal bisa
kitapadukandenganpelatihandanpenegakanhukum.DalamKesiap-siagaan
, bisa kita padukan sistem peringatan dini lokal dengan sistem modern,
demikian juga penyiapan peralatan tradisional digabung dengan peralatan
semi modern. Dalam Penanggulangan bisa kita padukan antara teknik
pemadaman lokal dengan teknik luar yang lebih maju, juga ditambahkan
keselamatan kerja.
2 PENDAHULUAN
Pelaksanaannya di lapangan sebaiknya mengikuti pola“Siklus
Pengelolaan Bencana” dimulai dari ANALISA setelah kejadian bencana
kebakaran, sebagai berikut:
3PENDAHULUAN
Setelah “Bencana Kebakaran”menghabiskan
lahan dan hutan, kita pun mulai melakukan
“Analisa” apa saja penyebab dan dampak dari
bencana kebakaran ini? Pemahaman tentang
segitiga api pun menjadi penting untuk menjawab
semuanya.
Setelah bencana menimpa kita, apa cukup hanya
menganalisa saja? tentu tidak. Kita harus segera
melakukan“ Rehabilitasi”,bersama-sama
memperbaiki semua kerusakan agar kondisi
kembali normal.
Selanjutnyakitaupayakantindakan“ Pencegahan
Kebakaran” agar semua yang sudah diperbaiki
tidak lagi termakan api. Biasakan membuat sekat
bakar/parit di kebun, lakukan pembakaran
terkendali, ikuti pelatihan pengendalian
kebakaran agar kita terlatih mengatasi api, dan
tegakan hukum bagi pelanggaran pembakaran
lahan.
Meskipun kita sudah upayakan tindakan
pencegahan kebakaran, kemungkinan bencana
kebakaran kembali datang harus tetap
diantisipasi.Kitaharus“ Bersiap-siaga” menjelang
kebakaran berikutnya. Siapkan peralatan
pemadam, siapkan tim pemadam yang terlatih,
lakukan patroli di lokasi rawan.
Ketika“BencanaKebakaran” kembali datang,
kita sudah lebih siap dari sebelumnya.
“Penanggulangan” kebakaran lebih terorganisir
karena sudah terlatih teknik pemadaman dan
keselamatan kerja. Api yang masuk kebun
berkurang karena sudah dibuat sekat bakar/parit
yang menghalangi masuknya api. Luas areal yang
terbakar pun makin berkurang, karena lahan
tidur (terlantar) yang rawan terbakar sudah
ditanami. Di sini kita akan merasakan manfaat
mengelola kebakaran lahan dan hutan dengan
mengikuti pola “SiklusPengelolaanBencana”
4 PENDAHULUAN
7SEGITIGA API
SEGITIGA API
Api timbul karena adanya:
bahan bakar, sumber panas
dan udara, hubungan ketiga
unsur itu disebut “Segitiga
Api” . Jadi harus ada bahan
bakar kering, sumber panas
dan udara yang cukup jika
kita ingin menyalakan api.
Jika salah satu unsur dari
segitiga api dihilangkan, maka
api tidak akan menyala.
Mari kita buktikan !
Ambil lilin dan korek api
lalu nyalakan lilin. Api dapat
menyala karena kita
memiliki: bahan bakar yaitu
lilin, sumber panas yaitu
korek api dan udara bebas
di ruangan. Selanjutnya
tutuplah lilin yang sedang
menyala dengan gelas
rapat-rapat, apakah api
tetap menyala?. Api akan
padam karena habisnya
udara yang tertutup rapat
oleh gelas
Percobaan ini
membuktikan jika udara
yang merupakan salah satu
unsur segitiga api
dihilangkan maka api tidak
akan menyala.
Demikian juga jika kita hilangkan bahan bakar dan sumber panas.
Pemahaman tentang segitiga api ini sangat penting bagi upaya
pencegahan dan pemadaman kebakaran.
8 SEGITIGA API
PERILAKU API
Api kecil jika kita biarkan membesar menjalar tidak terkendali akan
mengakibatkan kebakaran. Faktor yang mempengaruhi perilaku api pada
kebakaran adalah: adanya bahan bakar di alam, cuaca dan bentuk muka
bumi (topografi).
Bahan Bakar di Alam
Pemahaman tentang sifat bahan bakar sangat penting untuk
menentukan perilaku api pada pengendalian kebakaran liar di hutan.
1. Bahan bakar ringan :
cepat terbakar, seperti
rumput, daun kering, serasah,
ranting, dahan kecil dan
alang-alang. Bahan bakar
ringan biasanya mudah
terbakar dan cepat padam.
2. Bahan bakar berat :
berukuran besar, seperti
gelondongan kayu, tunggul dan
pohon. Bahan bakar ini sulit
terbakar, namun jika sudah
terbakar akan sulit dipadamkan.
3. Bahan bakar merata : tersebar
merata dan saling berhubungan,
seperti lahan gambut, padang
rumput dan alang-alang. Intensitas
apinya tinggi dan penjalarannya
lebih cepat.
9SEGITIGA API
4. Bahan bakar
tidak merata :
tidak tersebar
merata karena
adanya rintangan
seperti batu, tanah
tandus, jalan atau
tanaman yang sulit
terbakar sehingga
menghambat
penjalaran api.
5. Bahan bakar rapat :
berbagai bahan bakar
termasuk tumbuhan yang
sangat rapat sehingga api
mudah merambat ke atas
melalui dahan dan ranting.
Pohon akan terbakar habis
dari pangkal sampai ujung
tajuk.
Cuaca
Cuaca yang ada sebelum dan selama kebakaran akan menentukan
bagaimana perilaku api tersebut membakar.
Suhu yang panas pada
siang hari
menyebabkan cepat
mengeringnya bahan
bakar, memudahkan
kebakaran membesar
dan makin sulit
dikendalikan. Pada
malam hari suhu akan
turun sehingga bahan
bakar menjadi lebih
lembab dan lebih sulit
terbakar.
10 SEGITIGA API
Angin
Angin dapat membawa lebih banyak udara dan mempercepat
pengeringan bahan bakar sehingga api berkobar dan merambat dengan
cepat. Angin dapat menerbangkan bara api yang jadi api loncat dan
penyebab kebakaran baru.
Hujan dan
Kelembaban tinggi
membuat bahan
bakar lebih basah
sehingga penjalaran
kebakaran lebih
lambat dan lebih
mudah dikendalikan.
Bentuk Muka Bumi
Bentuk areal penting
diperhatikan untuk
pengendalian kebakaran. Di
daerah lereng, lidah api akan
menjadi lebih dekat dengan
bahan bakar di depannya
sehingga penyebaran
kebakaran akan lebih cepat
terjadi dibanding di daerah
rata. Bara api yang berguling
ke bawah akan membuat
kebakaran baru. Angin perlu
diperhatikan dalam
pengendalian kebakaran di
lereng. Pada siang hari angin
naik ke lereng bukit, pada
malam hari angin turun ke
arah lembah.
11SEGITIGA API
JENIS KEBAKARAN
Mengetahui secara pasti tipe kebakaran merupakan hal yang penting
sebelum menentukan teknik pemadaman yang cocok dan efisien agar
lebih banyak areal yang bisa diselamatkan. Berdasarkan posisi bahan
bakar, kita mengenal 3 tipe kebakaran yaitu: kebakaran bawah,
kebakaran permukaan dan kebakaran tajuk.
Kebakaran Bawah :
disebabkan oleh terbakarnya
lapisan gambut, batubara atau
bouksit di bawah permukaan
tanah, ditandai dengan
munculnya asap putih. Gambut
di bawah permukaan tanah
terbakar tanpa dipengaruhi
angin sehingga berjalan sangat
lambat dan sukar dideteksi,
kebakaran baru diketahui
setelah meluas
dan sulit dipadamkan.
Kebakaran Permukaan :
paling sering terjadi karena
terbakarnya belukar, limbah
kayu, rumput, daun dan ranting
yang ada di permukaan tanah.
Kebakaran permukaan
merupakan awal kebakaran
tajuk.
Kebakaran Tajuk : menjalar
cepat dari satu tajuk ke tajuk
pohon lainnya. Kebakaran tajuk
bermula dari api loncat
kebakaran permukaan. Api
cepat membesar dan
berbahaya, tim pemadam sering
tertimpa dahan berapi atau
terjebak kepungan api.
12 SEGITIGA API
PENYEBAB DAN DAMPAK 11
PENYEBAB DAN DAMPAK KEBAKARAN
Secara umum kebakaran lahan dan hutan di Indonesia lebih disebabkan
oleh kesengajaan dan kelalaian manusia, dan didukung oleh faktor alam.
Akibatnya setiap musim kemarau, kebakaran lahan dan hutan menjadi
bencana tahunan yang dihadapi bangsa kita. Kebakaran yang terjadi
telah memberikan dampak kerugian sosial ekonomi, kesehatan dan
lingkungan yang sangat besar.
PENYEBAB KEBAKARAN
AKIBAT KEBAKARAN
DAMPAK KEBAKARAN
PENYEBAB DAN DAMPAK12
PENYEBAB KEBAKARAN
Kembali ke Segitiga Api, kebakaran terjadi karena adanya bahan bakar,
sumber panas dan udara. Keberadaan bahan bakar dan sumber panas
inilah yang sering dilalaikan manusia dalam aktivitasnya, sehingga
menimbulkan kebakaran. Contoh penyebab kebakaran oleh aktivitas
manusia sebagai berikut :
Membuang puntung rokok yang
masih menyala saat kemarau sangat
membahayakan, terutama di lahan
gambut. Sumber panas dari puntung
rokok dapat merambat ke bawah
lapisan gambut akan terus menjalar
mengakibatkan kebakaran.
Sengaja membakar semak belukar
untuk mendukung aktivitas berburu,
memancing atau mencari kayu di
hutan, dan sengaja membuat api
untuk memasak. Jika ditinggalkan
tanpa dipadamkan, sisa api akan terus
menjalar dan menimbulkan
kebakaran hutan.
Membiarkan limbah kayu di lahan
tidur yang dipenuhi semak belukar
menjadikan kumpulan bahan bakar
yang potensial saat kemarau. Jika ada
sedikit saja sumber panas akan
langsung terbakar.
Contoh yang disebabkan faktor alam
misalnya gesekan antar ranting yang
terus menerus akibat tiupan angin
bisa menimbulkan panas dan
memercikan api, percikan api ini bisa
membakar ranting lainnya terus
menjalar dan menyebabkan
kebakaran hutan.
PENYEBAB DAN DAMPAK 13
AKIBAT
KEBAKARAN
Bencana kebakaran lahan
dan hutan dapat
memusnahkan semua yang
tumbuh di lahan pertanian
dan lantai hutan, juga
menghancurkan
pemukiman. Akibatnya kita
kehilangan sumber mata
pencaharian, juga
kehilangan harta benda.
Jika setiap musim kemarau
kita harus menghadapi
bencana kebakaran
seperti ini, maka
kehidupan kita akan
semakin terpuruk.
DAMPAK KEBAKARAN
Setelah bencana kebakaran kita semua merasakan dampaknya terhadap
lingkungan, hancurnya sosial ekonomi dan gangguan kesehatan manusia.
1. Dampak Terhadap
Lingkungan
Hilang atau berkurangnya
keragaman tumbuhan dan
binatang akibat kebakaran
hutan berdampak pada
semakin berkurangnya
cadangan hasil hutan kita. Lama
kelamaan kita pun akan
kehilangan sumber mata
pencaharian di hutan.
PENYEBAB DAN DAMPAK14
Kenaikan suhu tanah waktu
kebakaran ditambah
menguapnya nutrisi (zat
makanan) dari dalam tanah
berdampak pada
berkurangnya kesuburan
tanah.
Kerusakan sifat fisik dan kimia
gambut akibat kebakaran berdampak
pada menurunnya kadar air dan
berkurangnya ketersediaan air.
Terbukanya hutan akibat
kebakaran berdampak
pada menurunnya
kemampuan tanah
menyerap air hujan,
akhirnya dapat
menimbulkan bencana
banjir pada musim hujan.
PENYEBAB DAN DAMPAK 15
2. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
Rusaknya
keseimbangan ekologi
akibat kebakaran
hutan dapat
meningkatkan
populasi hama
tanaman pada satu
areal, hal ini
berdampak pada
kegagalan panen
Kurangnya kesuburan tanah akibat
kebakaran dapat berdampak pada
kegagalan panen.
Gagal panen akibat
serangan hama dan
kurangnya kesuburan
lahan dapat berdampak
pada berkurangnya
penghasilan.
PENYEBAB DAN DAMPAK16
Berkurangnya sumber mata
pencaharian, kurangnya persediaan
air, semakin sempitnya lahan subur
dan tidak meratanya hasil panen
dapat menimbulkan kecemburuan
sosial dan berdampak pada konflik
antar komunitas (kelompok
masyarakat).
Kebakaran yang merambat ke
pinggir jalan sangat
membahayakan bagi pejalan kaki
terutama anak-anak sekolah
yang masih rentan
ketahanannya. Demi
keselamatan siswanya beberapa
sekolah terpaksa diliburkan.
Gagal panen akibat kebakaran
dapat berdampak pada rawannya
pangan keluarga, terutama pada
anak-anak bisa mengakibatkan gizi
buruk.
PENYEBAB DAN DAMPAK 17
Terhalangnya jarak pandang akibat kabut asap dapat menggangu
kelancaran transportasi, baik transportasi udara, darat maupun perairan.
Aktivitas masyarakat pun akan merosot karena gangguan transportasi.
3.Dampak
terhadap
Kesehatan
Dampak timbulnya
asap yang
berlebihan selama
kebakaran telah
menimbulkan
berbagaipenyakit,
seperti: gangguan
saluran pernapasan,
asma, batuk, penyakit
kulit dan iritasi mata.
Dampak
menurunnya
kualitas air pun telah
menimbulkan
penyakit diare dan
muntaber terutama
pada usia balita.
PENYEBAB DAN DAMPAK18
23SETELAH KEBAKARAN
SETELAH KEBAKARAN
Kita semua sudah merasakan dampak dari bencana kebakaran lahan dan
hutan. Terpikirkah oleh kita bagaimana jadinya lahan dan hutan ini
sepuluh tahun mendatang bila bencana kebakaran dibiarkan berlanjut
terus. Bagaimana dengan anak cucu kita, apa yang nanti mereka dapat?
Kisah hutan kita dengan segala kekayaannya mungkin hanya akan jadi
dongeng.
24 SETELAH KEBAKAKARAN
Kita harus segera bertindak setelah bencana kebakaran, bangkit kembali
memperbaiki semua kerusakan agar kembali normal. Mulailah dari
aktivitas yang dapat mengamankan kebutuhan pangan keluarga dahulu.
Tanami kembali kebun kita yang terbakar, perbaiki parit-parit kebun
yang rusak, bersihkan kebun secara rutin. Pelihara dan jagalah kebun
agar terhindar dari api, agar kita bisa mengambil hasil panennya kelak.
25SETELAH KEBAKARAN
Kerusakan yang diakibatkan bencana kebakaran sangatlah kompleks.
Masalah ini masalah kita bersama, harus kita atasi bersama, harus kita
tanggulangi bersama pula. Mari kita bergotong royong menanami
kembali hutan yang terbakar, memperbaiki saluran air, memperbaiki jalan,
memperbaiki jembatan, dan semua kerusakan akibat bencana
kebakaran. Mengerjakan pekerjaan berat bersama-sama dalam
kelompok akan lebih ringan dan cepat selesai.
26 SETELAH KEBAKAKARAN
Bayangkan bila lahan dan hutan kita pulih kembali seperti sedia kala.
Hutan kembali hijau dan dihuni kembali binatang-binatang. Ladang dan
kebun kita kembali subur. Anak cucu kita tidak akan pernah kekurangan
makanan, semua tersedia di lahan dan hutan kita. Hanya kita yang bisa
membuatnya menjadi nyata. Mari kita segera ciptakan lingkungan yang
lestari.
29PEMBENTUKAN KELOMPOK
PEMBENTUKAN KELOMPOK
Kerusakan yang di akibatkan oleh bencana kebakaran sangatlah berat dan
komplek. Masalah ini masalah kita bersama, jadi kita harus menyelesaikannya
secara bersama dengan membentuk kelompok. Dalam lingkungan kita
terlihat banyak kelompok yang terbentuk sebagai perwujudan kekerabatan
dan persamaan nasib sepenanggungan.
Sejarah juga membuktikan bahwa sejak dahulu kala, nenek moyang kita
sudah hidup dalam kelompok-kelompok dan mewariskan asas kekeluargaan
dan kegotong royongan bagi generasi kita sekarang.
30 PEMBENTUKAN KELOMPOK
Kelompok merupakan
kumpulan orang-orang
yang menyatukan diri
dan bekerja sama dalam
mengatasi masalah dan
tantangan. Adapun yang
menjadi tujuan
membentuk kelompok
adalah agar kita secara
bersama-sama saling
membantu untuk
memperbaiki tarap
hidup berdasarkan
kemampuan sendiri.
Demikian juga dalam
mengelola bencana
kebakaran, jika kita
membentuk
kelompok pengendali
kebakaran, maka kita
dapat mengatasi
masalah kebakaran
secara bersama dalam
kelompok. Segera
bentuklah regu
pengendali kebakaran
(RPK) di desa.
Kegiatan dalam
kelompok ini, selain mengendalikan kebakaran kita juga bisa saling
membantu dalam kegiatan pertanian lainnya. Misalnya bergotong royong
dalam penyiapan lahan, pembuatan sekat bakar, pengolahan lahan dan
panen. Kegiatan ini bisa dilakukan secara bergilir di lahan anggota
kelompok.
31PEMBENTUKAN KELOMPOK
TINGKATAN KELOMPOK
Dilihat dari proses pembentukan dan aktivitas kelompok, maka ada 3
tingkatan kelompok yang berkembang di masyarakat, yaitu: kelompok
Merpati, kelompok Pedati dan kelompok Lestari.
1.KelompokMerpati
Kelompok jenis ini baru mulai
terbentuk dan menunjukkan
kegiatannya jika ada bantuan
dari luar, biasanya berupa
uang, atau barang yang
manfaatnya bisa dirasakan
langsung. Kelompok semacam
ini hidup dan berkembang
selagi ada bantuan. Tetapi
begitu bantuan dan dukungan
dari luar tidak ada lagi, maka
kelompok menjadi bubar.
32 PEMBENTUKAN KELOMPOK
2.KelompokPedati
Kelompok ini bagaikan pedati, baru akan bergerak bila ditarik atau didorong
oleh pihak luar. Seringkali dorongan itu bersifat paksaan.
33PEMBENTUKAN KELOMPOK
3.KelompokLestari
Kelompok ini bisa tumbuh atas inisiatif, keinginan dan kesadaran para
anggota tanpa menunggu bantuan, dukungan dan dorongan dari pihak lain.
Kehadiran pihak luar hanya sebagai penunjang atau perangsang. Kelompok
ini sudah mampu mengelola program kelompok sendiri.
Wujudkanlah regu pengendali kebakaran (RPK) yang sudah kita bentuk
ini menjadi “kelompok lestari”. Mari kita kelola bersama program
pengelolaan bencana kebakaran lahan yang meliputi aktivitas: rehabilitasi,
pencegahan, kesiap-siagaan dan penanggulangan kebakaran.
34 PEMBENTUKAN KELOMPOK
35PEMBENTUKAN KELOMPOK
Agar kelompok kita dapat berkembang secara baik dan mandiri serta
berkelanjutan, maka kelompok ini harus memiliki beberapa komponen
pengembangan, antara lain :
1. Pengembangan struktur organisasi sederhana, yang terdiri : ketua,
sekretaris, bendahara, dan rapat anggota.
2. Pengembangan permodalan dari kas kelompok, misalnya dari : iuran
kelompok, sisa uang kegiatan, denda anggota yang disepakati dan
setoran wajib tertentu yang disepakati.
3. Pengembangan usaha produktif, terdiri dari usaha ekonomi kelompok
seperti simpan pinjam, arisan dan kebun kelompok.
4. Pengembangan kebutuhan anggota dan kelompok, misalnya pengadaan
sembako, bibit, pupuk, alat pertanian dan alat pemadam kebakaran.
36 PEMBENTUKAN KELOMPOK
39PENCEGAHAN
PENCEGAHAN
Setelah kita melakukan perbaikan kerusakan akibat bencana kebakaran,
segera upayakan tindakan pencegahan agar semua yang pernah kita perbaiki
tidak akan musnah lagi dimakan api. Upaya pencegahan dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya kebakaran dan dampak serta menghilangkan
sumberkebakaran.Tergantungdaribentukkasusnya,tindakanpencegahan
dapat melalui: Pendidikan, Penegakan Hukum dan Pelaksanaan Teknis.
PENDIDIKAN
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
kita dalam hal pengelolaan bencana kebakaran. Pendidikan bagi masyarakat
bisa melalui pelatihan, penyuluhan atau kampanye.
Berpartisipasilah jika di desa ada pelatihan pengelolaan kebakaran.
Sebelum memulai pelatihan diskusikanlah dengan fasilitator mengenai
materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan setempat. Materi
pelatihan sebaiknya mencangkup teori dan praktek : Penanggulangan,
Rehabilitasi, Pencegahan dan Kesiap siagaan.
Menjelang musim kemarau biasanya ada penyuluhan atau kampanye
bertema penyadaran atau himbauan pencegahan kebakaran dan kesiap-
siagaan. Ikutilah jika ada penyuluhan di desa baik dari pemerintah, swasta
ataupun tokoh masyarakat. Bertanyalah jika ada yang kurang dimengerti.
Berikan masukan pada penyuluh jika kita memiliki pengetahuan atau
pengalaman yang baik.
40 PENCEGAHAN
PENEGAKAN HUKUM
Banyak peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kebakaran
lahan dan hutan yang perlu disosialisasikan ke desa-desa.. Dengan
diberlakukannya sangsi pada peraturan diharapkan akan meningkatkan
kesadaran dan mengurangi pelanggaran pembakaran.
Penegakan hukum penting bagi upaya pencegahan bencana kebakaran,
karena sebagian besar kebakaran disebabkan oleh kelalaian manusia yang
sengaja mengabaikan peraturan.
Contoh : Peraturan Daerah Kalimantan Tengah nomor 5 Pasal 25 tahun 2003 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan, tertulis bahwa: siapa
yang melakukan pembakaran dengan sengaja atau tidak sengaja sehingga merugikan
orang lain maka akan dikenakan sangsi pidana selama-lamanya 6 (enam) bulan
kurungan penjara dan denda setinggi-tingginya RP.5.000.000,- (lima juta rupiah)
41PENCEGAHAN
Disamping peraturan pemerintah, dibeberapa desa masih diberlakukan
hukum adat yang tidak tertulis dan disampaikan secara turun temurun.
Contoh di Kalimantan Tengah, jika ada yang melakukan pembakaran lahan
tidak terkendali dan menjalar ke kebun di sebelahnya, makaDamang (tokoh
adat) memutuskan sangsi adat berupa Jipen atau denda sesuai dengan
kerugian yang ditimbulkannya. Pelanggar biasanya diadili dihadapan
masyarakat setempat.
Jika di desa kita belum ada PERDES tentang Kebakaran Lahan, usulkan
pada kepala desa dan BPD untuk menyusun PERDES. Lalu disosialisasikan
melalui forum diskusi masyarakat, padukan PERDA yang ada dengan
peraturan adat yang disesuaikan dengan kondisi sekarang, sesuaikan juga
dengan kebutuhan masyarakat. Penetapan Perdes tentang kebakaran lahan
dilakukan dalam rapat pleno.
42 PENCEGAHAN
TEKNIS PENCEGAHAN
Walaupun pelatihan, penyuluhan serta peraturan sudah dijalankan bukan
berarti lahan kita aman dari ancaman kebakaran lalu kita tidak melakukan
apa-apa. Berbagai teknis pencegahan di kebun tetap harus kita lakukan.
Salah satu teknis pencegahan kebakaran lahan adalah memutus jalur bahan
bakar atau jalur api dengan membuat sekat bakar di sekeliling kebun. Sekat
bakar dapat berupa parit, sekat bakar bersih atau sekat bakar hijau.
Biasakanlah membuat sekat
bakar bersih di sekeliling ladang.
Bersihkan sisi ladang dari
rumput, tumbuhan liar,
dedaunan, potongan kayu dan
sampah lainnya, selebar kurang
lebih 1-2 m. Biasakan membuat
parit di sekeliling ladang selebar
50 cm dengan kedalaman yang
memadai. Selain untuk
mencegah penjalaran kebakaran,
parit juga dapat dimanfaatkan
untuk melihara ikan.
Tanamilah sekat bakar hijau
dengan tanaman yang banyak
kandungan air dan tahan api,
seperti pisang, nenas, nipah
dan lainnya. Manfaat dari sekat
bakar hijau ini selain sebagai
pembatas lahan dari kebakaran
juga dapat menambah
penghasilan keluarga dari hasil
panen buah-buahan sepanjang
sekat bakar hijau.
43PENCEGAHAN
Selain membuat sekat bakar masih banyak teknis pencegahan kebakaran
lainnya yang bisa kita upayakan, seperti:
• Penyiapan lahan dengan
pembakaran terkendali
• Membuat tempat-
tempat penampungan
air
• Selalu membersihkan
kebun dan parit secara
rutin
• Pemasangan plang
peringatan di lokasi rawan
terbakar
• Identifikasi lokasi rawan
kebakaran
44 PENCEGAHAN
45PENCEGAHAN
PEMBAKARAN TERKENDALI
Mengingat gambut mudah terbakar dan sulit untuk dipadamkan, penyiapan
lahan pertanian dengan pembakaran dilahan gambut sebenarnya sangat
berbahaya. Namun kita sadari masyarakat asli kalimantan belum punya
teknologi yang lebih efektif dalam penyiapan lahan selain dengan pembakaran.
Oleh karena itu teknik pembakaran terkendali masih dimungkinkan
dilakukan dilahan gambut dengan cara yang sangat hati-hati, dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Lakukan musyawarah sebelum melakukan pembukaan lahan, sepakati
lokasi lahan yang akan dibuka. Sepakati jadwal pembakaran agar
pembakaran dapat dilakukan secara bergotong royong dan bergiliran.
Sepakati waktu/Jam sebelum melakukan pembakaran. Hindari
pembakaran pada siang hari, usahakan pembakaran pada pagi atau
sore hari. Jika tidak memungkinkan, lakukan pembakaran pada
malam hari karena kelembaban udara tinggi dan kecepatan
anginpun rendah serta arahnya normal sehingga memudahkan
dalam penjagaan api.
46 PEMBAKARAN TERKENDALI
2. Bersihkan lahan yang baru dibuka secara gotong royong, buatlah sekat
bakar disekeliling lahan untuk memutus jalur api pada saat melakukan
pembakaran. Lebar sekat bakar yang dibuat minimal 2-3 kali dari tinggi
bahan bakar yang akan dibakar. Sekat bakar yang dibuat diusahakan
bersih dari bahan bakar sampai ke permukaan tanah selebar 1-2 meter
serta sumur ukuran 1x2x2 meter sebanyak 2 buah dalam setiap hektar.
47PEMBAKARAN TERKENDALI
3. Keringkan tumpukan semak, rumput dan sisa kayu hasil pembersihan
lahan minimal 3 hari berturut-turut supaya kering secara merata, dan
tidak banyak menimbulkan asap pada saat pembakaran nanti sehinnga
hasil pembakaran pun sempurna. Kekeringan bahan bakar ini sangat
berpengaruh kepada hasil pembakaran.
48 PEMBAKARAN TERKENDALI
4. Sebelum melakukan
pembakaran, laporlah
kepada tetangga sebelah
kebun, RT, RW dan Kepala
desa, bicarakan waktu (hari
dan jam) pelaksanaan
pembakaran. Persiapkan
pula peralatan pemadam
kebakaran untuk
mengendalikan api.
5. Pada saat pembakaran, lakukan penjagaan di sekitar lahan dengan
menggunakan peralatan pemadaman yang sederhana. Lakukan
pemadaman jika sewaktu-waktu api membesar dan terjadi api loncat
yang disebab oleh angin, agar api tidak membesar dan dapat
terkendali.
49PEMBAKARAN TERKENDALI
6. Lakukan pembakaran balas jika api sudah sampai di tengah areal yang
dibakar dengan arah yang berlawanan (dari bawah) ke kepala api,
kemudian dilanjutkan dari kiri atau kanan sehingga api bertemu ditengah
areal.
50 PEMBAKARAN TERKENDALI
7. Periksalah kembali api sisa pembakaran sebelum meninggalkan lokasi,
selain untuk mencegah munculnya kebakaran susulan yang tidak
diinginkan juga untuk mematikan timbulnya asap dari kayu atau
gambut yang masih terbakar.
51PEMETAAN LOKASI RAWAN
PEMETAAN LOKASI RAWAN
Untuk memudahkan kita membuat perencanaan pencegahan bencana
diperlukan sebuah peta yang bisa menggambarkan macam sumberdaya,
macam bencana, lokasi rawan dan hambatan yang ada di masyarakat.
Kegiatan pemetaan sebaiknya dilakukan bersama-sama dalam acara PRA
ataupun Lokakarya Desa. Membuat peta secara bersama, selain dapat
menimbulkan partisipasi yang sangat baik, pekerjaan pun menjadi lebih
mudah dan menyenangkan.
Sebelum membuat peta, diskusikan dulu sumber daya apa saja yang
dimiliki desa, mencangkup :
1.Sumber daya
alam, misalnya :
sungai, mata air,
danau,bukit,hutan,
semak, padang
rumput, dll.
2.Tataguna lahan
yang ada di desa,
misalnya : ladang,
sawah, berbagai kebun,
perkebunan, tambang,
dll.
3.Fasilitas yang
dimiliki desa,
misalnya : perumahan,
jalan, sekolah, tempat
ibadah, polindes, balai desa,
irigasi, sumur, dll.
Kemudian, sepakati jenis sumberdaya yang akan dicantumkan di peta.
Sepakati pula simbol setiap jenis sumber daya yang akan dicantumkan di
peta itu. Gambarlah simbol di samping setiap jenis sumberdaya yang
sudah disepakati, dan inilah yang disebut“legenda peta”. Menyepakati
legenda peta terlebih dahulu, akan memudahkan kita membuat peta yang
dilakukan secara bersama-sama. Selanjutnya, mulailah membuat peta
desa, peta rawan dan perencanaan pencegahan di atas peta rawan.
52 PEMETAAN LOKASI RAWAN
1. PETA DESA
Mulailah kita membuat peta desa di atas kertas besar dengan
menggambar arah utara dan batas-batas wilayah utama. Kemudian
gambarkan letak sumber daya desa (sungai, hutan, lahan, fasilitas umum,
dll) dengan simbol-simbol yang sudah disepakati dalam “legenda peta”.
Penggambaran bisa dimulai dari lokasi yang mudah dikenal, kemudian
lengkapilah dengan detail-detail lainnya. Peta desa ini akan dijadikan peta
dasar untuk membuat peta rawan kebakaran.
53PEMETAAN LOKASI RAWAN
2. PETA RAWAN KEBAKARAN
Sebelum membuat peta rawan, terlebih dahulu kita sepakati kriteria
(syarat) daerah rawan terbakar, misalnya:
Ketersediaan bahan bakar : semakin banyak bahan bakar, semakin rawan.
Jalan yang sering dilalui orang : berkemungkinan makin rawan terbakar.
Pengalaman kebakaran di masa lalu : berdasar pada sejarah kebakaran.
Sepakati bentuk arsir yang berbeda untuk tiap kejadian kebakaran. Lalu
kita mulai mengarsir lokasi-lokasi rawan di atas peta desa (peta dasar)
dengan spidol warna merah, dan perkirakan luasannya. Jika satu lokasi
terjadi lebih dari satu kejadian kebakaran, biarkanlah arsir tersebut
bertumpangan.
54 PEMETAAN LOKASI RAWAN
3. PETA PERENCANAAN DESA
Susunlah perencanaan desa yang berhubungan dengan pengelolaan
bencana kebakaran, yang mencangkup rencana: rehabilitasi, pencegahan,
kesiap-siagaan dan penanggulangan. Jika sudah ada Rencana Tindak Lanjut
(RTL) desa, kita tinggal mengambil perencanaan dari RTL yang sudah ada.
Mulailah kita menggambarkan lokasi rencana pengelolaan kebakaran di
atas peta rawan dengan membuat blok (batasan) perkiraaan luasannya.
Misalnya blok (batas) lokasi-lokasi : rencana penanaman kembali lahan
terbakar, rencana pembuatan parit, rencana pemasangan plang peringatan,
rencana pembuatan sumur, rencana patroli, dll.
55PEMETAAN LOKASI RAWAN
Setelah semua proses pembuatan peta dijalankan, cek ulang kembali
tentang informasi yang perlu dimuat dalam peta. Setelah semua informasi
dirasa lengkap, beri judul peta, misalnya: PETA DESA GOHONG, tahun
2005. Pasanglah peta di tempat-tempat yang mudah dilihat warga,
misalnya ditempel pada papan pengumuman di balai desa. Dengan
demikian semua warga mengetahui lokasi-lokasi rawan kebakaran agar
mereka lebih berhati-hati dan bisa berpatisipasi melakukan tindakan
pencegahan.
56 PEMETAAN LOKASI RAWAN
SISTEM PERINGATAN DINI 59
SISTEM PERINGATAN DINI
Kita sudah upayakan tindakan pencegahan kebakaran, namun
kemungkinan bencana kebakaran datang harus tetap diantisipasi. Kita
harus siap siaga menghadapinya, jika sudah ada tanda-tanda, isyarat atau
ramalan datangnya bencana. Orang-orang tua di desa mengetahui atau
meramalkan akan datangnya bahaya dengan melihat tanda-tanda alam.
Tanda-tanda bahaya tersebut disampaikan dengan berbagai cara berupa :
bunyi kentongan, gong atau teriakan untuk mengingatkan masyarakat agar
berhati-hati, bersiap-siap atau ajakan langsung untuk menanggulangi
bahaya.Teknikpenyampaian“pemberitahuanawal”adanyakemungkinan
terjadinya bencana inilah yang disebut : “ Sistem Peringatan Dini”
Contoh tingkatan bahaya dalam Sistem Peringatan Dini dalam masyarakat
di Kalimantan Tengah sebagai berikut:
l Normal / aman
Musim Hujan
MEI
l Siaga Bahaya
Awal kemarau
l Berbahaya
Puncak Kemarau
SEPTEMBER
JUNI
Tingkat Bahaya Tanda-tanda alam Tindakan
60 SISTEM PERINGATAN DINI
l Normal / aman
Tingkat Bahaya Tanda-tanda alam
l Hujan turun 3 kali
seminggu.
l Tanamantumbuhsubur.
l Udara pagi terasa segar.
l Volume air pasang masih
tinggi.
l Banjir hujan.
l Unggas sakit-sakitan.
l Normal / aman
Musim Hujan
Tingkat Bahaya TindakanYangHarusDilakukan
l Penyuluhan kepada
masyarakat.
l Penanaman lahan rawan
terbakar.
l Pembuatan sekat bakar di
sekeliling kebun.
l Pembersihan rutin lahan
dan parit.
SISTEM PERINGATAN DINI 61
l Siaga Bahaya
Tingkat Bahaya Tanda-tanda alam
l Hujan turun 2 kali sebulan.
l Tanaman mulai mengering.
l Udara pagi terasa lebih
dingin.
l Daun-daun mulai
berguguran.
l Ikan dari sungai kecil turun
ke sungai besar.
l Pohon bunganya merah
mulai berbunga.
l Volume air pasang turun.
l Bulan sabit miring ke
selatan.
l Matahari bergeser ke
utara.
l Siaga Bahaya
Awal Kemarau
Tingkat Bahaya TindakanYangHarusDilakukan
l Persiapan peralatan
pemadaman.
l Pembersihan sekat bakar.
l Penyiapan regu pemadam
yang terlatih.
l Penyuluhan rutin 1 kali
seminggu.
l Patroli bergilir tiap hari
ditempat-tempat yang
rawan terbakar.
l Pemasangan plang
peringatan di lokasi rawan.
62 SISTEM PERINGATAN DINI
l Bahaya
Tingkat Bahaya Tanda-tanda alam
l Tidak ada hujan dalam
sebulan.
l Tanaman banyak yang
terbakar.
l Binatang hutan turun
minum ke sungai besar.
l Udara terasa panas dan
gerah.
l kebakaran sudah terjadi
dimaan-mana.
l Asap tebal, kabut asap
menutupi pandangan.
l Sulit mendapatkan air
minum.
l Bahaya
Puncak Kemarau
Tingkat Bahaya TindakanYangHarusDilakukan
l Menggerakkan masyarakat
untuk segera bersama-
sama memadamkan
kebakaran.
l Tidak membakar dulu
lahan sampai kondisi aman.
l Segera mematikan api sejak
api kecil.
l Segera laporkan jika
melihat kebakaran.
l Koordinasi dengan pihak
terkait secara intensif, dll
SISTEM PERINGATAN DINI 63
Untuk masa sekarang ini, karena lingkungan hidup sudah banyak yang
rusak dan binatang-binatang sulit dijumpai di hutan, maka selain sistem
peringatan dini lokal kita juga dapat mengetahui ramalan cuaca dari siaran
Radio dan Televisi. Ramalan cuaca diperoleh dari hasil pengukuran
beberapa alat ukur cuaca, yang dikelola oleh Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG).
64 SISTEM PERINGATAN DINI
Penyebaran informasi tingkat bahaya dapat juga dilakukan melalui
pemasangan bendera segitiga yang berwarna, dimana tiap warna
menunjukkan tingkat bahaya. Misalnya, warna hijau menunjukkan Normal/
aman, warna kuning menujukkan siap-siaga, dan warna merah
menunujukkan bahaya. Penyampaian informasi ini bisa juga dalam bentuk
papan peringatan dengan busur berwarna yang dilengkapi jarum
penunjuk tingkat bahaya. Pasanglah bendera atau papan ini ditempat-
tempat yang mudah dilihat orang lewat.
65PERSIAPANPERALATAN
PERSIAPAN PERALATAN
Jika keadaan cuaca dan tanda-tanda alam sudah menunjukkan tingkat
siaga bahaya, maka kita harus segera mempersiapkan peralatan
pemadam kebakaran yang memadai. Siapkanlah peralatan yang
sederhana yang biasa digunakan masyarakat. Peralatan pemadaman
ada yang tradisional dan ada juga yang sudah dimodifikasi menjadi
peralatan semi modern.
PERALATAN TRADISIONAL
Dalam memadamkan api di lahan maupun hutan, biasanya masyarakat,
lokal sudah biasa menggunakan peralatan-peralatan pemadaman
tradisional yang ada didesa. Contoh masyarakat Dayak yang sudah
terbiasa menghadapi kebakaran rutin, sudah memiliki peralatan
pemadam tradisional sebagai berikut:
PARANG untuk
membersikan semak,
menebang dan memotong
kayu kecil
BELAYUNG untuk menebang
dan memotong kayu
66 PERSIAPANPERALATAN
PEMUKUL API BAMBU
untuk memukul api yang
masih kecil dan api
loncat
PENGAIT SEMAK
untuk menarik
semak dan rumput
SEMPROT BAMBU untuk
menyemprot api yang
masih kecil, menyemprot
api sisa
RANTING YANG HIDUP untuk
memukul api yang masih kecil dan
memukul api loncat
67PERSIAPANPERALATAN
LABU PUTIH untuk
mengambil/mengangkat
SALUNDAK untuk
mengiris tanah dan
gambut, membuat
sumur di lahan
gambut, membuat
parit di lahan gambut
KENTONGAN
untuk memanggil dan
mengumpulkan warga
PENYULUT API untuk
membuat api balasan
68 PERSIAPANPERALATAN
PERALATAN SEMI MODERN
Karena adanya perkembangan untuk pemadamana api dilahan dan
hutan, maka ada beberapa perlengkapan pemadam yang
ditambahkan karena dirasakan perlu dan secara tradisional
belum dilengkapi. Beberapa peralatan ada yang dimodifikasi dari
peralatan tradisional menjadi peralatan pemadaman api semi
modern, seperti misalnya semprot bambu yang dimodifikasi
menjadi semprotan punggung pacitan, garu bambu yang dulunya
dari bambu sekarang dibuat dari besi, pemukul api yang dulunya
hanya dari ranting atau bamboo kini dibuat dari besi.
SEMPROTAN
PUNGGUNG PACITAN
DAN JOFA untuk
menyemprot api yang
masih kecil, menyemprot
api sisa
69PERSIAPANPERALATAN
PEMUKUL API KAWAT untuk
memukul api yang masih kecil
dan memukul api loncat
CANGKUL untuk membersihkan sekat
bakar, membuat parit, membuat sumur
GERGAJI untuk memotong kayu
KAMPAK untuk menebang
dan memotong kayu
GARU TANAH untuk menarik
semak dam rumput, menarik
potongan kayu
70 PERSIAPANPERALATAN
HELM untuk melindungi kepala
dari jatuhan bara api, api loncat,
jatuhan kayu atau dahan
SARUNG TANGAN untuk melindungi
tangan dari bara api dan duri
EMBER untuk mengambil air, an
menyiram api
SEPATU BOOT untuk
melindungi kaki dari duri,
bara api, duri atau gigitan
serangga
SEKOP untuk membuat sumur
73TEKNIK PEMADAMAN
TEKNIK PEMADAMAN KEBAKARAN
Jika bencana kebakaran terjadi setiap musim kemarau, teknik pemadaman
kebakaran perlu kita kembangkan dengan memadukan teknik yang lebih
maju dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Adapun prosedur
pemadaman yang dikembangkan bisa dibagi 3 tahap, yaitu: sebelum
pemadaman, pemadaman dan sesudah pemadaman.
SEBELUM PEMADAMAN
Jika kita melihat ada
kebakaran, segera
laporkan dengan
jelas tentang lokasi
dan kondisi
kebakaran kepada
kepala desa, kepala
dusun atau kepada
Regu Pengendalian
Kebakaran (RPK).
Kepala desa segera
menyampaikan kepada
warganya tentang
adanya kebakaran dan
menghimbau supaya
bersama-sama turun
ke lokasi untuk
memadamkan
kebakaran. Kemudian
warga dikoordinir oleh
kepala desa atau ketua
Regu Pengendali
Kebakaran (RPK)
berkumpul untuk
mempersiapkan
peralatan dan
transportasi menuju
lokasi kebakaran.
Sebelum anggota melakukan
pemadaman api, terlebih
dahulu ketua regu mengamati
kondisi kebakaran dari atas.
Adapun yang diamati antara
lain: jenis bahan bakar, apakah
ada sekat bakar alami (sungai
dan jalan), arah angin, api
loncat, kemiringan lahan serta
asset yang perlu diselamatkan.
Hasil pengamatan segera
disampaikan kepada anggota
pemadam untuk
dipertimbangkan dan
menentukan metode
pemadaman (penyerangan)
yang tepat.
PEMADAMAN
Dalam pemadaman kebakaran lahan dan hutan ada 3 metode yang dapat
kita gunakan berdasarkan pengamatan besar kecilnya kebakaran dan sifat
penyebaranapinya.
1. Metode Serangan Langsung
Metode ini bisa
dilakukan pada api yang
masih kecil yaitu antara
0 – 10 hektar dengan
kecepatanpenyebaran
api yang masih bisa
ditahan oleh para
pemadam.
Pemadaman langsung
dengan cara
menghadang lidah api
atau bagian kepala api
dengan semprotan air,
lumpur atau dengan
pemukulan api sehingga
api padam.
74 TEKNIK PEMADAMAN
Jika api lebih besar, pemadaman bisa dengan cara menghadang bagian sisi
kiri dan sisi kanan api.
2. Metode Serangan Tidak Langsung
Metode ini dapat digunakan pada kobaran api sudah mencapai ukuran
besar yaitu 10 -100 hektar bahkan sangat besar yaitu 1000 hektar ke
atas.
Pemadaman dilakukan dengan cara membuat sekat bakar pada bagian
kepala api dan bagian sayap kiri-kanan api. Bahan bakar yang sudah
dilokalisir akan habis terbakar dan api akan padam dengan sendirinya.
Api dijaga di sekeliling sekat bakar, segera padamkan jika ada api loncat.
75TEKNIK PEMADAMAN
76 TEKNIK PEMADAMAN
Pembuatan sekat bakar bisa juga dihubungkan dengan sekat bakar alami
terdekat seperti jalan pemadaman juga bisa dikombinasikan dengan“bakar
balas” untuk mempercepat habisnya bahan bakar. Api bakar balas akan
bertemu dengan api utama di dalam lokasi terbakar.
Di areal padang alang-alang dan semak belukar, ilaran api dibuat dengan
merobohkan alang-alang atau semak memotong arah api. Sehingga api
yang membakar ilaran akan mengecil, disinilah kesempatan kita untuk
memadamkannya.
77TEKNIK PEMADAMAN
3. Metode Serangan Paralel
Metode ini digunakan apabila kobaran api cenderung meningkat cepat
dengan garis api yang berbelok-belok ke segala arah.
Pemadaman paralel dilakukan dengan cara membuat sekat bakar dekat
dengan garis pinggir api. Sekat bakar biasanya dihubungkan dengan sekat
bakar alami seperti sungai dan jalan hingga mengelilingi api. Kemudian
pemadaman dikombinasikan dengan“bakar balas”.
Jika tidak ada sekat bakar alami, sekat bakar dibuat mengililingi api. Bahan
bakar yang sudah terlokalisir akan habis terbakar dan api akan padam
dengan sendirinya. Namun api tetap dijaga di sekeliling sekat bakar, segera
padamkan jika ada api loncat.
78 TEKNIK PEMADAMAN
SETELAH PEMADAMAN
Setelah api dapat kita padamkan, lakukan pemadaman ulang terhadap sisa-
sisa api sampai benar-benar padam.
Sebelum meninggalkan lokasi, periksa kembali lokasi kebakaran, untuk
mencegah munculnya kebakaran susulan yang tidak diinginkan. Yakinkan
tidak ada lagi asap dari kayu atau gambut yang masih terbakar.
79KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja dalam pemadaman adalah hal-hal yang harus kita
perhatikan untuk menurunkan tingkat kerugian dan resiko yang dapat
ditimbulkan. Sebelum bergerak memadamkan api, perhatikan kesehatan
diri kita, gunakan alat pelindung dan perlengkapan diri yang memadai.
Minimal gunakan pelindung kepala, pelindung badan, pelindung kaki,
bawalah selalu air minum, seperti contoh berikut:
Hal yang perlu kita perhatikan dalam keselamatan kerja:
§Hindari cedera dan kenali bahaya (terbakar, tertimpa, asap tebal)
§Bersikap tenang saat api tidak terkendali.
§Bekerjalah di dekat lokasi yang bisa digunakan menyelamatkan diri saat
api tidak terkendali, misalnya: dekat sungai, sumber air, jalan.
§Selalu bekerja dalam kelompok dengan jarak keselamatan 3 meter.
KESELAMATAN KERJA
Pelindung
Kepala
Pelindung
Badan
Tempat
Air Minum
Pelindung
Kaki
Sarung
Tangan
Parang
80 KESELAMATAN KERJA
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)
Pada saat pemadaman sering kali terjadi kecelakaan pada anggota tim.
Selain mengetahui pengobatan biasa (tradisional), sebaiknya kita juga
menguasai pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). P3K
merupakan tindakan awal untuk mengurangi dampak pada korban, yang
sifatnya sementara sebelum dilakukan tindakan pengobatan lebih lanjut.
BilaKorbanPingsan:
n Segera letakkan korban dalam posisi miring (lihat gambar)
n Usahakan saluran pernafasan terbuka sehingga pernafasan lancar,
miringkan bagian kepala korban.Pastikan tidak ada muntahan di
mulut.
n Biarkan korban dalam posisi miring dan sering periksa pernafasan
dan denyut nadi sampai bantuan medis datang.
n Apabila korban mengalami luka bakar, segera pindahkan dan
padamkan api penyebabnya. Rawatlah sesuai prosedur pertolongan
pada luka bakar.
81KESELAMATAN KERJA
PertolonganPadaLukaBakar:
n Rendam di air dingin atau tutupi dengan kompres basah yng dingin.
n Tutupi lukanya dengan perban atau kain bersih yang tidak melengket.
Bisa juga menggunakan daun pisang muda yang masih tergulung untuk
membalut luka bakar, untuk meredakan rasa nyeri bisa menggunakan
getah dari lidah buaya.
n Jangan menaruh bahan yang berlemak dan jangan memecahkan
gelembung yang terjadi pada luka.
BilaLukaBakarParah:
n Jika pakaian korban terbakar, padamkan api dengan kain tebal. Dekap
erat-erat supaya api tidak mendapat udara. Balutlah sampai api
padam.
n Lepaskan pelan-pelan pakaian yang menempel, biarkan sobekan yang
sulit dikelupas melekat pada luka.
n Apabila korban sadar dan tidak muntah, berikan minuman hangat. Air
akan membantu untuk mengganti cairan yang hilang.
82 KESELAMATAN KERJA
PenangananPendarahanRingan:
n Jika korban mengalami pendarahan, angkat bagian tubuh yang terluka.
n Tekan bagian yang terluka dengan kain bersih atau tangan.
n Tetap tekan bagian tubuh yang terlukan sampai pendarahan berhenti.
n Ikat lengan atau kaki yang dekat dengan luka, sedekat-dekatnya,
kencangkan ikatannya sampai pendarahan berhenti
PerawatanLukaRingan:
n Pergunakan perban sebagai penutup
atau pelindung luka.
n Buatlah bantalan dari beberapa
lapisan perban atau kain yang
bertujuan menekan luka dan
menyerap pendarahan pada luka.
n Balutlah luka dengan perban atau
kain, selain menutup luka, juga untuk
menghentikan pendarahan dengan
mengencengkan ikatan.
83KESELAMATAN KERJA
MemindahkanKorban
n Jika lingkungan sekitar
membahayakan, angkat
korban perlahan-lahan,
pergunakan tandu jika ada.
n Jika tidak ada tandu,
pegang pergelangan kaki
dengan erat kemudian
seret korban perlahan-
lahan jauhi dari bahaya.
Jangan menyeret korban
dengan memegang
pakaiannya.
n Jika korban masih bisa bergerak
sendiri, rangkulkan tangan korban
ke pundak kita, sanggalah dengan
bahu kita, pegang tangannya.
84 KESELAMATAN KERJA
89LAMPIRAN
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
PENGUMUMAN
Nomor:522/1286/BPPLHD/2005
Hutan dan lahan merupakan sumber daya alam yang mempunyai berbagai fungsi, baik
ekologi, ekonomi, sosial maupun budaya yang diperlukan untuk kehidupan manusia dan
mahluk hidup lainnya.
Kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu penyebab kerusakan dan atau
pencemaran lingkungan hidup.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, diminta perhatian kepada seluruh masyarakat
Kalimantan Tengah agar tidak melakukan kegiatan pembakaran hutan dan lahan, serta
pembersihan pekarangan, pembukaan lahan untuk perkebunan, pertanian dan usaha /
kepentingan lainnya dengan cara membakar.
Setiap orang yang melakukan pelanggaran, sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan
dan / pencemaran lingkungan hidup diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai
dengan sebagai berikut :
a UU NO.23 TAHUN 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ;
- Pasal 41(1) : Barang siapa yang secara melawan hukum dengan sengaja
melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan /atau perusakan
lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
- Pasal 42 (1): Barang siapa karena kealfaannya melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup diancam
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp. 100.000.000,- (seratus juta ruplah).
b UU no. 41 tahun 1999 tentang kehutanan :
- Pasal 78 (3): Barang siapa dengan sengaja membakar hutan, diancam dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp. 5 000.000.000,- (lima milyar rupiah).
- Pasal 78 (4): Barang siapa karena kelalaiannya melakukan perbuatan yang
mengakibatkan kebakaran hutan, diancam dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,- (Satu Milyar lima
ratus juta rupiah).
c Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Tengah Nomor 5 tahun 2003 tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan dan atau Lahan;
- Pasal 25 (1): Barang siapa yang dengan sengaja dan atau karena kelalaiannya
melanggar ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2), Pasal 4, Pasal 5 ayat (1),
Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, ayat (1) Pasal 10,Pasal 11 ayat (1), Pasal 20 ayat (1)
dan Pasal 22. dipidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp. 5000.000,- (lima Juta rupiah)
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan dimasa yang
akan datang diminta dengan sangat agar masyarakat melakukan pemberdayaan lahan -
lahan kosong miliknya menjadi lahan produktif, khususnya kiri - kanan jalan Trans
Kalimantan, lahan milik penduduk dan lain-lain. Demikian pengumuman ini disampaikan
untuk dilaksanakan dan atas perhatian seluruh lapisan masyarakat diucapkan terima kasih.
90 LAMPIRAN
RANCANGAN PROSEDUR TETAP
PEMBAKARAN TERKENDALI PADA LAHAN
GAMBUT BERBAHAN BAKAR PAKIS
Tahapan - tahapan kegiatan pembakaran terkendali pada lahan gambut
berbahan pakis, yaitu :
1 Pemilik lahan mendaftarkan rencana pembakaran lahan kepada
Ketua Pos Api Kampung (Regu Pemadam Desa), yang diketahui oleh
Ketua RT setempat dari bulan Januari sampai bulan Juli. Luas lahan
untuk tiap blok pembakaran terkendali maksimal 5 hektar. Apabila
lahan yang dibakar melebihi luasan tersebut, maka rencana
pembakaran lahan yang didaftarkan terdiri dari beberapa blok
pembakaran lahan. Usulan pembakaran lahan dilengkapi dengan
denah lahan.
2 Kepala Desa beserta Ketua Pos Api Kampung, Ketua RT dan
Perangkat Desa lainnya menentukan jadwal pembakaran lahan pada
bulan Juli.
3 Pembakaran lahan dimulai bulan Agustus sampai awal Oktober
secara bergilir sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Pembakaran lahan dapat dilakukan jika minimum 3 hari berturut -
turut tidak turun hujan.
4 Pembakaran tidak boleh dilakukan pada saat waktu yang bersamaan.
5 lokasi /areal yang dibakar terlebih dulu harus dibuat sekat bakar.
Pembuatan sekat bakar tidak boleh terputus artinya harus
mengelilingi areal yang akan dibakar. Kegiatan pembuatan sekat
bakar ini dapat dihubungkan dengan sekat bakar alami yang sudah
ada misalnya sungai, danau, bukit batu, gunung dan sekat bakar yang
sudah ada seperti jalan.
6 Lebar sekat bakar minimal 2-3 kali dari tinggi bahan bakar yang akan
dibakar. Sekat bakar yang berbatasan dengan areal yang akan
dibakar diusahakan bersih dari bahan bakar sampai kepermukaan
tanah selebar 1-2 meter.
7 Hasil tebasan dalam pembuatan sekat bakar dihampar/diratakan
kedalam areal yang akan dibakar, kira-kira 2-5 meter dari tepi sekat
bakar.
8 Pembuatan sumur-sumur air ukuran I x 2 x 2 meter sebanyak dua
buah tiap hektar.
9 Sebelum melakukan pembakaran, Pos Api Kampung harus
menyiapkan peralatan pemadaman yang sederhana seperti kepyok,
91LAMPIRAN
pacitan, penyemprot gendong.
10 Kegiatan pembakaran lahan harus dilakukan bersama-sama secara
gotong royong oleh Pos Api Kampung, pemilik lahan dan pemilik
lahan tetangga/sebelahnya.
11 Kegiatan pembakaran lahan pada saat musim kerawanan api "tinggi",
sebaiknya dilakukan pada pagi hari jam 05.00 - 07.00 atau pada
malam hari jam 19.00 - 21.00. Pada saat tingkat kerawanan api
"sedang", pembakaran dapat dilaksanakan pada sore hari jam 15.00 -
17.00 atau pada pagi hari antara jam 09.00 - 11.00 pagi.
12 Sebelum memulai pembakaran lahan, terlebih dahulu diperhatikan
keadaan arah angin dan topografi serta daerah evakuasi/
penyelamaatan bila terjadi api liar.
13 Penempatan orang untuk penjagaan serta peralatan dilakukan
sebelum memulai pembakaran.
14 Pembuatan titik awal api sebaiknya dimulai dari tempat/topografi
yang tinggi dan berlawanan dengan arah angin.
15 untuk memudahkan pengawasan api yang dibuat, pembuatan api
selanjutnya tidak boleh terputus dengan awal api. Apabila keadaan
api sudah menjalar dari tepi sekat bakar 4-5 kali dari tinggi bahan
bakar, kemudian api berikutnya dibuat baik dari sisi kiri maupun
kanan.
16 Api yang dibuat harus terkontrol dan apabila ada api yang menjalar
kearah areal yang diamankan harus segera dipadamkan.
17 Saat pembakaran lahan para petugas harus mengawasi api loncat.
Apabila terjadi api loncat segera lakukan pemadaman pada lokasi
api loncat tersebut.
18 Apabila posisi kepala api diperkirakan sudah ditengah areal yang
dibakar maka sebaiknya dilakukan pembakaran balas dari arah
bawah (searah angin) ke kepala api. Kemudian dilanjutkan ke arah
kiri atau kanan sampai api bertemu pada satu titik pembakaran
akhir.
19 Setelah selesai melakukan pembakaran lahan lakukan kegiatan
pemadaman api sisa (mop-up) untuk memastikan tidak ada lagi api
sisa yang tertinggal.
20 Areal yang sudah dibakar ditunggu 0,5 - 1 jam untuk memastikan
areal tersebut sudah aman dari api.
disusunoleh: BalaiPenelitiandanPengembanganHutanTanaman
IndonesiaBagianTimur,Jl.SeiUlin 28B,Banjarbaru-Kalimantan
Selatan70714,POBOX65Telp.(0511)772085Fax(0511)773222.
92 LAMPIRAN
95DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Hartmut M.Abberger, Strategi Bersana untuk Mengembangkan Sistem
Peringatan Dini Terkait dengan Upaya Pencegahan Kebakaran Lahan
dan Hutan, Presentasi pada semiloka BPPLHD - CARE,
Palangkaraya, 2005
ITTO Project, Modul Pelatihan Pencegahan Kebakaran Hutan Bagi
Penyuluh, Pusat Diklat Kehutanan, Bogor, 2002
KelompokKerjaWanatani, Paket Pelatihan Wanatani: Pegangan Pemandu,
Studio Driya Media, Bandung, 1999
Nicolas M.V.J. dan Grant S. Beebe, Pelatihan Pemadam Kebakaran Hutan
di Indonesia, Kanwil Departemen Kehutanan dan Perkebunan
Propinsi Kalimantan Timur dan Propinsi Sumatera Selatan, 1999
PEAT-Project, Panduan bagi Fasilitator dalam Pelatihan Pengelolaan
Kebakaran Lahan dan Hutan , CARE International Indonesia –
GTZ IFFM, Samarinda, 2004
SIAP-Project, Modul ToT Pengelolaan Bencana Kebakaran, CARE
International Indonesia, Palangkaraya, 2005
Timo V.Heikkila, Roy Gronqvist, Mike Jurvelius, Handbook on Forest Fire
Control: A Guide for Trainers,ForestryTrainingProgramme
Publication 21, Helsinki, 1993
96 DAFTAR ISTILAH
DAFTAR ISTILAH
Aset: Kepemilikan atas sumberdaya baik berupa benda, lahan ataupun
fasilitas lainnya.
Api loncat: Gerakan api dalam bentuk loncatan yang biasanya berupa
bahan bakar ringan yang terbakar dan sangat mudah terbawa angin.
Bahanbakar: Segala bahan tumbuhan yang dapat dibakar di dalam hutan/
lahan, dan sisa-sisa tumbuhan yang telah kering dan mudah terbakar.
Bakarbalas: Bakar balik yaitu pembakaran yang melawan arah angin untuk
tujuan tertentu, misalnya pembersihan lahan.
Deteksi kebakaran: Kegiatan untuk mengetahui sedini mungkin lokasi
terjadinya kebakaran
Fasilitator: Orang yang menyelenggarakan dan membangun proses belajar,
fasilitator juga mendampingi masyarakat untuk menggali
pengetahuan dan keterampilan masyarakat.
Gambut: Jenis tanah yang terdiri dari atas timbunan sisa-sisa tumbuhan
yang tidak terurai sempurna.
Ilaran api: Jalur yang dibersihkan dari bahan bakar yang dibuat pada jarak
tertentu di muka dari arah penjalaran api, untuk menghalangi
penjalaran api.
Perilaku api: sifat dan gerakan api terhadap bahan bakar, cuaca dan bentuk
muka bumi.
Penyadaran: Proses yang berlangsung melalui pendidikan orang dewasa,
agar masyarakat memahami persoalan mereka dan segera
mengambil tindakan.
Rapat pleno: Rapat umum dimana semua perwakilan kelompok hadir
untuk menyuarakan pendapat kelompoknya.
Rehabilitasi: Upaya perbaikan kerusakan yang diakibatkan bencana.
Sekat bakar: Berupa jalur yang dibersihkan dari bahan bakar dengan
lebar tertentu yang berfungsi untuk menghambat penjalaran api
97CATATAN
CATATAN
98 DAFTAR ISTILAH
MENGELOLA BENCANA KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)CIFOR-ICRAF
 
Makalah agroforestry
Makalah agroforestryMakalah agroforestry
Makalah agroforestryEka Phe
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANdyahpuspita73
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur haraf' yagami
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihRiva Anggraeni
 
Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanabdul gonde
 
2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx
2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx
2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptxDefisaKitri
 
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahanBuku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahanDanur Qahari
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif
Laporan praktikum pembiakan vegetatif Laporan praktikum pembiakan vegetatif
Laporan praktikum pembiakan vegetatif Febrina Tentaka
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMANovia Dwi
 
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikulturaAndrew Hutabarat
 
Manajemen perkebunan
Manajemen perkebunanManajemen perkebunan
Manajemen perkebunanMemet Hakim
 
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.pptPENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.pptirhamakbar7
 

Mais procurados (20)

Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
 
Makalah agroforestry
Makalah agroforestryMakalah agroforestry
Makalah agroforestry
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur hara
 
Presentasi gita
Presentasi gitaPresentasi gita
Presentasi gita
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
 
Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutan
 
2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx
2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx
2. Pemetaan Partisipatif Lahan Petani.pptx
 
Makalah Bawang Merah
Makalah Bawang MerahMakalah Bawang Merah
Makalah Bawang Merah
 
Laporan pestisda
Laporan pestisdaLaporan pestisda
Laporan pestisda
 
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahanBuku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif
Laporan praktikum pembiakan vegetatif Laporan praktikum pembiakan vegetatif
Laporan praktikum pembiakan vegetatif
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
Hama dan penyakit cabai
Hama dan penyakit cabaiHama dan penyakit cabai
Hama dan penyakit cabai
 
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
 
Budidaya Padi Organik
Budidaya Padi OrganikBudidaya Padi Organik
Budidaya Padi Organik
 
Manajemen perkebunan
Manajemen perkebunanManajemen perkebunan
Manajemen perkebunan
 
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.pptPENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
 
Pestisida
PestisidaPestisida
Pestisida
 

Destaque

Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat Fatur Fatkhurohman
 
Buku Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan di Lahan Gambut
Buku Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan di Lahan GambutBuku Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan di Lahan Gambut
Buku Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan di Lahan GambutFatur Fatkhurohman
 
Kebakaran Hutan
Kebakaran HutanKebakaran Hutan
Kebakaran Hutaninasfthnh
 
Bahan presentasi kebakaran hutan univ. jambi-fin al
Bahan presentasi kebakaran hutan univ. jambi-fin alBahan presentasi kebakaran hutan univ. jambi-fin al
Bahan presentasi kebakaran hutan univ. jambi-fin algg.word
 
Heroes vs the somebody - short story
Heroes vs the somebody - short storyHeroes vs the somebody - short story
Heroes vs the somebody - short storyAnis Zulaikha
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaranguest150909
 
Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan Bencana
Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan BencanaKebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan Bencana
Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan BencanaRaflis Ssi
 
Alat Pemadam Api Ringan | Isi Ulang Tabung Apar
Alat Pemadam Api Ringan | Isi Ulang Tabung AparAlat Pemadam Api Ringan | Isi Ulang Tabung Apar
Alat Pemadam Api Ringan | Isi Ulang Tabung AparPT. MUTIARA SAFETYNDO
 
Kebakaran di perusahaan & upaya penanggulangan bahaya kebakaran
Kebakaran di perusahaan & upaya penanggulangan bahaya kebakaranKebakaran di perusahaan & upaya penanggulangan bahaya kebakaran
Kebakaran di perusahaan & upaya penanggulangan bahaya kebakaranAdiba Qonita
 
Tehnik Pemadaman Kebakaran Lahan
Tehnik Pemadaman Kebakaran LahanTehnik Pemadaman Kebakaran Lahan
Tehnik Pemadaman Kebakaran LahanMaulana Syamsuri
 
MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMMITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMNesha Mutiara
 
Keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
Keselamatan dan kesehatan kerja (k3)Keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
Keselamatan dan kesehatan kerja (k3)shazli setiawan
 
pencemaran udara akibat kebakaran lahan gambut.ppt
pencemaran udara akibat kebakaran lahan gambut.pptpencemaran udara akibat kebakaran lahan gambut.ppt
pencemaran udara akibat kebakaran lahan gambut.pptAulia Rahma
 
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaranPencegahan dan penanggulangan kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaranMn Hidayat
 
AR101 pencegahan kebakaran
AR101 pencegahan kebakaranAR101 pencegahan kebakaran
AR101 pencegahan kebakaranamienmamat
 

Destaque (19)

Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
 
Power Point Kebakaran Hutan
Power Point Kebakaran HutanPower Point Kebakaran Hutan
Power Point Kebakaran Hutan
 
Buku Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan di Lahan Gambut
Buku Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan di Lahan GambutBuku Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan di Lahan Gambut
Buku Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan di Lahan Gambut
 
Kebakaran Hutan
Kebakaran HutanKebakaran Hutan
Kebakaran Hutan
 
Bahan presentasi kebakaran hutan univ. jambi-fin al
Bahan presentasi kebakaran hutan univ. jambi-fin alBahan presentasi kebakaran hutan univ. jambi-fin al
Bahan presentasi kebakaran hutan univ. jambi-fin al
 
Heroes vs the somebody - short story
Heroes vs the somebody - short storyHeroes vs the somebody - short story
Heroes vs the somebody - short story
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
 
kebakaran hutan
kebakaran hutankebakaran hutan
kebakaran hutan
 
Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan Bencana
Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan BencanaKebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan Bencana
Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Kawasan Rawan Bencana
 
Alat Pemadam Api Ringan | Isi Ulang Tabung Apar
Alat Pemadam Api Ringan | Isi Ulang Tabung AparAlat Pemadam Api Ringan | Isi Ulang Tabung Apar
Alat Pemadam Api Ringan | Isi Ulang Tabung Apar
 
Kebakaran di perusahaan & upaya penanggulangan bahaya kebakaran
Kebakaran di perusahaan & upaya penanggulangan bahaya kebakaranKebakaran di perusahaan & upaya penanggulangan bahaya kebakaran
Kebakaran di perusahaan & upaya penanggulangan bahaya kebakaran
 
Tehnik Pemadaman Kebakaran Lahan
Tehnik Pemadaman Kebakaran LahanTehnik Pemadaman Kebakaran Lahan
Tehnik Pemadaman Kebakaran Lahan
 
Presentasi kebakaran hutan
Presentasi kebakaran hutanPresentasi kebakaran hutan
Presentasi kebakaran hutan
 
MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMMITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
 
Keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
Keselamatan dan kesehatan kerja (k3)Keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
Keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
 
pencemaran udara akibat kebakaran lahan gambut.ppt
pencemaran udara akibat kebakaran lahan gambut.pptpencemaran udara akibat kebakaran lahan gambut.ppt
pencemaran udara akibat kebakaran lahan gambut.ppt
 
Sistem Pencegahan Kebakaran
Sistem Pencegahan KebakaranSistem Pencegahan Kebakaran
Sistem Pencegahan Kebakaran
 
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaranPencegahan dan penanggulangan kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
 
AR101 pencegahan kebakaran
AR101 pencegahan kebakaranAR101 pencegahan kebakaran
AR101 pencegahan kebakaran
 

Semelhante a MENGELOLA BENCANA KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN

PPT DESTANA.pptx
PPT DESTANA.pptxPPT DESTANA.pptx
PPT DESTANA.pptxYuniSafaria
 
ppt seminar hasil.pptx
ppt seminar hasil.pptxppt seminar hasil.pptx
ppt seminar hasil.pptxViraYuniar14
 
Panduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdf
Panduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdfPanduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdf
Panduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdfHamdanHalid1
 
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKATSISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKATSudirman Sultan
 
files48514koordinasi karhutla2016.ppt
files48514koordinasi karhutla2016.pptfiles48514koordinasi karhutla2016.ppt
files48514koordinasi karhutla2016.pptpolsekpanga
 
Mitigasi bencana kebakaran hutan jambi
Mitigasi bencana kebakaran hutan jambiMitigasi bencana kebakaran hutan jambi
Mitigasi bencana kebakaran hutan jambihenny ferniza
 
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut serta Kabut Asap Sept'15
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut serta Kabut Asap Sept'15Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut serta Kabut Asap Sept'15
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut serta Kabut Asap Sept'15Yoel Hendrawan
 
Kebijakan dan perundang kementrian kehutanan
Kebijakan dan perundang kementrian kehutananKebijakan dan perundang kementrian kehutanan
Kebijakan dan perundang kementrian kehutananSeptian Muna Barakati
 
Stop Pembakaran Hutan green peace
 Stop Pembakaran Hutan green peace  Stop Pembakaran Hutan green peace
Stop Pembakaran Hutan green peace Marchel monoarfa
 
MITIGASI BENCANA GUNUNG BERAPI GAMALAMA.pptx
MITIGASI BENCANA GUNUNG BERAPI GAMALAMA.pptxMITIGASI BENCANA GUNUNG BERAPI GAMALAMA.pptx
MITIGASI BENCANA GUNUNG BERAPI GAMALAMA.pptxAriachmad3
 
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)Tuti Rina Lestari
 
Presentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptx
Presentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptxPresentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptx
Presentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptxSukirahSukirah1
 
karena Hutan penopang Mkhluk Tuhan
karena Hutan penopang Mkhluk Tuhankarena Hutan penopang Mkhluk Tuhan
karena Hutan penopang Mkhluk Tuhanardianmargawahana
 
Ppt kebakaran hutan
Ppt kebakaran hutanPpt kebakaran hutan
Ppt kebakaran hutan1115500038
 
Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...
Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...
Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...NurliaKandaRamadhani1
 
Fenomena pembiaran pembakaran perkebunan & lahan
Fenomena pembiaran pembakaran perkebunan & lahanFenomena pembiaran pembakaran perkebunan & lahan
Fenomena pembiaran pembakaran perkebunan & lahanWoro Handayani
 
Makalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+loggingMakalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+loggingAba Abdillah
 

Semelhante a MENGELOLA BENCANA KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN (20)

PPT DESTANA.pptx
PPT DESTANA.pptxPPT DESTANA.pptx
PPT DESTANA.pptx
 
ppt seminar hasil.pptx
ppt seminar hasil.pptxppt seminar hasil.pptx
ppt seminar hasil.pptx
 
Panduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdf
Panduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdfPanduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdf
Panduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdf
 
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKATSISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
SISTEM PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BERBASIS MASYARAKAT
 
Edited slb bahan ajar bencana_draf 1
Edited slb bahan ajar bencana_draf 1Edited slb bahan ajar bencana_draf 1
Edited slb bahan ajar bencana_draf 1
 
files48514koordinasi karhutla2016.ppt
files48514koordinasi karhutla2016.pptfiles48514koordinasi karhutla2016.ppt
files48514koordinasi karhutla2016.ppt
 
Mitigasi bencana kebakaran hutan jambi
Mitigasi bencana kebakaran hutan jambiMitigasi bencana kebakaran hutan jambi
Mitigasi bencana kebakaran hutan jambi
 
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut serta Kabut Asap Sept'15
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut serta Kabut Asap Sept'15Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut serta Kabut Asap Sept'15
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut serta Kabut Asap Sept'15
 
Kebijakan dan perundang kementrian kehutanan
Kebijakan dan perundang kementrian kehutananKebijakan dan perundang kementrian kehutanan
Kebijakan dan perundang kementrian kehutanan
 
Stop Pembakaran Hutan green peace
 Stop Pembakaran Hutan green peace  Stop Pembakaran Hutan green peace
Stop Pembakaran Hutan green peace
 
MITIGASI BENCANA GUNUNG BERAPI GAMALAMA.pptx
MITIGASI BENCANA GUNUNG BERAPI GAMALAMA.pptxMITIGASI BENCANA GUNUNG BERAPI GAMALAMA.pptx
MITIGASI BENCANA GUNUNG BERAPI GAMALAMA.pptx
 
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
 
Presentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptx
Presentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptxPresentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptx
Presentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptx
 
Kebakaran hutan di indonesia
Kebakaran hutan di indonesiaKebakaran hutan di indonesia
Kebakaran hutan di indonesia
 
karena Hutan penopang Mkhluk Tuhan
karena Hutan penopang Mkhluk Tuhankarena Hutan penopang Mkhluk Tuhan
karena Hutan penopang Mkhluk Tuhan
 
Ppt kebakaran hutan
Ppt kebakaran hutanPpt kebakaran hutan
Ppt kebakaran hutan
 
Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...
Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...
Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...
 
Presentasi mitigasi
Presentasi mitigasiPresentasi mitigasi
Presentasi mitigasi
 
Fenomena pembiaran pembakaran perkebunan & lahan
Fenomena pembiaran pembakaran perkebunan & lahanFenomena pembiaran pembakaran perkebunan & lahan
Fenomena pembiaran pembakaran perkebunan & lahan
 
Makalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+loggingMakalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+logging
 

MENGELOLA BENCANA KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN

  • 1. i
  • 2. ii MENGELOLA BENCANA KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN Kontributor Waliadi, Suhada, Dedi Editor Evy S.Suryatmana Ilustrator YayakYatmaka Disain dan Tata Letak YayakYatmaka,Fatkhurohman Pengumpulan Data Taufik Rahman Diterbitkan sebagai rangkaian kegiatan Strengthening of Initiatives in peat Areas to increase Preparedness for disasters (SIAP) project CARE International Indonesia, 2005 - 2006
  • 3. iii GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KATA PENGANTAR Bencana kebakaran hutan dan lahan merupakan permasalahan serius yang harus dihadapi masyarakat Kalimantan Tengah setiap tahun pada musim kemarau. Masyarakat Kalimantan Tengah dituntut untuk mampu mengelola resiko bencana kebakaran secara mandiri. Bagi kami buku tentang “ Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan” merupakan informasi praktis dan mudah dicerna oleh masyarakat. Penyampaian materi tentang : rehabilitasi, pencegahan, kesiap siagaan dan penanggulangan, disertai ilustrasi contoh di lapangan menjadikan buku ini lebihmudahdicernaolehpenggunaterutamamasyarakatdesa.Analisayang sederhana mengenai penyebab dan dampak kebakaran yang disampaikan dengan detail ini sangat berguna bagi penyadaran masyarakat. Inti semangat buku ini adalah “Pengelolaan Bencana Berbasis Masyarakat”. Adapun komponen-komponen pengelolaan bencana kebakaran ini tidak dimaksudkan sebagai tuntutan, melainkan sebagai “suatu tujuan” yang patut diupayakan pencapaiannya secara bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam situasi bencana kebakaran. Kami mengucapkan terimakasih kepada para kepala desa dan masyarakat desa dampingan CARE atas semua dukungan selama program berjalan hingga tersusunnya buku ini. Akhirnya kepada para pendamping masyarakat dan penyandang dana, kami menghargai sumbangan dan dedikasinya dan berharap semua ini menjadi langkah awal yang baik dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat Kalimantan Tengah. Palangkaraya, Oktober 2005 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH A. TERAS NARANG, SH
  • 4. iv UCAPAN TERIMAKASIH Ungkapan rasa syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan atas rahmat, hidayah dan keleluasaan yang diberikan-Nya, sehingga tersusunnya buku ini. Ucapan terimakasih pertama-tama kami sampaikan kepada masyarakat dampingan CARE atas partisipasinya dalam ujicoba media yang banyak memberi masukan untuk perbaikan buku ini. Mereka adalah anggota kelompok tani dan regu pengendali kebakaran (RPK) dari: n Desa Keruing dan Desa Parit , Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (15 Oktober 2005) n Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (17 Oktober 2005) n Desa Anjir Pulang Pisau, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (20 Oktober 2005) n Terimakasih juga untuk fasilitator lapangan CARE di Kalimantan Tengah atas sumbangan ide leaflet kreatifnya. Tanpa adanya leaflet ini, gagasan penyusunan buku ini barangkali tidak akan terwujud. Mereka adalah: n Ape yang memfasilitasi Desa Rubung Buyung, Baninan dan Rubung Bonot n Tuta yang memfasilitasi Desa Jemaras, Luwuk Ranggan dan Patai n Peny yang memfasilitasi Desa Mekar Jaya, Bukit Sari dan Bukit Harapan n Yosep yang memfasilitasi Desa Keruing, Sei Ubar dan Sudan n Marciano yang memfasilitasi Desa Parit, Pantai Harapan dan Bukit Batu n Rano yang memfasilitasi Desa Karang Tunggal, Karang Sari, Sumber Makmur, Bandar Agung dan Beringin Tunggal Jaya n Yesaya yang memfasilitasi Desa Bejarum, Sungai Paring, Luwuk Bunter danTewah. Secara khusus ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Hartmut Arberger yang menyumbangkan gagasan siklus pengelolaan kebakaran berbasis masyarakat, yang kami pergunakan mulai pelatihan sampai penyusunan buku ini. Palangkaraya, Oktober 2005 Tim Penyusun
  • 5. 1PENDAHULUAN PENDAHULUAN Dahulu ketika rimba Kalimantan masih utuh, kebakaran hutan tiap musim kemarau akan padam dengan sendirinya secara alami. Ketika itu kebakaran hutan belum menjadi bencana bagi masyarakat. Kemudian masuk proyek- proyek logging dan Proyek Lahan Gambut (PLG) sejuta hektar. Sejak itulah hutan-hutan menjadi terbuka dan kebakaran hutan pun menjadi tidak terkendali, menjalar terus membakar habis kebun masyarakat. Setelah terjadi bencana kebakaran tahun ini, masyarakat harus bersiap-siap menghadapi bencana tahun berikutnya. Masyarakat harus mampu mengelola bencana kebakaran dengan baik untuk mengurangi resiko. Pengelolaan bencana kebakaran terdiri dari: tindakan“Rehabilitasi” setelah bencana;tindakan“ Pencegahan” jauh sebelum bencana; tindakan“Kesiap siagaan” menjelangbencana;dantindakan“Penanggulangan” ketikabencana datang kembali. Mengelola bencana kebakaran berbasis masyarakat bisa kita mulai dari kegiatan yang biasa dilakukan masyarakat lokal kemudian dipadukan dengan teknik luar yang lebih maju. Misalnya dalamRehabilitasi, upaya perbaikan lokal setelah bencana bisa kita padukan dengan kerja kelompok yang lebih teroganisir. Dalam Pencegahan, teknik pembakaran terkendali lokal bisa kitapadukandenganpelatihandanpenegakanhukum.DalamKesiap-siagaan , bisa kita padukan sistem peringatan dini lokal dengan sistem modern, demikian juga penyiapan peralatan tradisional digabung dengan peralatan semi modern. Dalam Penanggulangan bisa kita padukan antara teknik pemadaman lokal dengan teknik luar yang lebih maju, juga ditambahkan keselamatan kerja.
  • 6. 2 PENDAHULUAN Pelaksanaannya di lapangan sebaiknya mengikuti pola“Siklus Pengelolaan Bencana” dimulai dari ANALISA setelah kejadian bencana kebakaran, sebagai berikut:
  • 7. 3PENDAHULUAN Setelah “Bencana Kebakaran”menghabiskan lahan dan hutan, kita pun mulai melakukan “Analisa” apa saja penyebab dan dampak dari bencana kebakaran ini? Pemahaman tentang segitiga api pun menjadi penting untuk menjawab semuanya. Setelah bencana menimpa kita, apa cukup hanya menganalisa saja? tentu tidak. Kita harus segera melakukan“ Rehabilitasi”,bersama-sama memperbaiki semua kerusakan agar kondisi kembali normal. Selanjutnyakitaupayakantindakan“ Pencegahan Kebakaran” agar semua yang sudah diperbaiki tidak lagi termakan api. Biasakan membuat sekat bakar/parit di kebun, lakukan pembakaran terkendali, ikuti pelatihan pengendalian kebakaran agar kita terlatih mengatasi api, dan tegakan hukum bagi pelanggaran pembakaran lahan. Meskipun kita sudah upayakan tindakan pencegahan kebakaran, kemungkinan bencana kebakaran kembali datang harus tetap diantisipasi.Kitaharus“ Bersiap-siaga” menjelang kebakaran berikutnya. Siapkan peralatan pemadam, siapkan tim pemadam yang terlatih, lakukan patroli di lokasi rawan. Ketika“BencanaKebakaran” kembali datang, kita sudah lebih siap dari sebelumnya. “Penanggulangan” kebakaran lebih terorganisir karena sudah terlatih teknik pemadaman dan keselamatan kerja. Api yang masuk kebun berkurang karena sudah dibuat sekat bakar/parit yang menghalangi masuknya api. Luas areal yang terbakar pun makin berkurang, karena lahan tidur (terlantar) yang rawan terbakar sudah ditanami. Di sini kita akan merasakan manfaat mengelola kebakaran lahan dan hutan dengan mengikuti pola “SiklusPengelolaanBencana”
  • 9. 7SEGITIGA API SEGITIGA API Api timbul karena adanya: bahan bakar, sumber panas dan udara, hubungan ketiga unsur itu disebut “Segitiga Api” . Jadi harus ada bahan bakar kering, sumber panas dan udara yang cukup jika kita ingin menyalakan api. Jika salah satu unsur dari segitiga api dihilangkan, maka api tidak akan menyala. Mari kita buktikan ! Ambil lilin dan korek api lalu nyalakan lilin. Api dapat menyala karena kita memiliki: bahan bakar yaitu lilin, sumber panas yaitu korek api dan udara bebas di ruangan. Selanjutnya tutuplah lilin yang sedang menyala dengan gelas rapat-rapat, apakah api tetap menyala?. Api akan padam karena habisnya udara yang tertutup rapat oleh gelas Percobaan ini membuktikan jika udara yang merupakan salah satu unsur segitiga api dihilangkan maka api tidak akan menyala. Demikian juga jika kita hilangkan bahan bakar dan sumber panas. Pemahaman tentang segitiga api ini sangat penting bagi upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran.
  • 10. 8 SEGITIGA API PERILAKU API Api kecil jika kita biarkan membesar menjalar tidak terkendali akan mengakibatkan kebakaran. Faktor yang mempengaruhi perilaku api pada kebakaran adalah: adanya bahan bakar di alam, cuaca dan bentuk muka bumi (topografi). Bahan Bakar di Alam Pemahaman tentang sifat bahan bakar sangat penting untuk menentukan perilaku api pada pengendalian kebakaran liar di hutan. 1. Bahan bakar ringan : cepat terbakar, seperti rumput, daun kering, serasah, ranting, dahan kecil dan alang-alang. Bahan bakar ringan biasanya mudah terbakar dan cepat padam. 2. Bahan bakar berat : berukuran besar, seperti gelondongan kayu, tunggul dan pohon. Bahan bakar ini sulit terbakar, namun jika sudah terbakar akan sulit dipadamkan. 3. Bahan bakar merata : tersebar merata dan saling berhubungan, seperti lahan gambut, padang rumput dan alang-alang. Intensitas apinya tinggi dan penjalarannya lebih cepat.
  • 11. 9SEGITIGA API 4. Bahan bakar tidak merata : tidak tersebar merata karena adanya rintangan seperti batu, tanah tandus, jalan atau tanaman yang sulit terbakar sehingga menghambat penjalaran api. 5. Bahan bakar rapat : berbagai bahan bakar termasuk tumbuhan yang sangat rapat sehingga api mudah merambat ke atas melalui dahan dan ranting. Pohon akan terbakar habis dari pangkal sampai ujung tajuk. Cuaca Cuaca yang ada sebelum dan selama kebakaran akan menentukan bagaimana perilaku api tersebut membakar. Suhu yang panas pada siang hari menyebabkan cepat mengeringnya bahan bakar, memudahkan kebakaran membesar dan makin sulit dikendalikan. Pada malam hari suhu akan turun sehingga bahan bakar menjadi lebih lembab dan lebih sulit terbakar.
  • 12. 10 SEGITIGA API Angin Angin dapat membawa lebih banyak udara dan mempercepat pengeringan bahan bakar sehingga api berkobar dan merambat dengan cepat. Angin dapat menerbangkan bara api yang jadi api loncat dan penyebab kebakaran baru. Hujan dan Kelembaban tinggi membuat bahan bakar lebih basah sehingga penjalaran kebakaran lebih lambat dan lebih mudah dikendalikan. Bentuk Muka Bumi Bentuk areal penting diperhatikan untuk pengendalian kebakaran. Di daerah lereng, lidah api akan menjadi lebih dekat dengan bahan bakar di depannya sehingga penyebaran kebakaran akan lebih cepat terjadi dibanding di daerah rata. Bara api yang berguling ke bawah akan membuat kebakaran baru. Angin perlu diperhatikan dalam pengendalian kebakaran di lereng. Pada siang hari angin naik ke lereng bukit, pada malam hari angin turun ke arah lembah.
  • 13. 11SEGITIGA API JENIS KEBAKARAN Mengetahui secara pasti tipe kebakaran merupakan hal yang penting sebelum menentukan teknik pemadaman yang cocok dan efisien agar lebih banyak areal yang bisa diselamatkan. Berdasarkan posisi bahan bakar, kita mengenal 3 tipe kebakaran yaitu: kebakaran bawah, kebakaran permukaan dan kebakaran tajuk. Kebakaran Bawah : disebabkan oleh terbakarnya lapisan gambut, batubara atau bouksit di bawah permukaan tanah, ditandai dengan munculnya asap putih. Gambut di bawah permukaan tanah terbakar tanpa dipengaruhi angin sehingga berjalan sangat lambat dan sukar dideteksi, kebakaran baru diketahui setelah meluas dan sulit dipadamkan. Kebakaran Permukaan : paling sering terjadi karena terbakarnya belukar, limbah kayu, rumput, daun dan ranting yang ada di permukaan tanah. Kebakaran permukaan merupakan awal kebakaran tajuk. Kebakaran Tajuk : menjalar cepat dari satu tajuk ke tajuk pohon lainnya. Kebakaran tajuk bermula dari api loncat kebakaran permukaan. Api cepat membesar dan berbahaya, tim pemadam sering tertimpa dahan berapi atau terjebak kepungan api.
  • 15. PENYEBAB DAN DAMPAK 11 PENYEBAB DAN DAMPAK KEBAKARAN Secara umum kebakaran lahan dan hutan di Indonesia lebih disebabkan oleh kesengajaan dan kelalaian manusia, dan didukung oleh faktor alam. Akibatnya setiap musim kemarau, kebakaran lahan dan hutan menjadi bencana tahunan yang dihadapi bangsa kita. Kebakaran yang terjadi telah memberikan dampak kerugian sosial ekonomi, kesehatan dan lingkungan yang sangat besar. PENYEBAB KEBAKARAN AKIBAT KEBAKARAN DAMPAK KEBAKARAN
  • 16. PENYEBAB DAN DAMPAK12 PENYEBAB KEBAKARAN Kembali ke Segitiga Api, kebakaran terjadi karena adanya bahan bakar, sumber panas dan udara. Keberadaan bahan bakar dan sumber panas inilah yang sering dilalaikan manusia dalam aktivitasnya, sehingga menimbulkan kebakaran. Contoh penyebab kebakaran oleh aktivitas manusia sebagai berikut : Membuang puntung rokok yang masih menyala saat kemarau sangat membahayakan, terutama di lahan gambut. Sumber panas dari puntung rokok dapat merambat ke bawah lapisan gambut akan terus menjalar mengakibatkan kebakaran. Sengaja membakar semak belukar untuk mendukung aktivitas berburu, memancing atau mencari kayu di hutan, dan sengaja membuat api untuk memasak. Jika ditinggalkan tanpa dipadamkan, sisa api akan terus menjalar dan menimbulkan kebakaran hutan. Membiarkan limbah kayu di lahan tidur yang dipenuhi semak belukar menjadikan kumpulan bahan bakar yang potensial saat kemarau. Jika ada sedikit saja sumber panas akan langsung terbakar. Contoh yang disebabkan faktor alam misalnya gesekan antar ranting yang terus menerus akibat tiupan angin bisa menimbulkan panas dan memercikan api, percikan api ini bisa membakar ranting lainnya terus menjalar dan menyebabkan kebakaran hutan.
  • 17. PENYEBAB DAN DAMPAK 13 AKIBAT KEBAKARAN Bencana kebakaran lahan dan hutan dapat memusnahkan semua yang tumbuh di lahan pertanian dan lantai hutan, juga menghancurkan pemukiman. Akibatnya kita kehilangan sumber mata pencaharian, juga kehilangan harta benda. Jika setiap musim kemarau kita harus menghadapi bencana kebakaran seperti ini, maka kehidupan kita akan semakin terpuruk. DAMPAK KEBAKARAN Setelah bencana kebakaran kita semua merasakan dampaknya terhadap lingkungan, hancurnya sosial ekonomi dan gangguan kesehatan manusia. 1. Dampak Terhadap Lingkungan Hilang atau berkurangnya keragaman tumbuhan dan binatang akibat kebakaran hutan berdampak pada semakin berkurangnya cadangan hasil hutan kita. Lama kelamaan kita pun akan kehilangan sumber mata pencaharian di hutan.
  • 18. PENYEBAB DAN DAMPAK14 Kenaikan suhu tanah waktu kebakaran ditambah menguapnya nutrisi (zat makanan) dari dalam tanah berdampak pada berkurangnya kesuburan tanah. Kerusakan sifat fisik dan kimia gambut akibat kebakaran berdampak pada menurunnya kadar air dan berkurangnya ketersediaan air. Terbukanya hutan akibat kebakaran berdampak pada menurunnya kemampuan tanah menyerap air hujan, akhirnya dapat menimbulkan bencana banjir pada musim hujan.
  • 19. PENYEBAB DAN DAMPAK 15 2. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Rusaknya keseimbangan ekologi akibat kebakaran hutan dapat meningkatkan populasi hama tanaman pada satu areal, hal ini berdampak pada kegagalan panen Kurangnya kesuburan tanah akibat kebakaran dapat berdampak pada kegagalan panen. Gagal panen akibat serangan hama dan kurangnya kesuburan lahan dapat berdampak pada berkurangnya penghasilan.
  • 20. PENYEBAB DAN DAMPAK16 Berkurangnya sumber mata pencaharian, kurangnya persediaan air, semakin sempitnya lahan subur dan tidak meratanya hasil panen dapat menimbulkan kecemburuan sosial dan berdampak pada konflik antar komunitas (kelompok masyarakat). Kebakaran yang merambat ke pinggir jalan sangat membahayakan bagi pejalan kaki terutama anak-anak sekolah yang masih rentan ketahanannya. Demi keselamatan siswanya beberapa sekolah terpaksa diliburkan. Gagal panen akibat kebakaran dapat berdampak pada rawannya pangan keluarga, terutama pada anak-anak bisa mengakibatkan gizi buruk.
  • 21. PENYEBAB DAN DAMPAK 17 Terhalangnya jarak pandang akibat kabut asap dapat menggangu kelancaran transportasi, baik transportasi udara, darat maupun perairan. Aktivitas masyarakat pun akan merosot karena gangguan transportasi. 3.Dampak terhadap Kesehatan Dampak timbulnya asap yang berlebihan selama kebakaran telah menimbulkan berbagaipenyakit, seperti: gangguan saluran pernapasan, asma, batuk, penyakit kulit dan iritasi mata. Dampak menurunnya kualitas air pun telah menimbulkan penyakit diare dan muntaber terutama pada usia balita.
  • 23. 23SETELAH KEBAKARAN SETELAH KEBAKARAN Kita semua sudah merasakan dampak dari bencana kebakaran lahan dan hutan. Terpikirkah oleh kita bagaimana jadinya lahan dan hutan ini sepuluh tahun mendatang bila bencana kebakaran dibiarkan berlanjut terus. Bagaimana dengan anak cucu kita, apa yang nanti mereka dapat? Kisah hutan kita dengan segala kekayaannya mungkin hanya akan jadi dongeng.
  • 24. 24 SETELAH KEBAKAKARAN Kita harus segera bertindak setelah bencana kebakaran, bangkit kembali memperbaiki semua kerusakan agar kembali normal. Mulailah dari aktivitas yang dapat mengamankan kebutuhan pangan keluarga dahulu. Tanami kembali kebun kita yang terbakar, perbaiki parit-parit kebun yang rusak, bersihkan kebun secara rutin. Pelihara dan jagalah kebun agar terhindar dari api, agar kita bisa mengambil hasil panennya kelak.
  • 25. 25SETELAH KEBAKARAN Kerusakan yang diakibatkan bencana kebakaran sangatlah kompleks. Masalah ini masalah kita bersama, harus kita atasi bersama, harus kita tanggulangi bersama pula. Mari kita bergotong royong menanami kembali hutan yang terbakar, memperbaiki saluran air, memperbaiki jalan, memperbaiki jembatan, dan semua kerusakan akibat bencana kebakaran. Mengerjakan pekerjaan berat bersama-sama dalam kelompok akan lebih ringan dan cepat selesai.
  • 26. 26 SETELAH KEBAKAKARAN Bayangkan bila lahan dan hutan kita pulih kembali seperti sedia kala. Hutan kembali hijau dan dihuni kembali binatang-binatang. Ladang dan kebun kita kembali subur. Anak cucu kita tidak akan pernah kekurangan makanan, semua tersedia di lahan dan hutan kita. Hanya kita yang bisa membuatnya menjadi nyata. Mari kita segera ciptakan lingkungan yang lestari.
  • 27. 29PEMBENTUKAN KELOMPOK PEMBENTUKAN KELOMPOK Kerusakan yang di akibatkan oleh bencana kebakaran sangatlah berat dan komplek. Masalah ini masalah kita bersama, jadi kita harus menyelesaikannya secara bersama dengan membentuk kelompok. Dalam lingkungan kita terlihat banyak kelompok yang terbentuk sebagai perwujudan kekerabatan dan persamaan nasib sepenanggungan. Sejarah juga membuktikan bahwa sejak dahulu kala, nenek moyang kita sudah hidup dalam kelompok-kelompok dan mewariskan asas kekeluargaan dan kegotong royongan bagi generasi kita sekarang.
  • 28. 30 PEMBENTUKAN KELOMPOK Kelompok merupakan kumpulan orang-orang yang menyatukan diri dan bekerja sama dalam mengatasi masalah dan tantangan. Adapun yang menjadi tujuan membentuk kelompok adalah agar kita secara bersama-sama saling membantu untuk memperbaiki tarap hidup berdasarkan kemampuan sendiri. Demikian juga dalam mengelola bencana kebakaran, jika kita membentuk kelompok pengendali kebakaran, maka kita dapat mengatasi masalah kebakaran secara bersama dalam kelompok. Segera bentuklah regu pengendali kebakaran (RPK) di desa. Kegiatan dalam kelompok ini, selain mengendalikan kebakaran kita juga bisa saling membantu dalam kegiatan pertanian lainnya. Misalnya bergotong royong dalam penyiapan lahan, pembuatan sekat bakar, pengolahan lahan dan panen. Kegiatan ini bisa dilakukan secara bergilir di lahan anggota kelompok.
  • 29. 31PEMBENTUKAN KELOMPOK TINGKATAN KELOMPOK Dilihat dari proses pembentukan dan aktivitas kelompok, maka ada 3 tingkatan kelompok yang berkembang di masyarakat, yaitu: kelompok Merpati, kelompok Pedati dan kelompok Lestari. 1.KelompokMerpati Kelompok jenis ini baru mulai terbentuk dan menunjukkan kegiatannya jika ada bantuan dari luar, biasanya berupa uang, atau barang yang manfaatnya bisa dirasakan langsung. Kelompok semacam ini hidup dan berkembang selagi ada bantuan. Tetapi begitu bantuan dan dukungan dari luar tidak ada lagi, maka kelompok menjadi bubar.
  • 30. 32 PEMBENTUKAN KELOMPOK 2.KelompokPedati Kelompok ini bagaikan pedati, baru akan bergerak bila ditarik atau didorong oleh pihak luar. Seringkali dorongan itu bersifat paksaan.
  • 31. 33PEMBENTUKAN KELOMPOK 3.KelompokLestari Kelompok ini bisa tumbuh atas inisiatif, keinginan dan kesadaran para anggota tanpa menunggu bantuan, dukungan dan dorongan dari pihak lain. Kehadiran pihak luar hanya sebagai penunjang atau perangsang. Kelompok ini sudah mampu mengelola program kelompok sendiri. Wujudkanlah regu pengendali kebakaran (RPK) yang sudah kita bentuk ini menjadi “kelompok lestari”. Mari kita kelola bersama program pengelolaan bencana kebakaran lahan yang meliputi aktivitas: rehabilitasi, pencegahan, kesiap-siagaan dan penanggulangan kebakaran.
  • 33. 35PEMBENTUKAN KELOMPOK Agar kelompok kita dapat berkembang secara baik dan mandiri serta berkelanjutan, maka kelompok ini harus memiliki beberapa komponen pengembangan, antara lain : 1. Pengembangan struktur organisasi sederhana, yang terdiri : ketua, sekretaris, bendahara, dan rapat anggota. 2. Pengembangan permodalan dari kas kelompok, misalnya dari : iuran kelompok, sisa uang kegiatan, denda anggota yang disepakati dan setoran wajib tertentu yang disepakati. 3. Pengembangan usaha produktif, terdiri dari usaha ekonomi kelompok seperti simpan pinjam, arisan dan kebun kelompok. 4. Pengembangan kebutuhan anggota dan kelompok, misalnya pengadaan sembako, bibit, pupuk, alat pertanian dan alat pemadam kebakaran.
  • 35. 39PENCEGAHAN PENCEGAHAN Setelah kita melakukan perbaikan kerusakan akibat bencana kebakaran, segera upayakan tindakan pencegahan agar semua yang pernah kita perbaiki tidak akan musnah lagi dimakan api. Upaya pencegahan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran dan dampak serta menghilangkan sumberkebakaran.Tergantungdaribentukkasusnya,tindakanpencegahan dapat melalui: Pendidikan, Penegakan Hukum dan Pelaksanaan Teknis. PENDIDIKAN Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kita dalam hal pengelolaan bencana kebakaran. Pendidikan bagi masyarakat bisa melalui pelatihan, penyuluhan atau kampanye. Berpartisipasilah jika di desa ada pelatihan pengelolaan kebakaran. Sebelum memulai pelatihan diskusikanlah dengan fasilitator mengenai materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan setempat. Materi pelatihan sebaiknya mencangkup teori dan praktek : Penanggulangan, Rehabilitasi, Pencegahan dan Kesiap siagaan. Menjelang musim kemarau biasanya ada penyuluhan atau kampanye bertema penyadaran atau himbauan pencegahan kebakaran dan kesiap- siagaan. Ikutilah jika ada penyuluhan di desa baik dari pemerintah, swasta ataupun tokoh masyarakat. Bertanyalah jika ada yang kurang dimengerti. Berikan masukan pada penyuluh jika kita memiliki pengetahuan atau pengalaman yang baik.
  • 36. 40 PENCEGAHAN PENEGAKAN HUKUM Banyak peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kebakaran lahan dan hutan yang perlu disosialisasikan ke desa-desa.. Dengan diberlakukannya sangsi pada peraturan diharapkan akan meningkatkan kesadaran dan mengurangi pelanggaran pembakaran. Penegakan hukum penting bagi upaya pencegahan bencana kebakaran, karena sebagian besar kebakaran disebabkan oleh kelalaian manusia yang sengaja mengabaikan peraturan. Contoh : Peraturan Daerah Kalimantan Tengah nomor 5 Pasal 25 tahun 2003 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan, tertulis bahwa: siapa yang melakukan pembakaran dengan sengaja atau tidak sengaja sehingga merugikan orang lain maka akan dikenakan sangsi pidana selama-lamanya 6 (enam) bulan kurungan penjara dan denda setinggi-tingginya RP.5.000.000,- (lima juta rupiah)
  • 37. 41PENCEGAHAN Disamping peraturan pemerintah, dibeberapa desa masih diberlakukan hukum adat yang tidak tertulis dan disampaikan secara turun temurun. Contoh di Kalimantan Tengah, jika ada yang melakukan pembakaran lahan tidak terkendali dan menjalar ke kebun di sebelahnya, makaDamang (tokoh adat) memutuskan sangsi adat berupa Jipen atau denda sesuai dengan kerugian yang ditimbulkannya. Pelanggar biasanya diadili dihadapan masyarakat setempat. Jika di desa kita belum ada PERDES tentang Kebakaran Lahan, usulkan pada kepala desa dan BPD untuk menyusun PERDES. Lalu disosialisasikan melalui forum diskusi masyarakat, padukan PERDA yang ada dengan peraturan adat yang disesuaikan dengan kondisi sekarang, sesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat. Penetapan Perdes tentang kebakaran lahan dilakukan dalam rapat pleno.
  • 38. 42 PENCEGAHAN TEKNIS PENCEGAHAN Walaupun pelatihan, penyuluhan serta peraturan sudah dijalankan bukan berarti lahan kita aman dari ancaman kebakaran lalu kita tidak melakukan apa-apa. Berbagai teknis pencegahan di kebun tetap harus kita lakukan. Salah satu teknis pencegahan kebakaran lahan adalah memutus jalur bahan bakar atau jalur api dengan membuat sekat bakar di sekeliling kebun. Sekat bakar dapat berupa parit, sekat bakar bersih atau sekat bakar hijau. Biasakanlah membuat sekat bakar bersih di sekeliling ladang. Bersihkan sisi ladang dari rumput, tumbuhan liar, dedaunan, potongan kayu dan sampah lainnya, selebar kurang lebih 1-2 m. Biasakan membuat parit di sekeliling ladang selebar 50 cm dengan kedalaman yang memadai. Selain untuk mencegah penjalaran kebakaran, parit juga dapat dimanfaatkan untuk melihara ikan. Tanamilah sekat bakar hijau dengan tanaman yang banyak kandungan air dan tahan api, seperti pisang, nenas, nipah dan lainnya. Manfaat dari sekat bakar hijau ini selain sebagai pembatas lahan dari kebakaran juga dapat menambah penghasilan keluarga dari hasil panen buah-buahan sepanjang sekat bakar hijau.
  • 39. 43PENCEGAHAN Selain membuat sekat bakar masih banyak teknis pencegahan kebakaran lainnya yang bisa kita upayakan, seperti: • Penyiapan lahan dengan pembakaran terkendali • Membuat tempat- tempat penampungan air • Selalu membersihkan kebun dan parit secara rutin • Pemasangan plang peringatan di lokasi rawan terbakar • Identifikasi lokasi rawan kebakaran
  • 41. 45PENCEGAHAN PEMBAKARAN TERKENDALI Mengingat gambut mudah terbakar dan sulit untuk dipadamkan, penyiapan lahan pertanian dengan pembakaran dilahan gambut sebenarnya sangat berbahaya. Namun kita sadari masyarakat asli kalimantan belum punya teknologi yang lebih efektif dalam penyiapan lahan selain dengan pembakaran. Oleh karena itu teknik pembakaran terkendali masih dimungkinkan dilakukan dilahan gambut dengan cara yang sangat hati-hati, dengan tahapan sebagai berikut: 1. Lakukan musyawarah sebelum melakukan pembukaan lahan, sepakati lokasi lahan yang akan dibuka. Sepakati jadwal pembakaran agar pembakaran dapat dilakukan secara bergotong royong dan bergiliran. Sepakati waktu/Jam sebelum melakukan pembakaran. Hindari pembakaran pada siang hari, usahakan pembakaran pada pagi atau sore hari. Jika tidak memungkinkan, lakukan pembakaran pada malam hari karena kelembaban udara tinggi dan kecepatan anginpun rendah serta arahnya normal sehingga memudahkan dalam penjagaan api.
  • 42. 46 PEMBAKARAN TERKENDALI 2. Bersihkan lahan yang baru dibuka secara gotong royong, buatlah sekat bakar disekeliling lahan untuk memutus jalur api pada saat melakukan pembakaran. Lebar sekat bakar yang dibuat minimal 2-3 kali dari tinggi bahan bakar yang akan dibakar. Sekat bakar yang dibuat diusahakan bersih dari bahan bakar sampai ke permukaan tanah selebar 1-2 meter serta sumur ukuran 1x2x2 meter sebanyak 2 buah dalam setiap hektar.
  • 43. 47PEMBAKARAN TERKENDALI 3. Keringkan tumpukan semak, rumput dan sisa kayu hasil pembersihan lahan minimal 3 hari berturut-turut supaya kering secara merata, dan tidak banyak menimbulkan asap pada saat pembakaran nanti sehinnga hasil pembakaran pun sempurna. Kekeringan bahan bakar ini sangat berpengaruh kepada hasil pembakaran.
  • 44. 48 PEMBAKARAN TERKENDALI 4. Sebelum melakukan pembakaran, laporlah kepada tetangga sebelah kebun, RT, RW dan Kepala desa, bicarakan waktu (hari dan jam) pelaksanaan pembakaran. Persiapkan pula peralatan pemadam kebakaran untuk mengendalikan api. 5. Pada saat pembakaran, lakukan penjagaan di sekitar lahan dengan menggunakan peralatan pemadaman yang sederhana. Lakukan pemadaman jika sewaktu-waktu api membesar dan terjadi api loncat yang disebab oleh angin, agar api tidak membesar dan dapat terkendali.
  • 45. 49PEMBAKARAN TERKENDALI 6. Lakukan pembakaran balas jika api sudah sampai di tengah areal yang dibakar dengan arah yang berlawanan (dari bawah) ke kepala api, kemudian dilanjutkan dari kiri atau kanan sehingga api bertemu ditengah areal.
  • 46. 50 PEMBAKARAN TERKENDALI 7. Periksalah kembali api sisa pembakaran sebelum meninggalkan lokasi, selain untuk mencegah munculnya kebakaran susulan yang tidak diinginkan juga untuk mematikan timbulnya asap dari kayu atau gambut yang masih terbakar.
  • 47. 51PEMETAAN LOKASI RAWAN PEMETAAN LOKASI RAWAN Untuk memudahkan kita membuat perencanaan pencegahan bencana diperlukan sebuah peta yang bisa menggambarkan macam sumberdaya, macam bencana, lokasi rawan dan hambatan yang ada di masyarakat. Kegiatan pemetaan sebaiknya dilakukan bersama-sama dalam acara PRA ataupun Lokakarya Desa. Membuat peta secara bersama, selain dapat menimbulkan partisipasi yang sangat baik, pekerjaan pun menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Sebelum membuat peta, diskusikan dulu sumber daya apa saja yang dimiliki desa, mencangkup : 1.Sumber daya alam, misalnya : sungai, mata air, danau,bukit,hutan, semak, padang rumput, dll. 2.Tataguna lahan yang ada di desa, misalnya : ladang, sawah, berbagai kebun, perkebunan, tambang, dll. 3.Fasilitas yang dimiliki desa, misalnya : perumahan, jalan, sekolah, tempat ibadah, polindes, balai desa, irigasi, sumur, dll. Kemudian, sepakati jenis sumberdaya yang akan dicantumkan di peta. Sepakati pula simbol setiap jenis sumber daya yang akan dicantumkan di peta itu. Gambarlah simbol di samping setiap jenis sumberdaya yang sudah disepakati, dan inilah yang disebut“legenda peta”. Menyepakati legenda peta terlebih dahulu, akan memudahkan kita membuat peta yang dilakukan secara bersama-sama. Selanjutnya, mulailah membuat peta desa, peta rawan dan perencanaan pencegahan di atas peta rawan.
  • 48. 52 PEMETAAN LOKASI RAWAN 1. PETA DESA Mulailah kita membuat peta desa di atas kertas besar dengan menggambar arah utara dan batas-batas wilayah utama. Kemudian gambarkan letak sumber daya desa (sungai, hutan, lahan, fasilitas umum, dll) dengan simbol-simbol yang sudah disepakati dalam “legenda peta”. Penggambaran bisa dimulai dari lokasi yang mudah dikenal, kemudian lengkapilah dengan detail-detail lainnya. Peta desa ini akan dijadikan peta dasar untuk membuat peta rawan kebakaran.
  • 49. 53PEMETAAN LOKASI RAWAN 2. PETA RAWAN KEBAKARAN Sebelum membuat peta rawan, terlebih dahulu kita sepakati kriteria (syarat) daerah rawan terbakar, misalnya: Ketersediaan bahan bakar : semakin banyak bahan bakar, semakin rawan. Jalan yang sering dilalui orang : berkemungkinan makin rawan terbakar. Pengalaman kebakaran di masa lalu : berdasar pada sejarah kebakaran. Sepakati bentuk arsir yang berbeda untuk tiap kejadian kebakaran. Lalu kita mulai mengarsir lokasi-lokasi rawan di atas peta desa (peta dasar) dengan spidol warna merah, dan perkirakan luasannya. Jika satu lokasi terjadi lebih dari satu kejadian kebakaran, biarkanlah arsir tersebut bertumpangan.
  • 50. 54 PEMETAAN LOKASI RAWAN 3. PETA PERENCANAAN DESA Susunlah perencanaan desa yang berhubungan dengan pengelolaan bencana kebakaran, yang mencangkup rencana: rehabilitasi, pencegahan, kesiap-siagaan dan penanggulangan. Jika sudah ada Rencana Tindak Lanjut (RTL) desa, kita tinggal mengambil perencanaan dari RTL yang sudah ada. Mulailah kita menggambarkan lokasi rencana pengelolaan kebakaran di atas peta rawan dengan membuat blok (batasan) perkiraaan luasannya. Misalnya blok (batas) lokasi-lokasi : rencana penanaman kembali lahan terbakar, rencana pembuatan parit, rencana pemasangan plang peringatan, rencana pembuatan sumur, rencana patroli, dll.
  • 51. 55PEMETAAN LOKASI RAWAN Setelah semua proses pembuatan peta dijalankan, cek ulang kembali tentang informasi yang perlu dimuat dalam peta. Setelah semua informasi dirasa lengkap, beri judul peta, misalnya: PETA DESA GOHONG, tahun 2005. Pasanglah peta di tempat-tempat yang mudah dilihat warga, misalnya ditempel pada papan pengumuman di balai desa. Dengan demikian semua warga mengetahui lokasi-lokasi rawan kebakaran agar mereka lebih berhati-hati dan bisa berpatisipasi melakukan tindakan pencegahan.
  • 53. SISTEM PERINGATAN DINI 59 SISTEM PERINGATAN DINI Kita sudah upayakan tindakan pencegahan kebakaran, namun kemungkinan bencana kebakaran datang harus tetap diantisipasi. Kita harus siap siaga menghadapinya, jika sudah ada tanda-tanda, isyarat atau ramalan datangnya bencana. Orang-orang tua di desa mengetahui atau meramalkan akan datangnya bahaya dengan melihat tanda-tanda alam. Tanda-tanda bahaya tersebut disampaikan dengan berbagai cara berupa : bunyi kentongan, gong atau teriakan untuk mengingatkan masyarakat agar berhati-hati, bersiap-siap atau ajakan langsung untuk menanggulangi bahaya.Teknikpenyampaian“pemberitahuanawal”adanyakemungkinan terjadinya bencana inilah yang disebut : “ Sistem Peringatan Dini” Contoh tingkatan bahaya dalam Sistem Peringatan Dini dalam masyarakat di Kalimantan Tengah sebagai berikut: l Normal / aman Musim Hujan MEI l Siaga Bahaya Awal kemarau l Berbahaya Puncak Kemarau SEPTEMBER JUNI Tingkat Bahaya Tanda-tanda alam Tindakan
  • 54. 60 SISTEM PERINGATAN DINI l Normal / aman Tingkat Bahaya Tanda-tanda alam l Hujan turun 3 kali seminggu. l Tanamantumbuhsubur. l Udara pagi terasa segar. l Volume air pasang masih tinggi. l Banjir hujan. l Unggas sakit-sakitan. l Normal / aman Musim Hujan Tingkat Bahaya TindakanYangHarusDilakukan l Penyuluhan kepada masyarakat. l Penanaman lahan rawan terbakar. l Pembuatan sekat bakar di sekeliling kebun. l Pembersihan rutin lahan dan parit.
  • 55. SISTEM PERINGATAN DINI 61 l Siaga Bahaya Tingkat Bahaya Tanda-tanda alam l Hujan turun 2 kali sebulan. l Tanaman mulai mengering. l Udara pagi terasa lebih dingin. l Daun-daun mulai berguguran. l Ikan dari sungai kecil turun ke sungai besar. l Pohon bunganya merah mulai berbunga. l Volume air pasang turun. l Bulan sabit miring ke selatan. l Matahari bergeser ke utara. l Siaga Bahaya Awal Kemarau Tingkat Bahaya TindakanYangHarusDilakukan l Persiapan peralatan pemadaman. l Pembersihan sekat bakar. l Penyiapan regu pemadam yang terlatih. l Penyuluhan rutin 1 kali seminggu. l Patroli bergilir tiap hari ditempat-tempat yang rawan terbakar. l Pemasangan plang peringatan di lokasi rawan.
  • 56. 62 SISTEM PERINGATAN DINI l Bahaya Tingkat Bahaya Tanda-tanda alam l Tidak ada hujan dalam sebulan. l Tanaman banyak yang terbakar. l Binatang hutan turun minum ke sungai besar. l Udara terasa panas dan gerah. l kebakaran sudah terjadi dimaan-mana. l Asap tebal, kabut asap menutupi pandangan. l Sulit mendapatkan air minum. l Bahaya Puncak Kemarau Tingkat Bahaya TindakanYangHarusDilakukan l Menggerakkan masyarakat untuk segera bersama- sama memadamkan kebakaran. l Tidak membakar dulu lahan sampai kondisi aman. l Segera mematikan api sejak api kecil. l Segera laporkan jika melihat kebakaran. l Koordinasi dengan pihak terkait secara intensif, dll
  • 57. SISTEM PERINGATAN DINI 63 Untuk masa sekarang ini, karena lingkungan hidup sudah banyak yang rusak dan binatang-binatang sulit dijumpai di hutan, maka selain sistem peringatan dini lokal kita juga dapat mengetahui ramalan cuaca dari siaran Radio dan Televisi. Ramalan cuaca diperoleh dari hasil pengukuran beberapa alat ukur cuaca, yang dikelola oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).
  • 58. 64 SISTEM PERINGATAN DINI Penyebaran informasi tingkat bahaya dapat juga dilakukan melalui pemasangan bendera segitiga yang berwarna, dimana tiap warna menunjukkan tingkat bahaya. Misalnya, warna hijau menunjukkan Normal/ aman, warna kuning menujukkan siap-siaga, dan warna merah menunujukkan bahaya. Penyampaian informasi ini bisa juga dalam bentuk papan peringatan dengan busur berwarna yang dilengkapi jarum penunjuk tingkat bahaya. Pasanglah bendera atau papan ini ditempat- tempat yang mudah dilihat orang lewat.
  • 59. 65PERSIAPANPERALATAN PERSIAPAN PERALATAN Jika keadaan cuaca dan tanda-tanda alam sudah menunjukkan tingkat siaga bahaya, maka kita harus segera mempersiapkan peralatan pemadam kebakaran yang memadai. Siapkanlah peralatan yang sederhana yang biasa digunakan masyarakat. Peralatan pemadaman ada yang tradisional dan ada juga yang sudah dimodifikasi menjadi peralatan semi modern. PERALATAN TRADISIONAL Dalam memadamkan api di lahan maupun hutan, biasanya masyarakat, lokal sudah biasa menggunakan peralatan-peralatan pemadaman tradisional yang ada didesa. Contoh masyarakat Dayak yang sudah terbiasa menghadapi kebakaran rutin, sudah memiliki peralatan pemadam tradisional sebagai berikut: PARANG untuk membersikan semak, menebang dan memotong kayu kecil BELAYUNG untuk menebang dan memotong kayu
  • 60. 66 PERSIAPANPERALATAN PEMUKUL API BAMBU untuk memukul api yang masih kecil dan api loncat PENGAIT SEMAK untuk menarik semak dan rumput SEMPROT BAMBU untuk menyemprot api yang masih kecil, menyemprot api sisa RANTING YANG HIDUP untuk memukul api yang masih kecil dan memukul api loncat
  • 61. 67PERSIAPANPERALATAN LABU PUTIH untuk mengambil/mengangkat SALUNDAK untuk mengiris tanah dan gambut, membuat sumur di lahan gambut, membuat parit di lahan gambut KENTONGAN untuk memanggil dan mengumpulkan warga PENYULUT API untuk membuat api balasan
  • 62. 68 PERSIAPANPERALATAN PERALATAN SEMI MODERN Karena adanya perkembangan untuk pemadamana api dilahan dan hutan, maka ada beberapa perlengkapan pemadam yang ditambahkan karena dirasakan perlu dan secara tradisional belum dilengkapi. Beberapa peralatan ada yang dimodifikasi dari peralatan tradisional menjadi peralatan pemadaman api semi modern, seperti misalnya semprot bambu yang dimodifikasi menjadi semprotan punggung pacitan, garu bambu yang dulunya dari bambu sekarang dibuat dari besi, pemukul api yang dulunya hanya dari ranting atau bamboo kini dibuat dari besi. SEMPROTAN PUNGGUNG PACITAN DAN JOFA untuk menyemprot api yang masih kecil, menyemprot api sisa
  • 63. 69PERSIAPANPERALATAN PEMUKUL API KAWAT untuk memukul api yang masih kecil dan memukul api loncat CANGKUL untuk membersihkan sekat bakar, membuat parit, membuat sumur GERGAJI untuk memotong kayu KAMPAK untuk menebang dan memotong kayu GARU TANAH untuk menarik semak dam rumput, menarik potongan kayu
  • 64. 70 PERSIAPANPERALATAN HELM untuk melindungi kepala dari jatuhan bara api, api loncat, jatuhan kayu atau dahan SARUNG TANGAN untuk melindungi tangan dari bara api dan duri EMBER untuk mengambil air, an menyiram api SEPATU BOOT untuk melindungi kaki dari duri, bara api, duri atau gigitan serangga SEKOP untuk membuat sumur
  • 65. 73TEKNIK PEMADAMAN TEKNIK PEMADAMAN KEBAKARAN Jika bencana kebakaran terjadi setiap musim kemarau, teknik pemadaman kebakaran perlu kita kembangkan dengan memadukan teknik yang lebih maju dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Adapun prosedur pemadaman yang dikembangkan bisa dibagi 3 tahap, yaitu: sebelum pemadaman, pemadaman dan sesudah pemadaman. SEBELUM PEMADAMAN Jika kita melihat ada kebakaran, segera laporkan dengan jelas tentang lokasi dan kondisi kebakaran kepada kepala desa, kepala dusun atau kepada Regu Pengendalian Kebakaran (RPK). Kepala desa segera menyampaikan kepada warganya tentang adanya kebakaran dan menghimbau supaya bersama-sama turun ke lokasi untuk memadamkan kebakaran. Kemudian warga dikoordinir oleh kepala desa atau ketua Regu Pengendali Kebakaran (RPK) berkumpul untuk mempersiapkan peralatan dan transportasi menuju lokasi kebakaran.
  • 66. Sebelum anggota melakukan pemadaman api, terlebih dahulu ketua regu mengamati kondisi kebakaran dari atas. Adapun yang diamati antara lain: jenis bahan bakar, apakah ada sekat bakar alami (sungai dan jalan), arah angin, api loncat, kemiringan lahan serta asset yang perlu diselamatkan. Hasil pengamatan segera disampaikan kepada anggota pemadam untuk dipertimbangkan dan menentukan metode pemadaman (penyerangan) yang tepat. PEMADAMAN Dalam pemadaman kebakaran lahan dan hutan ada 3 metode yang dapat kita gunakan berdasarkan pengamatan besar kecilnya kebakaran dan sifat penyebaranapinya. 1. Metode Serangan Langsung Metode ini bisa dilakukan pada api yang masih kecil yaitu antara 0 – 10 hektar dengan kecepatanpenyebaran api yang masih bisa ditahan oleh para pemadam. Pemadaman langsung dengan cara menghadang lidah api atau bagian kepala api dengan semprotan air, lumpur atau dengan pemukulan api sehingga api padam. 74 TEKNIK PEMADAMAN
  • 67. Jika api lebih besar, pemadaman bisa dengan cara menghadang bagian sisi kiri dan sisi kanan api. 2. Metode Serangan Tidak Langsung Metode ini dapat digunakan pada kobaran api sudah mencapai ukuran besar yaitu 10 -100 hektar bahkan sangat besar yaitu 1000 hektar ke atas. Pemadaman dilakukan dengan cara membuat sekat bakar pada bagian kepala api dan bagian sayap kiri-kanan api. Bahan bakar yang sudah dilokalisir akan habis terbakar dan api akan padam dengan sendirinya. Api dijaga di sekeliling sekat bakar, segera padamkan jika ada api loncat. 75TEKNIK PEMADAMAN
  • 68. 76 TEKNIK PEMADAMAN Pembuatan sekat bakar bisa juga dihubungkan dengan sekat bakar alami terdekat seperti jalan pemadaman juga bisa dikombinasikan dengan“bakar balas” untuk mempercepat habisnya bahan bakar. Api bakar balas akan bertemu dengan api utama di dalam lokasi terbakar. Di areal padang alang-alang dan semak belukar, ilaran api dibuat dengan merobohkan alang-alang atau semak memotong arah api. Sehingga api yang membakar ilaran akan mengecil, disinilah kesempatan kita untuk memadamkannya.
  • 69. 77TEKNIK PEMADAMAN 3. Metode Serangan Paralel Metode ini digunakan apabila kobaran api cenderung meningkat cepat dengan garis api yang berbelok-belok ke segala arah. Pemadaman paralel dilakukan dengan cara membuat sekat bakar dekat dengan garis pinggir api. Sekat bakar biasanya dihubungkan dengan sekat bakar alami seperti sungai dan jalan hingga mengelilingi api. Kemudian pemadaman dikombinasikan dengan“bakar balas”. Jika tidak ada sekat bakar alami, sekat bakar dibuat mengililingi api. Bahan bakar yang sudah terlokalisir akan habis terbakar dan api akan padam dengan sendirinya. Namun api tetap dijaga di sekeliling sekat bakar, segera padamkan jika ada api loncat.
  • 70. 78 TEKNIK PEMADAMAN SETELAH PEMADAMAN Setelah api dapat kita padamkan, lakukan pemadaman ulang terhadap sisa- sisa api sampai benar-benar padam. Sebelum meninggalkan lokasi, periksa kembali lokasi kebakaran, untuk mencegah munculnya kebakaran susulan yang tidak diinginkan. Yakinkan tidak ada lagi asap dari kayu atau gambut yang masih terbakar.
  • 71. 79KESELAMATAN KERJA Keselamatan kerja dalam pemadaman adalah hal-hal yang harus kita perhatikan untuk menurunkan tingkat kerugian dan resiko yang dapat ditimbulkan. Sebelum bergerak memadamkan api, perhatikan kesehatan diri kita, gunakan alat pelindung dan perlengkapan diri yang memadai. Minimal gunakan pelindung kepala, pelindung badan, pelindung kaki, bawalah selalu air minum, seperti contoh berikut: Hal yang perlu kita perhatikan dalam keselamatan kerja: §Hindari cedera dan kenali bahaya (terbakar, tertimpa, asap tebal) §Bersikap tenang saat api tidak terkendali. §Bekerjalah di dekat lokasi yang bisa digunakan menyelamatkan diri saat api tidak terkendali, misalnya: dekat sungai, sumber air, jalan. §Selalu bekerja dalam kelompok dengan jarak keselamatan 3 meter. KESELAMATAN KERJA Pelindung Kepala Pelindung Badan Tempat Air Minum Pelindung Kaki Sarung Tangan Parang
  • 72. 80 KESELAMATAN KERJA PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) Pada saat pemadaman sering kali terjadi kecelakaan pada anggota tim. Selain mengetahui pengobatan biasa (tradisional), sebaiknya kita juga menguasai pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). P3K merupakan tindakan awal untuk mengurangi dampak pada korban, yang sifatnya sementara sebelum dilakukan tindakan pengobatan lebih lanjut. BilaKorbanPingsan: n Segera letakkan korban dalam posisi miring (lihat gambar) n Usahakan saluran pernafasan terbuka sehingga pernafasan lancar, miringkan bagian kepala korban.Pastikan tidak ada muntahan di mulut. n Biarkan korban dalam posisi miring dan sering periksa pernafasan dan denyut nadi sampai bantuan medis datang. n Apabila korban mengalami luka bakar, segera pindahkan dan padamkan api penyebabnya. Rawatlah sesuai prosedur pertolongan pada luka bakar.
  • 73. 81KESELAMATAN KERJA PertolonganPadaLukaBakar: n Rendam di air dingin atau tutupi dengan kompres basah yng dingin. n Tutupi lukanya dengan perban atau kain bersih yang tidak melengket. Bisa juga menggunakan daun pisang muda yang masih tergulung untuk membalut luka bakar, untuk meredakan rasa nyeri bisa menggunakan getah dari lidah buaya. n Jangan menaruh bahan yang berlemak dan jangan memecahkan gelembung yang terjadi pada luka. BilaLukaBakarParah: n Jika pakaian korban terbakar, padamkan api dengan kain tebal. Dekap erat-erat supaya api tidak mendapat udara. Balutlah sampai api padam. n Lepaskan pelan-pelan pakaian yang menempel, biarkan sobekan yang sulit dikelupas melekat pada luka. n Apabila korban sadar dan tidak muntah, berikan minuman hangat. Air akan membantu untuk mengganti cairan yang hilang.
  • 74. 82 KESELAMATAN KERJA PenangananPendarahanRingan: n Jika korban mengalami pendarahan, angkat bagian tubuh yang terluka. n Tekan bagian yang terluka dengan kain bersih atau tangan. n Tetap tekan bagian tubuh yang terlukan sampai pendarahan berhenti. n Ikat lengan atau kaki yang dekat dengan luka, sedekat-dekatnya, kencangkan ikatannya sampai pendarahan berhenti PerawatanLukaRingan: n Pergunakan perban sebagai penutup atau pelindung luka. n Buatlah bantalan dari beberapa lapisan perban atau kain yang bertujuan menekan luka dan menyerap pendarahan pada luka. n Balutlah luka dengan perban atau kain, selain menutup luka, juga untuk menghentikan pendarahan dengan mengencengkan ikatan.
  • 75. 83KESELAMATAN KERJA MemindahkanKorban n Jika lingkungan sekitar membahayakan, angkat korban perlahan-lahan, pergunakan tandu jika ada. n Jika tidak ada tandu, pegang pergelangan kaki dengan erat kemudian seret korban perlahan- lahan jauhi dari bahaya. Jangan menyeret korban dengan memegang pakaiannya. n Jika korban masih bisa bergerak sendiri, rangkulkan tangan korban ke pundak kita, sanggalah dengan bahu kita, pegang tangannya.
  • 77. 89LAMPIRAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PENGUMUMAN Nomor:522/1286/BPPLHD/2005 Hutan dan lahan merupakan sumber daya alam yang mempunyai berbagai fungsi, baik ekologi, ekonomi, sosial maupun budaya yang diperlukan untuk kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu penyebab kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, diminta perhatian kepada seluruh masyarakat Kalimantan Tengah agar tidak melakukan kegiatan pembakaran hutan dan lahan, serta pembersihan pekarangan, pembukaan lahan untuk perkebunan, pertanian dan usaha / kepentingan lainnya dengan cara membakar. Setiap orang yang melakukan pelanggaran, sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan dan / pencemaran lingkungan hidup diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan sebagai berikut : a UU NO.23 TAHUN 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ; - Pasal 41(1) : Barang siapa yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan /atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). - Pasal 42 (1): Barang siapa karena kealfaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup diancam pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta ruplah). b UU no. 41 tahun 1999 tentang kehutanan : - Pasal 78 (3): Barang siapa dengan sengaja membakar hutan, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5 000.000.000,- (lima milyar rupiah). - Pasal 78 (4): Barang siapa karena kelalaiannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan kebakaran hutan, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,- (Satu Milyar lima ratus juta rupiah). c Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Tengah Nomor 5 tahun 2003 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan atau Lahan; - Pasal 25 (1): Barang siapa yang dengan sengaja dan atau karena kelalaiannya melanggar ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2), Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, ayat (1) Pasal 10,Pasal 11 ayat (1), Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 22. dipidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 5000.000,- (lima Juta rupiah) Dalam upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan dimasa yang akan datang diminta dengan sangat agar masyarakat melakukan pemberdayaan lahan - lahan kosong miliknya menjadi lahan produktif, khususnya kiri - kanan jalan Trans Kalimantan, lahan milik penduduk dan lain-lain. Demikian pengumuman ini disampaikan untuk dilaksanakan dan atas perhatian seluruh lapisan masyarakat diucapkan terima kasih.
  • 78. 90 LAMPIRAN RANCANGAN PROSEDUR TETAP PEMBAKARAN TERKENDALI PADA LAHAN GAMBUT BERBAHAN BAKAR PAKIS Tahapan - tahapan kegiatan pembakaran terkendali pada lahan gambut berbahan pakis, yaitu : 1 Pemilik lahan mendaftarkan rencana pembakaran lahan kepada Ketua Pos Api Kampung (Regu Pemadam Desa), yang diketahui oleh Ketua RT setempat dari bulan Januari sampai bulan Juli. Luas lahan untuk tiap blok pembakaran terkendali maksimal 5 hektar. Apabila lahan yang dibakar melebihi luasan tersebut, maka rencana pembakaran lahan yang didaftarkan terdiri dari beberapa blok pembakaran lahan. Usulan pembakaran lahan dilengkapi dengan denah lahan. 2 Kepala Desa beserta Ketua Pos Api Kampung, Ketua RT dan Perangkat Desa lainnya menentukan jadwal pembakaran lahan pada bulan Juli. 3 Pembakaran lahan dimulai bulan Agustus sampai awal Oktober secara bergilir sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pembakaran lahan dapat dilakukan jika minimum 3 hari berturut - turut tidak turun hujan. 4 Pembakaran tidak boleh dilakukan pada saat waktu yang bersamaan. 5 lokasi /areal yang dibakar terlebih dulu harus dibuat sekat bakar. Pembuatan sekat bakar tidak boleh terputus artinya harus mengelilingi areal yang akan dibakar. Kegiatan pembuatan sekat bakar ini dapat dihubungkan dengan sekat bakar alami yang sudah ada misalnya sungai, danau, bukit batu, gunung dan sekat bakar yang sudah ada seperti jalan. 6 Lebar sekat bakar minimal 2-3 kali dari tinggi bahan bakar yang akan dibakar. Sekat bakar yang berbatasan dengan areal yang akan dibakar diusahakan bersih dari bahan bakar sampai kepermukaan tanah selebar 1-2 meter. 7 Hasil tebasan dalam pembuatan sekat bakar dihampar/diratakan kedalam areal yang akan dibakar, kira-kira 2-5 meter dari tepi sekat bakar. 8 Pembuatan sumur-sumur air ukuran I x 2 x 2 meter sebanyak dua buah tiap hektar. 9 Sebelum melakukan pembakaran, Pos Api Kampung harus menyiapkan peralatan pemadaman yang sederhana seperti kepyok,
  • 79. 91LAMPIRAN pacitan, penyemprot gendong. 10 Kegiatan pembakaran lahan harus dilakukan bersama-sama secara gotong royong oleh Pos Api Kampung, pemilik lahan dan pemilik lahan tetangga/sebelahnya. 11 Kegiatan pembakaran lahan pada saat musim kerawanan api "tinggi", sebaiknya dilakukan pada pagi hari jam 05.00 - 07.00 atau pada malam hari jam 19.00 - 21.00. Pada saat tingkat kerawanan api "sedang", pembakaran dapat dilaksanakan pada sore hari jam 15.00 - 17.00 atau pada pagi hari antara jam 09.00 - 11.00 pagi. 12 Sebelum memulai pembakaran lahan, terlebih dahulu diperhatikan keadaan arah angin dan topografi serta daerah evakuasi/ penyelamaatan bila terjadi api liar. 13 Penempatan orang untuk penjagaan serta peralatan dilakukan sebelum memulai pembakaran. 14 Pembuatan titik awal api sebaiknya dimulai dari tempat/topografi yang tinggi dan berlawanan dengan arah angin. 15 untuk memudahkan pengawasan api yang dibuat, pembuatan api selanjutnya tidak boleh terputus dengan awal api. Apabila keadaan api sudah menjalar dari tepi sekat bakar 4-5 kali dari tinggi bahan bakar, kemudian api berikutnya dibuat baik dari sisi kiri maupun kanan. 16 Api yang dibuat harus terkontrol dan apabila ada api yang menjalar kearah areal yang diamankan harus segera dipadamkan. 17 Saat pembakaran lahan para petugas harus mengawasi api loncat. Apabila terjadi api loncat segera lakukan pemadaman pada lokasi api loncat tersebut. 18 Apabila posisi kepala api diperkirakan sudah ditengah areal yang dibakar maka sebaiknya dilakukan pembakaran balas dari arah bawah (searah angin) ke kepala api. Kemudian dilanjutkan ke arah kiri atau kanan sampai api bertemu pada satu titik pembakaran akhir. 19 Setelah selesai melakukan pembakaran lahan lakukan kegiatan pemadaman api sisa (mop-up) untuk memastikan tidak ada lagi api sisa yang tertinggal. 20 Areal yang sudah dibakar ditunggu 0,5 - 1 jam untuk memastikan areal tersebut sudah aman dari api. disusunoleh: BalaiPenelitiandanPengembanganHutanTanaman IndonesiaBagianTimur,Jl.SeiUlin 28B,Banjarbaru-Kalimantan Selatan70714,POBOX65Telp.(0511)772085Fax(0511)773222.
  • 80.
  • 82. 95DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA Hartmut M.Abberger, Strategi Bersana untuk Mengembangkan Sistem Peringatan Dini Terkait dengan Upaya Pencegahan Kebakaran Lahan dan Hutan, Presentasi pada semiloka BPPLHD - CARE, Palangkaraya, 2005 ITTO Project, Modul Pelatihan Pencegahan Kebakaran Hutan Bagi Penyuluh, Pusat Diklat Kehutanan, Bogor, 2002 KelompokKerjaWanatani, Paket Pelatihan Wanatani: Pegangan Pemandu, Studio Driya Media, Bandung, 1999 Nicolas M.V.J. dan Grant S. Beebe, Pelatihan Pemadam Kebakaran Hutan di Indonesia, Kanwil Departemen Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur dan Propinsi Sumatera Selatan, 1999 PEAT-Project, Panduan bagi Fasilitator dalam Pelatihan Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan , CARE International Indonesia – GTZ IFFM, Samarinda, 2004 SIAP-Project, Modul ToT Pengelolaan Bencana Kebakaran, CARE International Indonesia, Palangkaraya, 2005 Timo V.Heikkila, Roy Gronqvist, Mike Jurvelius, Handbook on Forest Fire Control: A Guide for Trainers,ForestryTrainingProgramme Publication 21, Helsinki, 1993
  • 83. 96 DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISTILAH Aset: Kepemilikan atas sumberdaya baik berupa benda, lahan ataupun fasilitas lainnya. Api loncat: Gerakan api dalam bentuk loncatan yang biasanya berupa bahan bakar ringan yang terbakar dan sangat mudah terbawa angin. Bahanbakar: Segala bahan tumbuhan yang dapat dibakar di dalam hutan/ lahan, dan sisa-sisa tumbuhan yang telah kering dan mudah terbakar. Bakarbalas: Bakar balik yaitu pembakaran yang melawan arah angin untuk tujuan tertentu, misalnya pembersihan lahan. Deteksi kebakaran: Kegiatan untuk mengetahui sedini mungkin lokasi terjadinya kebakaran Fasilitator: Orang yang menyelenggarakan dan membangun proses belajar, fasilitator juga mendampingi masyarakat untuk menggali pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Gambut: Jenis tanah yang terdiri dari atas timbunan sisa-sisa tumbuhan yang tidak terurai sempurna. Ilaran api: Jalur yang dibersihkan dari bahan bakar yang dibuat pada jarak tertentu di muka dari arah penjalaran api, untuk menghalangi penjalaran api. Perilaku api: sifat dan gerakan api terhadap bahan bakar, cuaca dan bentuk muka bumi. Penyadaran: Proses yang berlangsung melalui pendidikan orang dewasa, agar masyarakat memahami persoalan mereka dan segera mengambil tindakan. Rapat pleno: Rapat umum dimana semua perwakilan kelompok hadir untuk menyuarakan pendapat kelompoknya. Rehabilitasi: Upaya perbaikan kerusakan yang diakibatkan bencana. Sekat bakar: Berupa jalur yang dibersihkan dari bahan bakar dengan lebar tertentu yang berfungsi untuk menghambat penjalaran api