SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 16
MAKALAH 
HIERARKI SUMBER HUKUM INTERNASIONAL 
diajukan Guna Memenuhi Tugas Individu 
dalam Mata Hukum Internasional 
Dosen Pengampu, 
Basri, SH., M.Hum 
Disusun oleh, 
Nur Anwar 
NIM: 13340029 
JURUSAN ILMU HUKUM 
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM 
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 
Tahun Akademik 2014/2015
ii 
KATA PENGANTAR 
Assalamu’alaikum wr. wb., 
Alhamdulillahirobbil’alamiin, berkat pertolongan Allah penulis dapat 
menyelesaikan makalah Hukum Internasional dengan judul, “Hierarki Sumber Hukum 
Internasional”. Di dalam makalah ini akan disajikan dengan susunan pendahuluan, hierarki 
sumber hukum Internasional, dan simpulan serta akan diberikan pula contoh dari 
pelaksanaan hierarki sumber hukum Internasional oleh lembaga yudisial Internasional. 
Sumber hukum menempati kedudukan yang sangat penting dan merupakan 
faktor yang menentukan dalam penyelesaian sengketa dalam masyarakat hukum. Kita 
mengetahui bahwa tidak ada badan legislatif internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan 
yang mengatur secara langsung kehidupan masyarakat Internasional. Tetapi 
dewasa ini, hukum Internasional bukan saja mengatur hal-hal yang berkaitan dengan 
perdamaian dan keamanan, tetapi juga menyangkut masalah politik, ekonomi, teknologi, 
sosial, di samping masalah-masalah hak asasi, lingkungan, terorisme dan lain-lain demmi 
tercapainyakesejahteraan dan keserasian dalam kehidupan antar bangsa. Satu-satunya 
organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi legislatif hanyalah Majelis 
Umum PBB, tetapi resolusi-resolusi yang dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB tidak 
mengikat, kecuali yang menyangkut masalah organisasi internasional itu sendiri. Masalah 
terakhir adalah bagaimana tata urutan atau hierarki dari sumber hukum tersebut. Untuk itu, 
dalam mengambil suatu keputusan lembaga yudisial internasional dalam statuta 
Mahkamah Internasional dimasukkan sumber hukum internasional yang dapat digunakan 
oleh Mahkamah untuk mengadili perkara-perkara yang diadilinya. Hal inilah yang nanti 
akan kita bahas, terutama pada aspek tata urutan sumber hukum yang dapat dipakai oleh 
Mahkamah. Pengakuan keberadaan prinsip hierarki dalam Hukum Internasional adalah 
sangat penting untuk proses penyelesaian sengketa khususnya penyelesaian melalui jalur 
hukum.
Makalah ini juga disusun untuk melengkapi tugas pada program studi Ilmu 
Hukum dalam mata kuliah Hukum Internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan 
Kalijaga Yogyakarta, disamping itu juga sebagai pembelajaran bagi penulis untuk 
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Sumber Hukum Internasional dan hiearkinya. 
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat jauh dari 
sempurna. Untuk itu, saran dan nasihat dari pembaca dan Dosen Pengampu senantiasa 
penulis harapkan, demi kesempurnaan makalah penulis ini. 
Akhirnya, segala kesalahan dan kekurangan adalah tanggungjawab penulis. 
Namun, apabia terdapat kebenaran dalam makalah ini semata karena hanya ridho, tuntunan 
dan petunjuk dari Allah. 
iii 
Wassalamu’alaikum wr. wb., 
Yogyakarta, September 2014 
Penulis
iv 
DAFTAR ISI 
Halaman Judul .................................................................................................................... i 
Kata Pengantar .................................................................................................................... ii 
Daftar Isi ............................................................................................................................. iv 
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 
BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................................ 3 
1. Pengertian ................................................................................................ 3 
2. Hierarki Sumber Hukum Internasional ................................................... 3 
3. Penerapan Hierarki Sumber Hukum Internasional .................................. 8 
4. Just Cogens .............................................................................................. 8 
5. Obligation Erga Omnes ........................................................................... 9 
BAB III : PENUTUP....................................................................................................... 11 
BAB IV : DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
Keberadaan hukum internasional dalam tata pergaulan internasional merupakan 
konsekuensi dari adanya hubungan internasional yang telah dipraktikkan oleh negara-negara 
selama ini. Hubungan internasional yang merupakan hubungan antarnegara pada 
dasarnya adalah “hubungan hukum”. Ini berarti hubungan internasional telah melahirkan 
hak dan kewajiban antarsubjek hukum (negara) yang slaing berhubungan baik dalam 
bentuk hubungan bilateral, regional maupun multilateral. 
Hukum internasional mutlak diperlukan dalam rangka menjamin kelancaran pergaulan 
internasional. Hukum ineternasional menjadi pedoman dalam menciptakan kerukunan dan 
kerjasama yang saling menguntungkan. Karenanya dibutuhkan aturan yang jelas dan tegas. 
Sumber hukum internasional yang berupa perjanjian internasional, kebiasan internasional, 
dan sebagainya mempunyai peranan penting dalam mengatur masalah-masalah bersama 
yang dihadapi subjek-subjek hukum internasional. 
Hukum internasional modern didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian 
besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang mengatur tentang perilaku 
yang harus di taati dalam hubungan-hubungan antar mereka satu dengan yang lainnya, 
serta yang juga mencakup: Organisasi Internasional, hubungan antar Organisasi 
Internasional satu dengan lainnya, Hubungan peraturan hukum yang berkenaan dengan 
fungsi-fungsi lembaga atau antara organisasi internasional dengan negara, atau negara-negara, 
dan hubungan antar organisasi internasional dengan individu atau individu-individu. 
Peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu dan subyek-subyek 
hukum bukan negara (non-state entities) sepan- jang hak-hak dan kewajiban– 
kewajiban individu dan subyek bukan negara tersebut bersangkut-paut dengan masalah 
internasional. 
Untuk mengatur hal-hal tersebut, maka dicarilah sumber hukum. Sumber hukum 
merupakan bahan-bahan aktual yang dapat digunakan oleh para ahli untuk menetapkan 
hukum yang berlaku bagi situasi tertentu.1 Sumber hukum menempati kedudukan yang 
sangat penting dan merupan faktor yang menentukan dalam penyelesaian sengketa dalam 
masyarakat internasional. Untuk menemukan sumber hukum internasional ini tidaklah 
1 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika:2006), hlm. 42
mudah, karena hukum internasional tidak mempunyai organ-organ yang pada umumnya 
terdapat pada tingkat nasional. 
Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi legislatif 
hanyalah Majelis Umum PBB, tetapi resolusi-resolusi yang dikeluarkan oleh Majelis 
Umum PBB tidak mengikat, kecuali yang menyangkut masalah organisasi internasional itu 
sendiri. Meskipun ada konferensi-konferensi internasional yang diselenggarakan dalam 
kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah tertentu, tetapi tidak selalu merumuskan 
law-making treaties.2 
Pada umumnya para penulis hukum internasional sudah baku untuk membedakan 
antara sumber hukum formal dan sumber hukum material. Sumber formal adalah prosedur 
hukum dan metode bagi pembentuk hukum kepada pihak-pihak yang dituju. Sedang 
sumber hukum dalam arti material adalah sumber hukum dalam pengertian asal mula atau 
asal-usul hukum itu sebenarnya, yaitu materi-materi atau bahan-bahan yang membentuk 
atau melahirkan kaidah atau/dan norma tersebut, sampai dengan hukum yang mempunyai 
kekuatan hukum mengikat. Sumber-sumber material secara sederhana merupakan aturan-aturan 
dari hukum internasional, misalnya: traktat, resolusi Majelis Umum, putusan 
hukum, proposal dari the International Law Commission, sebuah “restatemen” yang 
dinyatakan oleh sekelompok orang terpelajar, dan lain-lain. Sedangkan sumber formal 
adalah sumber yang menentukan sebuah aturan sebagai rule of law, mengikat terhadap 
negara-negara, yang ditentukan oleh sumber-sumber formal yang telah diidentifikasi oleh 
Pasal 38 Statuta International Court of Justice (ICJ). 
Masalah terakhir adalah bagaimana tata urutan (order) sumber-sumber material, yaitu, 
kebiasaan, traktat-traktat, keputusan-keputusan yudisial berkenaan dengan permasalahan-permasalahan 
hukum, atau ketetapan-ketetapan organ-organ lembaga internasional – 
2 
digunakan untuk menentukan hukum mengenai suatu permasalahan yang dihadapi.3 
2 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global 
(Bandung: Alumni: 2011), hlm. 8 
3 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika:2006), hlm. 65
BAB II 
PEMBAHASAN 
1. Pengertian 
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa hieraki adalah urutan 
tingkatan atau jenjang. Sedangkan dalam penjelasan Pasal 7 Ayat (2) Undang-undang 
nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “hierarki” adalah penjengjangan setiap 
jenis Peraturan Perundang-undangan yang didasarkan pada asas bahwa Peraturan 
Perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan 
Perundang-undangan yang lebih tinggi.4 
Sementara hukum Internasional diartikan sebagai sekumpulan hukum yang 
sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang mengatur 
tentang perilaku yang harus di taati dalam hubungan-hubungan antar mereka satu 
dengan yang lainnya, serta yang juga mencakup: Organisasi Internasional, hubungan 
antar Organisasi Internasional satu dengan lainnya, Hubungan peraturan hukum yang 
berkenaan dengan fungsi-fungsi lembaga atau antara organisasi internasional dengan 
negara, atau negara-negara, dan hubungan antar organisasi internasional dengan 
individu atau individu-individu. Peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan 
dengan individu dan subyek-subyek hukum bukan negara (non-state entities) sepan-jang 
hak-hak dan kewajiban–kewajiban individu dan subyek bukan negara tersebut 
bersangkut-paut dengan masalah internasional.5 
Jadi, yang dimaksud dengan hierarki sumber hukum internasional adalah urutan 
tingkatan atau jenjang hukum internasional. 
2. Hierarki Sumber Hukum Internasional 
a. Pentingnya keberadaan Hierarki dalam Hukum Internasional 
Suatu sistem hukum biasanya membangun atau menetapkan suatu norma 
hukum berdasarkan suatu sumber hukum tertentu dari mana norma itu berasal. 
Dalam sistem hukum nasional misalnya adalah hal yang umum menempatkan 
nilai- nilai fundamental dalam status konstitusi dan diutamakan dari aturan lain 
4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan, 
hlm. 60 
5 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global 
(Bandung: Alumni, 2011), hlm. 1
seperti undang- undang dan aturan administrasi apabila terjadi konflik. Ketentuan 
konstitusi diutamakan atas undang-undang. Pada dasaarnya hukum internasional 
hierarki aturan dan kelembagaanya juga sangat vital system. 
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa tidak ada lembaga 
internasional yang bertindak sebagai badan legislatif yang bertugas untuk 
membuat ketentuan-ketuan yang mengatur secara langsung kehidupan masyarakat 
internasional. 
Disamping itu, jika kita melihat bahwa dalam Hukum Internasional 
berlandaskan pada prinsip persamaan kedudukan negara-negara berdaulat maka 
tidak ditemukan adanya hierarki. Artinya, semua aturan dalam Hukum 
Internasional adalah sederajat, sumber-sumber hukumnya juga sederajat, 
berlandaskan kehendak negara. Tetapi, pengakuan akan keberadaan prinsip 
hierarki dalam hukum internasional adalah sangat penting untuk proses 
penyelesaian sengketa, khususnya penyelesaian melalui jalur hukum (Mahkamah 
Internasional), juga untuk menentukan apakah suatu aturan hukum tertentu harus 
diprioritaskan atas yang lain, serta apakah interpretasi tertentu dapat diterapkan 
pada masalah hukum tersebut. 
4 
b. Tata urutan (hierarki) Hukum Internasional 
a. Tata urutan (hierarki) Hukum Internasional berdasarkan International 
Court Justice (ICJ) 
Tata urutan (order) sumber-sumber material, yaitu, kebiasaan, traktat-traktat, 
keputusan-keputusan yudisial berkenaan dengan permasalahan-permasalahan 
hukum, atau ketetapan-ketetapan organ-organ lembaga internasional – digunakan 
untuk menentukan hukum mengenai suatu permasalahan yang dihadapi. Dalam 
statuta Mahkamah Internasional, tata urutan sumber-sumber hukum material yang 
dinyatakan dalam Pasal 38 Ayat (1) Statuta Internasional Court of Justice6 adalah: 
Pertama, traktat (Treaty) dan konvensi internasional (piagam PBB, resolusi 
Majelis Umum PBB, Resolusi Dewan Keamanan PBB, Peraturan Organisasi-organisasi 
PBB, Perjajian antar negara) baik umum maupun khusus membentuk 
atura-aturan yang secara nyata diakui oleh negara-negara. Kedua, kebiasaan 
internasional (Customary International Law), sebagai bukti dari praktik umum 
yang diterima sebagai hukum. Ketiga, (General Principles of Law Recognized by 
6 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika,2006), hlm. 65
Civilized Nations) prinsip-prinsip umum hukum yang diakui oleh negara-negara 
beradab dan keempat, keputusan-keputusan yudisial dan opini-opini hukum yang 
berkualifikasi tinggi dari berbagai bangsa, sebagai alat tambahan bagi penetapan 
kaidah hukum.7 Diluar Pasal 38 (1) MI tersebut ada sumber hukum internasional 
lain yang diakui dalam perkembangannya, yaitu Keputusan Organisasi 
Internasional (Resolusi). 
Tata urutan tersebut dalam praktik umumnya diikuti. Bahwa urutan-urutan 
sumber hukum tersebut tiga dari sumber hukum yaitu pertama, kedua dan ketiga 
merupakan sumber hukum utama sedangkan sumber hukum keempat merupakan 
sumber hukum tambahan.8 
Menurut Mochtar Kusuma Atmadja, sebagai mana dikutip oleh Huala 
Addolf, menyatakan bahwa penyebutan sumber-sumber hukum tersebut tidak 
menggambarkan urutan pentingnya masing-masing sumber hukum. Klasifikasi 
yang dapat digunakan adalah bahwa dua urutan pertama tergolong ke dalam 
sumber hukum utama atau primer. Dua lainnya adalah sumber hukum tambahan 
atau subsider.9 
Adanya dua penggolongan tersebut, secara teori menunjukkan bahwa 
Mahkamah akan memprioritaskan sumber hukum utama terlebih dahulu, yaitu 
traktat dan konvensi yang secara tegas diakui oleh negara-negara yang terkait 
dengan catatan traktat dan konvensi tersebut tidak bertentangan dengan jus cogens, 
yaitu norma-norma hukum internasional yang berlakunya tidak dapat diubah. 
Apabila tidak ada traktat atau konvensi yang berlaku, maka pilihan jatuh pada 
kaidah kebiasaan yang berlaku, hukum kebiasaan internasional yang ditetapkan 
oleh Mahkamah dapat berupa dua macam, yaitu pertama, prinsip-prinsip yang 
telah mapan sebagai suatu hasil penerimaan dan penerapan oleh negara-negara 
(multilateral treaty dalam kategori law making treaty) yang kemudian dianggap 
sebagai kaidah-kaidah hukum kebiasaan internasional: dan kedua, kaidah-kaidah 
serupa yang juga berkembang dan diterapkan di dalam suatu region tertentu 
(hukum internasional regional), sedangkan apabila tidak ada kaidah-kaidah 
demikian, jalan lainnya adalah melihat pada prinsip-prinsip umum hukum yang 
diakui oleh bangsa-bangsa beradab. Menurut piagam PBB, prinsip-prinsip atau 
5 
7 Statuta Mahkamah Internasional 
8 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika,2006), hlm. 66 
9 Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm.87
asas-asas umum hukum umum tidak mengacu kepada norma-norma hukum yang 
terdapat dalam lingkup internasional. Tetapi ia mengacu pada prinsip-prinsip 
hukum umum yang terdapat dalam hukum nasional atau yang terefleksikan dalam 
konsep-konsep dasar dari tertib hukum negara-negara yang sistem hukumnya 
dianggap berasal dari negara-negara beradab.10 Diantara berbagai interpretasi yang 
diberikan terhadap kata “prinsip-prinsip umum hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa 
beradab”, terdapat sebagai berikut: (a) prinsip-prinsip umum keadilan, (b) 
hukum alam, (c) analogi-analogi yang berasal dari hukum alam, (d) prinsip-prinsip 
umum perbandingan hukum hukum, (e) prinsip-prinsip umum hukum 
internasional, (f) teori umum dari hukum, (g) konsep-konsep umum hukum.11 
Mochtar Kusuma Atmadja mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan 
prinsip-prinsip hukum umum adalah prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem 
hukum modern. Yang dimaksud dengan sistem hukum modern adalah sistem 
hukum positif yang didasarkan atas asas-asas dan lembaga-lembaga hukum negara 
barat yang sebagian besar didasarkan atas asas-asas dan lembaga-lembaga hukum 
Romawi. Mahkamah akan menggunakan norma-norma hukum ini untuk mengisi 
kekosongan hukum dalam hukum perjanjian internaional dan hukum kebiasaan 
internasional. 
Apabila tidak satupun petunjuk kaidah yang secara jelas dapat diberlakukan 
terhadap permasalahan itu, maka keputusan-keputusan yudisial dan arbitrasi serta 
opini hukum dapat dipakai, biasanya dengan lebih menitikberatkan pada 
keputusan-keputusan pengadilan daripada pernyataan-pernyataan opini para yuris 
dan pengarang-pengarang buku. Titikberat yang diberikan bergantung pada sifat 
hakikat dan muatan keputusan tersebut serta pada ketentuan-ketentuan instrumen 
konstitusi organisasi tersebut disinilah hukum subsider digunakan.12 
Mahkamah akan menerapkan petusan-putusan pengadilan dan tulisan-tulisan 
para sarjana terkemuka untuk: Pertama, menafsirkan sumber hukum internasional 
primer, yaitu perjanjian internasional dan prinsip-prinsip hukum umum. Kedua, 
memperjelas ketidak jelasan dari maksud sumber-sumber hukum primer tersebut. 
Putusan pengadilan disini tidak saja mencakup putusan-putusan Mahkamah 
10 Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm.88 
11 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika,2006), hlm. 69-70 
12 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika,2006), hlm. 66 
6
Internasional atau Mahkamah Permanen Internasional (PICJ), tetapi putusan 
pengadilan internasional lainnya, termasuk badan Arbitrase Internasional. 
Putusan pengadilan sebelumnya (preseden) juga digunakan untuk mem-perjelas 
ketidakjelasan hukum (internasional) yang akan diterapkan Mahkamah. 
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 59 Statuta Mahkamah, putusan 
Mahkamah hanya mengikat negara-negara yang bersengketa dan berlaku untuk 
sengketa-sengketa yang bersangkutan saja.13 
Mengapa perlu dibagi primer dan sekunder? hal tersebut dikarenakan setiap 
perbuatan hukum dan dasar penyelesaiannya harus berdasarkan perjanjian 
internasional, hukum kebiasaan internasional, asas-asas HI bila tidak ada baru 
menggunakan yang Sekunder. 
b. Tata urutan (hierarki) Hukum Internasional menurut International Criminal Court 
7 
(ICC)14 
Syarat utama bagi eksisnya yurisdiksi oleh Pasal 12 (2) Statuta Roma 1998 
dinyatakan dalam hal: 
1. Kejahatan yang dilakukan terjadi didalam wilayah negara peserta. 
2. Kewarganegaraan dari si pelaku adalah negara yang menjadi negara peserta 
atas Statuta. 
Di samping itu, yurisdiksi ICC merupakan perluasan dari yurisdiksi pidana 
nasional dari negara-negara pesertanya. Atau dengan kata lain, ICC merupakan 
suplemen bagi peradilan nasional dalam hal yang terakhir gagal menjalankan 
fungsinya. Oleh karena itu, ICC dalam menjalankan operasinya membutuhkan 
kerjasama dari pemerintah nasional. 
Statuta Roma 1998, melalui Pasal 21 telah menyusun hieraki sumber hukum 
yang dapat diterapkan oleh Pengadilan sebagai berikut: 
1) Dalam kesempatan pertama, Statuta ini, Elemen-elemen Kejahatan dan 
Peraturan-peraturannya dari Prosedur dan Pembuktian. 
2) Dalam kesempatan kedua, bilamana memungkinkan, fakta-fakta yang berlaku 
dan prinsip-prinsip serta aturan-aturan hukum internasional, termasuk 
prinsip-prinsip yang dibuat dari hukum internasional untuk pertikaian 
bersenjata; 
13 Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm.89 
14 Statuta Roma Tentang Pengadilan Pidana Internasional 1998
3) Kegagalan itu, prinsip-prinsip umum dari hukum yang berasal dari 
Pengadilan dari hukum nasional atau sistem hukum dunia, termasuk, 
bilamana tepat, hukum nasional Negara-negara yang biasanya melaksanakan 
yurisdiksi atas kejahatan itu dengan ketentuan bahwa prinsip-prinsip itu tidak 
bertentangan dengan Statuta ini dan dengan hukum internasional dan norma-norma 
8 
serta standar-standar yang dikenal secara internasional. 
4) Pengadilan dapat menerapkan prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan hukum 
sebagaimana yang ditafsirkan pada keputusan sebelumnya. 
5) Penerapan dan interpretasi hukum sesuai dengan pasal ini harus konsisten 
dengan hak-hak manusia yang dikenal secara internasional, dan tanpa ada 
perbedaan-perbedaan yang panting yang ditemukan pada dasar-dasar seperti 
gender sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 7 ayat 3, usia, ras, wama 
kulit, bahasa, agama atau keyakinan, politik atau pendapat-pendapat lain, 
kebangsaan, etnis atau asal sosial, kekayaan, kelahiran atau status lain. 
3. Penerapan Hierarki dalam Hukum Internasional 
a. Dikemukakan keberadaan jus cogens atau peremptory norms yang diakui dan 
diterima oleh Negara-negara sebagai norma tertinggi. 
b. Keberadaan pasal 103 Piagam PBB yang mengaskan bahwa piagam PBB, 
konstitusi dalam hukum internasional memiliki kedudukan lebih tinggi dari 
perjanjian-perjanjian yang lain. 
c. Keberadaan Pasal 30 Konvensi Wina 1969 yang mengatakan “Aplication of 
successive treaties relating to the same subject-matter.” 
d. Adanya penerimaan oleh masyarakt internasional bahwa secara umum hukum 
kebiasaan internasional mengalahkan perjanjian bilateral. 
4. Prinsip-prinsip atau Norma-norma Hukum Internasional yang Tidak dapat Diubah; 
Just Cogens 
Yang terakhir perlu diperhatikan adalah konsep ”Jus Cogens”, yaitu norma-norma 
hukum internasional tidak dapat diubah (peremptory),yang tidak boleh 
diabaikan, dan yang karenanya dapat berlaku untuk membatalkan suatu traktat atau 
perjanjian antara negara-negara dalam hal traktat itu tidak sesuai dengan norma-norma 
tersebut. Menurut Pasal 53 Konvensi Roma 1969 : norma jus cogens hanya
dapat dirubah oleh norma hukum internasional yang timbul kemudian yang juga 
memiliki karakter yang sama.15 
Jus cogens adalah non derogable, peremptory law. Hakim terkenal rozakis 
menggambarkan bahwa the concept of jus cogens as a theoretical inference whose 
function is actualy discernible throught the legal norms bearing its peculiar 
traits.meskipun konsep modern jus cogens dikemukakan oleh hukum perjanjian. 
Secara umum dapat dikatakan jus cogens diterapkan untuk membatasi perjanjian. 
Karakteristik utama dari jus cogens adalah sifat nonderogable rights dalam 
norma tersebut. Untuk menetapkan apakah ketentuan- ketentuan yang ada dalam 
suatu perjanjian merefleksikan jus cogens atau tidak bukanlah pekerjaan yang 
mudah mengingat perjanjian lebih dikenal sebagai contract of private law dari pada 
suatu genuine normative instruments ( C.L. Rozakis,1976:70) perjanjian tidak 
menciptakan hak dan kewajiban pada pihak ketiga tanpa persetujuan. 
Namun,konsep ini sudah mengalami pengikisan dengan munculnya perjanjian-perjanjian 
humaniter dan HAM, yang tidak mengizinkan suspension or 
denunciation (L. Hannikainen, 1988:225) dalam hukum internasional kontemporer 
proses pembuatan perjanjian multlateral dan legislative in objective hanya cara atau 
metodenya saja yang bersifat kontraktual. 
Jus Cogens adalah non-derogable, peremptory law. Ulrich mengusulkan 
9 
keberadaan tiga kelompok yang berbeda dalam jus cogens yaitu : 
a) Atas dasar pertimbangan adanya kepentingan maksimum Negara untuk 
melindungi fondasi hukum, perdamaian dan kemanusiaan sebagai standart 
minimum hukum internasional. 
b) Terdiri dari prinsip dan aturan-aturan hukum yang penting untuk 
memelihara kerjasama perdamaian yang dalam hukum internasional 
bertujuan melindungi kepentingan umum. 
c) Diakui sebagai inalienable law, faktor yang membedakan jus cogens 
dengan yang lain adalah universalitasnya.16 
5. Obligation Erga Omnes 
Meskipun sering dipandang sama dengan jus cogens, namun sesungguhnya, 
kewajiban erga omnes berbeda dengan norma jus cogens dimana kewajiban erga 
omnes dapat dicabut (derogable) dalam beberapa situasi.dalam kasus barcelona 
15 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika,2006), hlm. 66 
16 Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, cet. 4 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 67-68
traction light case mahkamah internasional mengemukakan bahwa seluruh norma 
jus cogens menimbulkan kewajiban erga omnes. Namun demikian tidak semua 
kewajiban erga omnes dapat memperoleh status sebagai jus cogens. 
Kewajiban erga omnes berbeda dengan norma jus cogens dimana kewajiban 
10 
erga omnes dapat dicabut dalam beberapa situasi. 
Satu-satunya pengecualian adalah jika negara membuat reservasi atau 
particular derogable provision dalam perjanjian multitateral atau juka negara 
mengekspersikan keberatannya saat membuat perjanjian.17 
17 Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, cet. 4 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 82-83
11 
BAB III 
Penutup 
Dalam masyarakat Internasional tidak dikenal adanya lembaga legislatif dan 
hukum internasional menganggap semua peraturan itu sama kedudukannya. Tetapi 
pengakuan akan keberadaan prinsip hierarki dalam hukum internasional adalah sangat 
penting untuk proses penyelesaian sengketa, khususnya penyelesaian melalui jalur hukum 
(Mahkamah Internasional), juga untuk menentukan apakah suatu aturan hukum tertentu 
harus diprioritaskan atas yang lain, serta apakah interpretasi tertentu dapat diterapkan pada 
masalah hukum tersebut. 
Tata urutan sumber-sumber hukum material yang dinyatakan dalam Pasal 38 Ayat 
(1) Statuta Internasional Court of Justice18 adalah: Pertama, traktat (Treaty) dan konvensi 
internasional (piagam PBB, resolusi Majelis Umum PBB, Resolusi Dewan Keamanan 
PBB, Peraturan Organisasi-organisasi PBB, Perjajian antar negara) baik umum maupun 
khusus membentuk atura-aturan yang secara nyata diakui oleh negara-negara. Kedua, 
kebiasaan internasional (Customary International Law), sebagai bukti dari praktik umum 
yang diterima sebagai hukum. Ketiga, (General Principles of Law Recognized by Civilized 
Nations) prinsip-prinsip umum hukum yang diakui oleh negara-negara beradab dan 
keempat, keputusan-keputusan yudisial dan opini-opini hukum yang berkualifikasi tinggi 
dari berbagai bangsa, sebagai alat tambahan bagi penetapan kaidah hukum.19 Diluar Pasal 
38 (1) MI tersebut ada sumber hukum internasional lain yang diakui dalam 
perkembangannya, yaitu Keputusan Organisasi Internasional (Resolusi). 
Praktik masyarakat internasional juga mengenal apa yang dinamkan sub-hierarki. 
Misalnya, negara mana saja yang memberikan persetujuan terhadap suatu norma dapat 
menunjukkan tinggi rendahnya derajat norma itu. Contohnya adalah aturan hukum yang 
dikeluarkan oleh anggota tetap Dewan Keamanan PBB, lebih kuat kedudukannya 
dibandingkan aturan yang dikeluarkan oleh negara-negara yang tidak mempunyai 
pengaruh.20 
18 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika,2006), hlm. 65 
19 Statuta Mahkamah Internasional 
20 Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, cet. 4 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 66
12 
BAB IV 
Daftar Pustaka 
Adolf, Huala, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2006. 
Mauna, Boer , Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era 
Dinamika Global, Bandung: Alumni, 2011. 
Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, cet. 4 Jakarta: Raja Grafindo Persada, 
2014. 
Starke, J.G., Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, Jakarta: Sinar Grafika: 
2006. 
Statuta Mahkamah Internasional. 
Statuta Roma Tentang Pengadilan Pidana Internasional 1998 
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan 
Peraturan Perundang-Undangan.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Idik Saeful Bahri
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalVallen Hoven
 
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesiaMakalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesiaRahmanzie Share
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Makalah Etika profesi hukum
Makalah Etika profesi hukumMakalah Etika profesi hukum
Makalah Etika profesi hukumAsep Bunyamin
 
Contoh analisis perjanjian internasional
Contoh analisis perjanjian internasionalContoh analisis perjanjian internasional
Contoh analisis perjanjian internasionalJohanez Diaz
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalDenaAgustina
 
Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2Warnet Raha
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
Pendewasaan (handlichting)
Pendewasaan (handlichting)Pendewasaan (handlichting)
Pendewasaan (handlichting)Zainal Abidin
 

Mais procurados (20)

Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesiaMakalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
 
Tata hukum indonesia
Tata hukum indonesiaTata hukum indonesia
Tata hukum indonesia
 
Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)
 
Makalah Etika profesi hukum
Makalah Etika profesi hukumMakalah Etika profesi hukum
Makalah Etika profesi hukum
 
konstitusi dan uud
konstitusi dan uudkonstitusi dan uud
konstitusi dan uud
 
Contoh analisis perjanjian internasional
Contoh analisis perjanjian internasionalContoh analisis perjanjian internasional
Contoh analisis perjanjian internasional
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata Internasional
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Pendewasaan (handlichting)
Pendewasaan (handlichting)Pendewasaan (handlichting)
Pendewasaan (handlichting)
 
Ilmu negara ppt
Ilmu negara ppt Ilmu negara ppt
Ilmu negara ppt
 
Hukum humaniter
Hukum humaniterHukum humaniter
Hukum humaniter
 
Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
 

Destaque

Hukum Internasional 11ipa4
Hukum Internasional 11ipa4 Hukum Internasional 11ipa4
Hukum Internasional 11ipa4 yesiferamefranda
 
Sistem Hukum Internasional
Sistem Hukum InternasionalSistem Hukum Internasional
Sistem Hukum InternasionalJesica Grace
 
Subjek hukum internasional
Subjek hukum internasionalSubjek hukum internasional
Subjek hukum internasionalKumala Ayu
 
Pengertian hukum internasionalmenurut para ahli
Pengertian hukum internasionalmenurut para ahliPengertian hukum internasionalmenurut para ahli
Pengertian hukum internasionalmenurut para ahliSyifa Fauziyah
 
hukum internasional
hukum internasionalhukum internasional
hukum internasionalNova Rizky
 
Company Profile PT Orient Star Shipping 2015
Company Profile PT  Orient Star Shipping 2015Company Profile PT  Orient Star Shipping 2015
Company Profile PT Orient Star Shipping 2015Hanny Billy
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalNuelnuel11
 
Contoh makalah-ketenagakerjaan
Contoh makalah-ketenagakerjaanContoh makalah-ketenagakerjaan
Contoh makalah-ketenagakerjaanTerminal Purba
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalUniversity of Mataram
 
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum InternasionalPKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum InternasionalYudistira Ydstr
 
Bab vii memelihara semangat persatuan indonesia
Bab vii memelihara semangat persatuan indonesiaBab vii memelihara semangat persatuan indonesia
Bab vii memelihara semangat persatuan indonesiaLukman Priasmoro
 

Destaque (20)

Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
 
Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
 
Hukum Internasional 11ipa4
Hukum Internasional 11ipa4 Hukum Internasional 11ipa4
Hukum Internasional 11ipa4
 
Sejarah hukum internasional
Sejarah hukum internasionalSejarah hukum internasional
Sejarah hukum internasional
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasional
 
Sistem Hukum Internasional
Sistem Hukum InternasionalSistem Hukum Internasional
Sistem Hukum Internasional
 
Sejarah hi
Sejarah hiSejarah hi
Sejarah hi
 
Subjek hukum internasional
Subjek hukum internasionalSubjek hukum internasional
Subjek hukum internasional
 
Pengertian hukum internasionalmenurut para ahli
Pengertian hukum internasionalmenurut para ahliPengertian hukum internasionalmenurut para ahli
Pengertian hukum internasionalmenurut para ahli
 
hukum internasional
hukum internasionalhukum internasional
hukum internasional
 
ACE Company Profile
ACE Company Profile ACE Company Profile
ACE Company Profile
 
Company Profile PT Orient Star Shipping 2015
Company Profile PT  Orient Star Shipping 2015Company Profile PT  Orient Star Shipping 2015
Company Profile PT Orient Star Shipping 2015
 
Modal Ventura
Modal VenturaModal Ventura
Modal Ventura
 
Bb hukum internasional 2008
Bb hukum internasional 2008Bb hukum internasional 2008
Bb hukum internasional 2008
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
 
Contoh makalah-ketenagakerjaan
Contoh makalah-ketenagakerjaanContoh makalah-ketenagakerjaan
Contoh makalah-ketenagakerjaan
 
Perusahaan Modal Ventura
Perusahaan Modal VenturaPerusahaan Modal Ventura
Perusahaan Modal Ventura
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasional
 
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum InternasionalPKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
 
Bab vii memelihara semangat persatuan indonesia
Bab vii memelihara semangat persatuan indonesiaBab vii memelihara semangat persatuan indonesia
Bab vii memelihara semangat persatuan indonesia
 

Semelhante a HIERARKI

Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Aziza Zea
 
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasionalMakalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasionalSri Rahayu
 
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Aziza Zea
 
Sumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraSumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraUzix Moch
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalrradityaaa
 
Tugas Teknologi Informasi dan Komunikasi
Tugas Teknologi Informasi dan KomunikasiTugas Teknologi Informasi dan Komunikasi
Tugas Teknologi Informasi dan Komunikasinurfadillah122
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalslempack c
 
Sumber Hukum Internasional
Sumber Hukum InternasionalSumber Hukum Internasional
Sumber Hukum Internasionalmayasungeb
 
Pengertian Hukum Internasional
Pengertian Hukum InternasionalPengertian Hukum Internasional
Pengertian Hukum Internasionalnurul sa'adah
 
Resume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata NegaraResume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata NegaraIca Diennissa
 
Tugas Hukum Internasional Fenti Anita Sari
Tugas  Hukum Internasional Fenti Anita SariTugas  Hukum Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Hukum Internasional Fenti Anita SariFenti Anita Sari
 
Pkn sistem hukum internasional
Pkn   sistem hukum internasionalPkn   sistem hukum internasional
Pkn sistem hukum internasionalSharas Charlotha
 

Semelhante a HIERARKI (20)

Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
 
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasionalMakalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah pkn sistem hukum dan peradilan internasional
 
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
 
Pkn Kel 4
Pkn Kel 4Pkn Kel 4
Pkn Kel 4
 
Sumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraSumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negara
 
Jenis Jenis lapangan Hukum
Jenis Jenis lapangan HukumJenis Jenis lapangan Hukum
Jenis Jenis lapangan Hukum
 
Tugas elearning tik
Tugas elearning tikTugas elearning tik
Tugas elearning tik
 
Tugas 4
Tugas 4Tugas 4
Tugas 4
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasional
 
HUKUM INTERNASIONAL
HUKUM INTERNASIONALHUKUM INTERNASIONAL
HUKUM INTERNASIONAL
 
Tugas Teknologi Informasi dan Komunikasi
Tugas Teknologi Informasi dan KomunikasiTugas Teknologi Informasi dan Komunikasi
Tugas Teknologi Informasi dan Komunikasi
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasional
 
Sumber Hukum Internasional
Sumber Hukum InternasionalSumber Hukum Internasional
Sumber Hukum Internasional
 
Bahasa
BahasaBahasa
Bahasa
 
Htn
HtnHtn
Htn
 
Pengertian Hukum Internasional
Pengertian Hukum InternasionalPengertian Hukum Internasional
Pengertian Hukum Internasional
 
Resume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata NegaraResume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata Negara
 
Tugas tik (dini)
Tugas tik (dini)Tugas tik (dini)
Tugas tik (dini)
 
Tugas Hukum Internasional Fenti Anita Sari
Tugas  Hukum Internasional Fenti Anita SariTugas  Hukum Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Hukum Internasional Fenti Anita Sari
 
Pkn sistem hukum internasional
Pkn   sistem hukum internasionalPkn   sistem hukum internasional
Pkn sistem hukum internasional
 

Último

hukum Anti korupsi & Pencucian uang studi kasus AKIL MOCHTAR_Kelompok 3.pptx
hukum Anti korupsi & Pencucian uang studi kasus AKIL MOCHTAR_Kelompok 3.pptxhukum Anti korupsi & Pencucian uang studi kasus AKIL MOCHTAR_Kelompok 3.pptx
hukum Anti korupsi & Pencucian uang studi kasus AKIL MOCHTAR_Kelompok 3.pptxmaxandrew9
 
PENGUMUMAN SAYEMBARA MASKOT DAN JINGLE PILKADA DKI JAKARTA.pdf
PENGUMUMAN SAYEMBARA MASKOT DAN JINGLE PILKADA DKI JAKARTA.pdfPENGUMUMAN SAYEMBARA MASKOT DAN JINGLE PILKADA DKI JAKARTA.pdf
PENGUMUMAN SAYEMBARA MASKOT DAN JINGLE PILKADA DKI JAKARTA.pdfCI kumparan
 
Pemahaman Mahasiswa Gen Z di Tentang Hubungan Timbal Balik Pemerintah dan Rakyat
Pemahaman Mahasiswa Gen Z di Tentang Hubungan Timbal Balik Pemerintah dan RakyatPemahaman Mahasiswa Gen Z di Tentang Hubungan Timbal Balik Pemerintah dan Rakyat
Pemahaman Mahasiswa Gen Z di Tentang Hubungan Timbal Balik Pemerintah dan Rakyatzidantalfayaed
 
SNI 5015 2019 estimasi sumerdaya dan cadangan batubara
SNI 5015 2019 estimasi sumerdaya dan cadangan batubaraSNI 5015 2019 estimasi sumerdaya dan cadangan batubara
SNI 5015 2019 estimasi sumerdaya dan cadangan batubarazannialzur
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 
Materi negara dan konstitusi materi.pptx
Materi negara dan konstitusi materi.pptxMateri negara dan konstitusi materi.pptx
Materi negara dan konstitusi materi.pptxAchmadHidayaht
 

Último (6)

hukum Anti korupsi & Pencucian uang studi kasus AKIL MOCHTAR_Kelompok 3.pptx
hukum Anti korupsi & Pencucian uang studi kasus AKIL MOCHTAR_Kelompok 3.pptxhukum Anti korupsi & Pencucian uang studi kasus AKIL MOCHTAR_Kelompok 3.pptx
hukum Anti korupsi & Pencucian uang studi kasus AKIL MOCHTAR_Kelompok 3.pptx
 
PENGUMUMAN SAYEMBARA MASKOT DAN JINGLE PILKADA DKI JAKARTA.pdf
PENGUMUMAN SAYEMBARA MASKOT DAN JINGLE PILKADA DKI JAKARTA.pdfPENGUMUMAN SAYEMBARA MASKOT DAN JINGLE PILKADA DKI JAKARTA.pdf
PENGUMUMAN SAYEMBARA MASKOT DAN JINGLE PILKADA DKI JAKARTA.pdf
 
Pemahaman Mahasiswa Gen Z di Tentang Hubungan Timbal Balik Pemerintah dan Rakyat
Pemahaman Mahasiswa Gen Z di Tentang Hubungan Timbal Balik Pemerintah dan RakyatPemahaman Mahasiswa Gen Z di Tentang Hubungan Timbal Balik Pemerintah dan Rakyat
Pemahaman Mahasiswa Gen Z di Tentang Hubungan Timbal Balik Pemerintah dan Rakyat
 
SNI 5015 2019 estimasi sumerdaya dan cadangan batubara
SNI 5015 2019 estimasi sumerdaya dan cadangan batubaraSNI 5015 2019 estimasi sumerdaya dan cadangan batubara
SNI 5015 2019 estimasi sumerdaya dan cadangan batubara
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 
Materi negara dan konstitusi materi.pptx
Materi negara dan konstitusi materi.pptxMateri negara dan konstitusi materi.pptx
Materi negara dan konstitusi materi.pptx
 

HIERARKI

  • 1. MAKALAH HIERARKI SUMBER HUKUM INTERNASIONAL diajukan Guna Memenuhi Tugas Individu dalam Mata Hukum Internasional Dosen Pengampu, Basri, SH., M.Hum Disusun oleh, Nur Anwar NIM: 13340029 JURUSAN ILMU HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA Tahun Akademik 2014/2015
  • 2. ii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb., Alhamdulillahirobbil’alamiin, berkat pertolongan Allah penulis dapat menyelesaikan makalah Hukum Internasional dengan judul, “Hierarki Sumber Hukum Internasional”. Di dalam makalah ini akan disajikan dengan susunan pendahuluan, hierarki sumber hukum Internasional, dan simpulan serta akan diberikan pula contoh dari pelaksanaan hierarki sumber hukum Internasional oleh lembaga yudisial Internasional. Sumber hukum menempati kedudukan yang sangat penting dan merupakan faktor yang menentukan dalam penyelesaian sengketa dalam masyarakat hukum. Kita mengetahui bahwa tidak ada badan legislatif internasional untuk membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur secara langsung kehidupan masyarakat Internasional. Tetapi dewasa ini, hukum Internasional bukan saja mengatur hal-hal yang berkaitan dengan perdamaian dan keamanan, tetapi juga menyangkut masalah politik, ekonomi, teknologi, sosial, di samping masalah-masalah hak asasi, lingkungan, terorisme dan lain-lain demmi tercapainyakesejahteraan dan keserasian dalam kehidupan antar bangsa. Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi legislatif hanyalah Majelis Umum PBB, tetapi resolusi-resolusi yang dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB tidak mengikat, kecuali yang menyangkut masalah organisasi internasional itu sendiri. Masalah terakhir adalah bagaimana tata urutan atau hierarki dari sumber hukum tersebut. Untuk itu, dalam mengambil suatu keputusan lembaga yudisial internasional dalam statuta Mahkamah Internasional dimasukkan sumber hukum internasional yang dapat digunakan oleh Mahkamah untuk mengadili perkara-perkara yang diadilinya. Hal inilah yang nanti akan kita bahas, terutama pada aspek tata urutan sumber hukum yang dapat dipakai oleh Mahkamah. Pengakuan keberadaan prinsip hierarki dalam Hukum Internasional adalah sangat penting untuk proses penyelesaian sengketa khususnya penyelesaian melalui jalur hukum.
  • 3. Makalah ini juga disusun untuk melengkapi tugas pada program studi Ilmu Hukum dalam mata kuliah Hukum Internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, disamping itu juga sebagai pembelajaran bagi penulis untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Sumber Hukum Internasional dan hiearkinya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan nasihat dari pembaca dan Dosen Pengampu senantiasa penulis harapkan, demi kesempurnaan makalah penulis ini. Akhirnya, segala kesalahan dan kekurangan adalah tanggungjawab penulis. Namun, apabia terdapat kebenaran dalam makalah ini semata karena hanya ridho, tuntunan dan petunjuk dari Allah. iii Wassalamu’alaikum wr. wb., Yogyakarta, September 2014 Penulis
  • 4. iv DAFTAR ISI Halaman Judul .................................................................................................................... i Kata Pengantar .................................................................................................................... ii Daftar Isi ............................................................................................................................. iv BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................................ 3 1. Pengertian ................................................................................................ 3 2. Hierarki Sumber Hukum Internasional ................................................... 3 3. Penerapan Hierarki Sumber Hukum Internasional .................................. 8 4. Just Cogens .............................................................................................. 8 5. Obligation Erga Omnes ........................................................................... 9 BAB III : PENUTUP....................................................................................................... 11 BAB IV : DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12
  • 5. 1 BAB I PENDAHULUAN Keberadaan hukum internasional dalam tata pergaulan internasional merupakan konsekuensi dari adanya hubungan internasional yang telah dipraktikkan oleh negara-negara selama ini. Hubungan internasional yang merupakan hubungan antarnegara pada dasarnya adalah “hubungan hukum”. Ini berarti hubungan internasional telah melahirkan hak dan kewajiban antarsubjek hukum (negara) yang slaing berhubungan baik dalam bentuk hubungan bilateral, regional maupun multilateral. Hukum internasional mutlak diperlukan dalam rangka menjamin kelancaran pergaulan internasional. Hukum ineternasional menjadi pedoman dalam menciptakan kerukunan dan kerjasama yang saling menguntungkan. Karenanya dibutuhkan aturan yang jelas dan tegas. Sumber hukum internasional yang berupa perjanjian internasional, kebiasan internasional, dan sebagainya mempunyai peranan penting dalam mengatur masalah-masalah bersama yang dihadapi subjek-subjek hukum internasional. Hukum internasional modern didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang mengatur tentang perilaku yang harus di taati dalam hubungan-hubungan antar mereka satu dengan yang lainnya, serta yang juga mencakup: Organisasi Internasional, hubungan antar Organisasi Internasional satu dengan lainnya, Hubungan peraturan hukum yang berkenaan dengan fungsi-fungsi lembaga atau antara organisasi internasional dengan negara, atau negara-negara, dan hubungan antar organisasi internasional dengan individu atau individu-individu. Peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu dan subyek-subyek hukum bukan negara (non-state entities) sepan- jang hak-hak dan kewajiban– kewajiban individu dan subyek bukan negara tersebut bersangkut-paut dengan masalah internasional. Untuk mengatur hal-hal tersebut, maka dicarilah sumber hukum. Sumber hukum merupakan bahan-bahan aktual yang dapat digunakan oleh para ahli untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi situasi tertentu.1 Sumber hukum menempati kedudukan yang sangat penting dan merupan faktor yang menentukan dalam penyelesaian sengketa dalam masyarakat internasional. Untuk menemukan sumber hukum internasional ini tidaklah 1 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika:2006), hlm. 42
  • 6. mudah, karena hukum internasional tidak mempunyai organ-organ yang pada umumnya terdapat pada tingkat nasional. Satu-satunya organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi legislatif hanyalah Majelis Umum PBB, tetapi resolusi-resolusi yang dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB tidak mengikat, kecuali yang menyangkut masalah organisasi internasional itu sendiri. Meskipun ada konferensi-konferensi internasional yang diselenggarakan dalam kerangka PBB untuk membahas masalah-masalah tertentu, tetapi tidak selalu merumuskan law-making treaties.2 Pada umumnya para penulis hukum internasional sudah baku untuk membedakan antara sumber hukum formal dan sumber hukum material. Sumber formal adalah prosedur hukum dan metode bagi pembentuk hukum kepada pihak-pihak yang dituju. Sedang sumber hukum dalam arti material adalah sumber hukum dalam pengertian asal mula atau asal-usul hukum itu sebenarnya, yaitu materi-materi atau bahan-bahan yang membentuk atau melahirkan kaidah atau/dan norma tersebut, sampai dengan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat. Sumber-sumber material secara sederhana merupakan aturan-aturan dari hukum internasional, misalnya: traktat, resolusi Majelis Umum, putusan hukum, proposal dari the International Law Commission, sebuah “restatemen” yang dinyatakan oleh sekelompok orang terpelajar, dan lain-lain. Sedangkan sumber formal adalah sumber yang menentukan sebuah aturan sebagai rule of law, mengikat terhadap negara-negara, yang ditentukan oleh sumber-sumber formal yang telah diidentifikasi oleh Pasal 38 Statuta International Court of Justice (ICJ). Masalah terakhir adalah bagaimana tata urutan (order) sumber-sumber material, yaitu, kebiasaan, traktat-traktat, keputusan-keputusan yudisial berkenaan dengan permasalahan-permasalahan hukum, atau ketetapan-ketetapan organ-organ lembaga internasional – 2 digunakan untuk menentukan hukum mengenai suatu permasalahan yang dihadapi.3 2 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global (Bandung: Alumni: 2011), hlm. 8 3 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika:2006), hlm. 65
  • 7. BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa hieraki adalah urutan tingkatan atau jenjang. Sedangkan dalam penjelasan Pasal 7 Ayat (2) Undang-undang nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “hierarki” adalah penjengjangan setiap jenis Peraturan Perundang-undangan yang didasarkan pada asas bahwa Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.4 Sementara hukum Internasional diartikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang mengatur tentang perilaku yang harus di taati dalam hubungan-hubungan antar mereka satu dengan yang lainnya, serta yang juga mencakup: Organisasi Internasional, hubungan antar Organisasi Internasional satu dengan lainnya, Hubungan peraturan hukum yang berkenaan dengan fungsi-fungsi lembaga atau antara organisasi internasional dengan negara, atau negara-negara, dan hubungan antar organisasi internasional dengan individu atau individu-individu. Peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu dan subyek-subyek hukum bukan negara (non-state entities) sepan-jang hak-hak dan kewajiban–kewajiban individu dan subyek bukan negara tersebut bersangkut-paut dengan masalah internasional.5 Jadi, yang dimaksud dengan hierarki sumber hukum internasional adalah urutan tingkatan atau jenjang hukum internasional. 2. Hierarki Sumber Hukum Internasional a. Pentingnya keberadaan Hierarki dalam Hukum Internasional Suatu sistem hukum biasanya membangun atau menetapkan suatu norma hukum berdasarkan suatu sumber hukum tertentu dari mana norma itu berasal. Dalam sistem hukum nasional misalnya adalah hal yang umum menempatkan nilai- nilai fundamental dalam status konstitusi dan diutamakan dari aturan lain 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan, hlm. 60 5 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global (Bandung: Alumni, 2011), hlm. 1
  • 8. seperti undang- undang dan aturan administrasi apabila terjadi konflik. Ketentuan konstitusi diutamakan atas undang-undang. Pada dasaarnya hukum internasional hierarki aturan dan kelembagaanya juga sangat vital system. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa tidak ada lembaga internasional yang bertindak sebagai badan legislatif yang bertugas untuk membuat ketentuan-ketuan yang mengatur secara langsung kehidupan masyarakat internasional. Disamping itu, jika kita melihat bahwa dalam Hukum Internasional berlandaskan pada prinsip persamaan kedudukan negara-negara berdaulat maka tidak ditemukan adanya hierarki. Artinya, semua aturan dalam Hukum Internasional adalah sederajat, sumber-sumber hukumnya juga sederajat, berlandaskan kehendak negara. Tetapi, pengakuan akan keberadaan prinsip hierarki dalam hukum internasional adalah sangat penting untuk proses penyelesaian sengketa, khususnya penyelesaian melalui jalur hukum (Mahkamah Internasional), juga untuk menentukan apakah suatu aturan hukum tertentu harus diprioritaskan atas yang lain, serta apakah interpretasi tertentu dapat diterapkan pada masalah hukum tersebut. 4 b. Tata urutan (hierarki) Hukum Internasional a. Tata urutan (hierarki) Hukum Internasional berdasarkan International Court Justice (ICJ) Tata urutan (order) sumber-sumber material, yaitu, kebiasaan, traktat-traktat, keputusan-keputusan yudisial berkenaan dengan permasalahan-permasalahan hukum, atau ketetapan-ketetapan organ-organ lembaga internasional – digunakan untuk menentukan hukum mengenai suatu permasalahan yang dihadapi. Dalam statuta Mahkamah Internasional, tata urutan sumber-sumber hukum material yang dinyatakan dalam Pasal 38 Ayat (1) Statuta Internasional Court of Justice6 adalah: Pertama, traktat (Treaty) dan konvensi internasional (piagam PBB, resolusi Majelis Umum PBB, Resolusi Dewan Keamanan PBB, Peraturan Organisasi-organisasi PBB, Perjajian antar negara) baik umum maupun khusus membentuk atura-aturan yang secara nyata diakui oleh negara-negara. Kedua, kebiasaan internasional (Customary International Law), sebagai bukti dari praktik umum yang diterima sebagai hukum. Ketiga, (General Principles of Law Recognized by 6 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika,2006), hlm. 65
  • 9. Civilized Nations) prinsip-prinsip umum hukum yang diakui oleh negara-negara beradab dan keempat, keputusan-keputusan yudisial dan opini-opini hukum yang berkualifikasi tinggi dari berbagai bangsa, sebagai alat tambahan bagi penetapan kaidah hukum.7 Diluar Pasal 38 (1) MI tersebut ada sumber hukum internasional lain yang diakui dalam perkembangannya, yaitu Keputusan Organisasi Internasional (Resolusi). Tata urutan tersebut dalam praktik umumnya diikuti. Bahwa urutan-urutan sumber hukum tersebut tiga dari sumber hukum yaitu pertama, kedua dan ketiga merupakan sumber hukum utama sedangkan sumber hukum keempat merupakan sumber hukum tambahan.8 Menurut Mochtar Kusuma Atmadja, sebagai mana dikutip oleh Huala Addolf, menyatakan bahwa penyebutan sumber-sumber hukum tersebut tidak menggambarkan urutan pentingnya masing-masing sumber hukum. Klasifikasi yang dapat digunakan adalah bahwa dua urutan pertama tergolong ke dalam sumber hukum utama atau primer. Dua lainnya adalah sumber hukum tambahan atau subsider.9 Adanya dua penggolongan tersebut, secara teori menunjukkan bahwa Mahkamah akan memprioritaskan sumber hukum utama terlebih dahulu, yaitu traktat dan konvensi yang secara tegas diakui oleh negara-negara yang terkait dengan catatan traktat dan konvensi tersebut tidak bertentangan dengan jus cogens, yaitu norma-norma hukum internasional yang berlakunya tidak dapat diubah. Apabila tidak ada traktat atau konvensi yang berlaku, maka pilihan jatuh pada kaidah kebiasaan yang berlaku, hukum kebiasaan internasional yang ditetapkan oleh Mahkamah dapat berupa dua macam, yaitu pertama, prinsip-prinsip yang telah mapan sebagai suatu hasil penerimaan dan penerapan oleh negara-negara (multilateral treaty dalam kategori law making treaty) yang kemudian dianggap sebagai kaidah-kaidah hukum kebiasaan internasional: dan kedua, kaidah-kaidah serupa yang juga berkembang dan diterapkan di dalam suatu region tertentu (hukum internasional regional), sedangkan apabila tidak ada kaidah-kaidah demikian, jalan lainnya adalah melihat pada prinsip-prinsip umum hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab. Menurut piagam PBB, prinsip-prinsip atau 5 7 Statuta Mahkamah Internasional 8 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika,2006), hlm. 66 9 Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm.87
  • 10. asas-asas umum hukum umum tidak mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam lingkup internasional. Tetapi ia mengacu pada prinsip-prinsip hukum umum yang terdapat dalam hukum nasional atau yang terefleksikan dalam konsep-konsep dasar dari tertib hukum negara-negara yang sistem hukumnya dianggap berasal dari negara-negara beradab.10 Diantara berbagai interpretasi yang diberikan terhadap kata “prinsip-prinsip umum hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab”, terdapat sebagai berikut: (a) prinsip-prinsip umum keadilan, (b) hukum alam, (c) analogi-analogi yang berasal dari hukum alam, (d) prinsip-prinsip umum perbandingan hukum hukum, (e) prinsip-prinsip umum hukum internasional, (f) teori umum dari hukum, (g) konsep-konsep umum hukum.11 Mochtar Kusuma Atmadja mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip hukum umum adalah prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern. Yang dimaksud dengan sistem hukum modern adalah sistem hukum positif yang didasarkan atas asas-asas dan lembaga-lembaga hukum negara barat yang sebagian besar didasarkan atas asas-asas dan lembaga-lembaga hukum Romawi. Mahkamah akan menggunakan norma-norma hukum ini untuk mengisi kekosongan hukum dalam hukum perjanjian internaional dan hukum kebiasaan internasional. Apabila tidak satupun petunjuk kaidah yang secara jelas dapat diberlakukan terhadap permasalahan itu, maka keputusan-keputusan yudisial dan arbitrasi serta opini hukum dapat dipakai, biasanya dengan lebih menitikberatkan pada keputusan-keputusan pengadilan daripada pernyataan-pernyataan opini para yuris dan pengarang-pengarang buku. Titikberat yang diberikan bergantung pada sifat hakikat dan muatan keputusan tersebut serta pada ketentuan-ketentuan instrumen konstitusi organisasi tersebut disinilah hukum subsider digunakan.12 Mahkamah akan menerapkan petusan-putusan pengadilan dan tulisan-tulisan para sarjana terkemuka untuk: Pertama, menafsirkan sumber hukum internasional primer, yaitu perjanjian internasional dan prinsip-prinsip hukum umum. Kedua, memperjelas ketidak jelasan dari maksud sumber-sumber hukum primer tersebut. Putusan pengadilan disini tidak saja mencakup putusan-putusan Mahkamah 10 Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm.88 11 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika,2006), hlm. 69-70 12 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika,2006), hlm. 66 6
  • 11. Internasional atau Mahkamah Permanen Internasional (PICJ), tetapi putusan pengadilan internasional lainnya, termasuk badan Arbitrase Internasional. Putusan pengadilan sebelumnya (preseden) juga digunakan untuk mem-perjelas ketidakjelasan hukum (internasional) yang akan diterapkan Mahkamah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 59 Statuta Mahkamah, putusan Mahkamah hanya mengikat negara-negara yang bersengketa dan berlaku untuk sengketa-sengketa yang bersangkutan saja.13 Mengapa perlu dibagi primer dan sekunder? hal tersebut dikarenakan setiap perbuatan hukum dan dasar penyelesaiannya harus berdasarkan perjanjian internasional, hukum kebiasaan internasional, asas-asas HI bila tidak ada baru menggunakan yang Sekunder. b. Tata urutan (hierarki) Hukum Internasional menurut International Criminal Court 7 (ICC)14 Syarat utama bagi eksisnya yurisdiksi oleh Pasal 12 (2) Statuta Roma 1998 dinyatakan dalam hal: 1. Kejahatan yang dilakukan terjadi didalam wilayah negara peserta. 2. Kewarganegaraan dari si pelaku adalah negara yang menjadi negara peserta atas Statuta. Di samping itu, yurisdiksi ICC merupakan perluasan dari yurisdiksi pidana nasional dari negara-negara pesertanya. Atau dengan kata lain, ICC merupakan suplemen bagi peradilan nasional dalam hal yang terakhir gagal menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, ICC dalam menjalankan operasinya membutuhkan kerjasama dari pemerintah nasional. Statuta Roma 1998, melalui Pasal 21 telah menyusun hieraki sumber hukum yang dapat diterapkan oleh Pengadilan sebagai berikut: 1) Dalam kesempatan pertama, Statuta ini, Elemen-elemen Kejahatan dan Peraturan-peraturannya dari Prosedur dan Pembuktian. 2) Dalam kesempatan kedua, bilamana memungkinkan, fakta-fakta yang berlaku dan prinsip-prinsip serta aturan-aturan hukum internasional, termasuk prinsip-prinsip yang dibuat dari hukum internasional untuk pertikaian bersenjata; 13 Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm.89 14 Statuta Roma Tentang Pengadilan Pidana Internasional 1998
  • 12. 3) Kegagalan itu, prinsip-prinsip umum dari hukum yang berasal dari Pengadilan dari hukum nasional atau sistem hukum dunia, termasuk, bilamana tepat, hukum nasional Negara-negara yang biasanya melaksanakan yurisdiksi atas kejahatan itu dengan ketentuan bahwa prinsip-prinsip itu tidak bertentangan dengan Statuta ini dan dengan hukum internasional dan norma-norma 8 serta standar-standar yang dikenal secara internasional. 4) Pengadilan dapat menerapkan prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan hukum sebagaimana yang ditafsirkan pada keputusan sebelumnya. 5) Penerapan dan interpretasi hukum sesuai dengan pasal ini harus konsisten dengan hak-hak manusia yang dikenal secara internasional, dan tanpa ada perbedaan-perbedaan yang panting yang ditemukan pada dasar-dasar seperti gender sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 7 ayat 3, usia, ras, wama kulit, bahasa, agama atau keyakinan, politik atau pendapat-pendapat lain, kebangsaan, etnis atau asal sosial, kekayaan, kelahiran atau status lain. 3. Penerapan Hierarki dalam Hukum Internasional a. Dikemukakan keberadaan jus cogens atau peremptory norms yang diakui dan diterima oleh Negara-negara sebagai norma tertinggi. b. Keberadaan pasal 103 Piagam PBB yang mengaskan bahwa piagam PBB, konstitusi dalam hukum internasional memiliki kedudukan lebih tinggi dari perjanjian-perjanjian yang lain. c. Keberadaan Pasal 30 Konvensi Wina 1969 yang mengatakan “Aplication of successive treaties relating to the same subject-matter.” d. Adanya penerimaan oleh masyarakt internasional bahwa secara umum hukum kebiasaan internasional mengalahkan perjanjian bilateral. 4. Prinsip-prinsip atau Norma-norma Hukum Internasional yang Tidak dapat Diubah; Just Cogens Yang terakhir perlu diperhatikan adalah konsep ”Jus Cogens”, yaitu norma-norma hukum internasional tidak dapat diubah (peremptory),yang tidak boleh diabaikan, dan yang karenanya dapat berlaku untuk membatalkan suatu traktat atau perjanjian antara negara-negara dalam hal traktat itu tidak sesuai dengan norma-norma tersebut. Menurut Pasal 53 Konvensi Roma 1969 : norma jus cogens hanya
  • 13. dapat dirubah oleh norma hukum internasional yang timbul kemudian yang juga memiliki karakter yang sama.15 Jus cogens adalah non derogable, peremptory law. Hakim terkenal rozakis menggambarkan bahwa the concept of jus cogens as a theoretical inference whose function is actualy discernible throught the legal norms bearing its peculiar traits.meskipun konsep modern jus cogens dikemukakan oleh hukum perjanjian. Secara umum dapat dikatakan jus cogens diterapkan untuk membatasi perjanjian. Karakteristik utama dari jus cogens adalah sifat nonderogable rights dalam norma tersebut. Untuk menetapkan apakah ketentuan- ketentuan yang ada dalam suatu perjanjian merefleksikan jus cogens atau tidak bukanlah pekerjaan yang mudah mengingat perjanjian lebih dikenal sebagai contract of private law dari pada suatu genuine normative instruments ( C.L. Rozakis,1976:70) perjanjian tidak menciptakan hak dan kewajiban pada pihak ketiga tanpa persetujuan. Namun,konsep ini sudah mengalami pengikisan dengan munculnya perjanjian-perjanjian humaniter dan HAM, yang tidak mengizinkan suspension or denunciation (L. Hannikainen, 1988:225) dalam hukum internasional kontemporer proses pembuatan perjanjian multlateral dan legislative in objective hanya cara atau metodenya saja yang bersifat kontraktual. Jus Cogens adalah non-derogable, peremptory law. Ulrich mengusulkan 9 keberadaan tiga kelompok yang berbeda dalam jus cogens yaitu : a) Atas dasar pertimbangan adanya kepentingan maksimum Negara untuk melindungi fondasi hukum, perdamaian dan kemanusiaan sebagai standart minimum hukum internasional. b) Terdiri dari prinsip dan aturan-aturan hukum yang penting untuk memelihara kerjasama perdamaian yang dalam hukum internasional bertujuan melindungi kepentingan umum. c) Diakui sebagai inalienable law, faktor yang membedakan jus cogens dengan yang lain adalah universalitasnya.16 5. Obligation Erga Omnes Meskipun sering dipandang sama dengan jus cogens, namun sesungguhnya, kewajiban erga omnes berbeda dengan norma jus cogens dimana kewajiban erga omnes dapat dicabut (derogable) dalam beberapa situasi.dalam kasus barcelona 15 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika,2006), hlm. 66 16 Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, cet. 4 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 67-68
  • 14. traction light case mahkamah internasional mengemukakan bahwa seluruh norma jus cogens menimbulkan kewajiban erga omnes. Namun demikian tidak semua kewajiban erga omnes dapat memperoleh status sebagai jus cogens. Kewajiban erga omnes berbeda dengan norma jus cogens dimana kewajiban 10 erga omnes dapat dicabut dalam beberapa situasi. Satu-satunya pengecualian adalah jika negara membuat reservasi atau particular derogable provision dalam perjanjian multitateral atau juka negara mengekspersikan keberatannya saat membuat perjanjian.17 17 Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, cet. 4 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 82-83
  • 15. 11 BAB III Penutup Dalam masyarakat Internasional tidak dikenal adanya lembaga legislatif dan hukum internasional menganggap semua peraturan itu sama kedudukannya. Tetapi pengakuan akan keberadaan prinsip hierarki dalam hukum internasional adalah sangat penting untuk proses penyelesaian sengketa, khususnya penyelesaian melalui jalur hukum (Mahkamah Internasional), juga untuk menentukan apakah suatu aturan hukum tertentu harus diprioritaskan atas yang lain, serta apakah interpretasi tertentu dapat diterapkan pada masalah hukum tersebut. Tata urutan sumber-sumber hukum material yang dinyatakan dalam Pasal 38 Ayat (1) Statuta Internasional Court of Justice18 adalah: Pertama, traktat (Treaty) dan konvensi internasional (piagam PBB, resolusi Majelis Umum PBB, Resolusi Dewan Keamanan PBB, Peraturan Organisasi-organisasi PBB, Perjajian antar negara) baik umum maupun khusus membentuk atura-aturan yang secara nyata diakui oleh negara-negara. Kedua, kebiasaan internasional (Customary International Law), sebagai bukti dari praktik umum yang diterima sebagai hukum. Ketiga, (General Principles of Law Recognized by Civilized Nations) prinsip-prinsip umum hukum yang diakui oleh negara-negara beradab dan keempat, keputusan-keputusan yudisial dan opini-opini hukum yang berkualifikasi tinggi dari berbagai bangsa, sebagai alat tambahan bagi penetapan kaidah hukum.19 Diluar Pasal 38 (1) MI tersebut ada sumber hukum internasional lain yang diakui dalam perkembangannya, yaitu Keputusan Organisasi Internasional (Resolusi). Praktik masyarakat internasional juga mengenal apa yang dinamkan sub-hierarki. Misalnya, negara mana saja yang memberikan persetujuan terhadap suatu norma dapat menunjukkan tinggi rendahnya derajat norma itu. Contohnya adalah aturan hukum yang dikeluarkan oleh anggota tetap Dewan Keamanan PBB, lebih kuat kedudukannya dibandingkan aturan yang dikeluarkan oleh negara-negara yang tidak mempunyai pengaruh.20 18 J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, (Jakarta: Sinar Grafika,2006), hlm. 65 19 Statuta Mahkamah Internasional 20 Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, cet. 4 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 66
  • 16. 12 BAB IV Daftar Pustaka Adolf, Huala, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2006. Mauna, Boer , Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Bandung: Alumni, 2011. Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, cet. 4 Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014. Starke, J.G., Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 1, Jakarta: Sinar Grafika: 2006. Statuta Mahkamah Internasional. Statuta Roma Tentang Pengadilan Pidana Internasional 1998 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.