Buku kumpulan Humor drh. Chaidir, MM yang berasal dari pengalaman keseharian drh. Chaidir, MM semasa menjabat sebagai Ketua DPRD Provinsi Riau 2 Periode (1999-2008)
2. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
ii
Menertawakan Chaidir
ISBN: 979-9339-96-0
Hakcipta dilindungj undang-undang
Cetakan Pertama, Agustus 2005
Cetakan Kedua, Maret 2006
Penulis
Drh. Chaidir, MM.
Pengantar
Fakhrunnas MA Jabbar
Editor Hang Kafrawi
Perwajahan
Katon Sungkowo Erni Yusnita
llustrator
Ardy
Gambar Kulit
Hendri Burhan
Penerbit
Yayasan Pusaka Riau
Anggota IKAPI
KotakPos1351
Pekanbaru-Riau
Telp/Fax. (0761) 854798
Dicetak pada Percetakan Pusaka Riau
Isi di luar tanggung jawab percetakan
3. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
iii
Tentang Penulis
Chaidir yang lebih dikenal dengan nama drh. Chaidir, MM kelahiran 29 Mei
1952 di Pemandang, Kec. Rokan IV Koto, Rokan
Hulu, Provinsi Riau, adalah seorang politisi
senior asal Riau. Sejak tahun 1992 ia menjadi
anggota DPRD Provinsi Riau, dan menjabat
sebagai Ketua DPRD Provinsi Riau periode 1999-
2004 dan Periode 2004 s/d 2008.
Gelar Dokter Hewan, ia raih dari Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Gajah Mada
pada tahun 1978, dan Pada tahun 2001. Ia
menamatkan program, Pasca Sarjana
Universitas Padjajaran. Dan tahun 2013 ia
mengambil Program Doktor Manajemen
Fakultas Pasca Sarjana Universitas Pasundan
Bandung. Selain pendidikan formal di atas, Chaidir sempat pula mengenyam
pendidikan di luar negeri, di antaranya : Course On Bovine, Ovine and
Swine, IFOA, Reggio Emilia, Italia, sertifikat September 1990 – April 1991
dan Short Course On Tropical Animal Diseases, Queensland, Australia,
Sertifikat April – Juni 1986.
Selepas menjadi Ketua DPRD Provinsi Riau, Chaidir menghabiskan waktu
sebagai dosen di beberapa Universitas di Riau, Tercatat ia aktif sebagai
Dosen Tidak Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Ilmu Politik (STISIP) Persada
Bunda Pekanbaru sejak Tahun 2014, Dosen Tidak Tetap Jurusan Komunikasi
FISIPOL Universitas Riau Pekanbaru sejak tahun 2009, Dosen Tidak Tetap
Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL Universitas Islam Riau (UIR), Pekanbaru
sejak tahun 2009, Dosen tidak tetap di Fak Ekonomi Univ Lancang Kuning,
Pekanbaru, selain itu Chaidir juga pernah menjabat sebagai :
1. Ketua BPA AJB Bumiputera 1912 di Jakarta Tahun 2015 s/d 2016.
2. Komisaris Utama AJB Bumiputera 1912 di Jakarta Tahun 2012 s/d 2013
3. Ketua Harian BPA AJB Bumiputera 1912 di Jakarta Tahun 2011 s/d 2013
4. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
iv
Chaidir cukup aktif sebagai Pembicara dan Narasumber di seminar-seminar,
baik yang di adakan oleh Kampus-kampus, juga Seminar yang diadakan oleh
Instansi Pemerintah dan Swasta. Sejak masih Mahasiswa hingga saat ini, ia
cukup aktif menulis, tercatat sudah 7 buah buku yang telah diterbitkan, Yaitu
buku :
1. Suara dari Gedung Lancang Kuning, Penerbit Pusat Peranserta
Masyarakat, Pekanbaru Tahun 1998. Dengan Kata Pengantar Oleh
Prof Dr Ir Muchtar Ahmad, MSc, Rektor UNRI
2. Berhutang Pada Rakyat, Penerbit Adicita Karya Nusa, Jogyakarta
Tahun 2002. Dengan Kata Pengantar Oleh Prof Dr Ichlasul Amal,
Rektor UGM
3. Panggil Aku Osama, Penerbit Adicita Karya Nusa, Jogyakarta Tahun
2002. Dengan Kata Pengantar Oleh Ashadi Siregar,
Budayawan/Sastrawan.
4. 1001 Saddam, Penerbit Adicita Karya Nusa, Jogyakarta Tahun 2004.
Dengan Kata Pengantar Oleh Prof Dr. Tabrani Rabb.
5. Menertawakan Chaidir, Penerbit Yayasan Pusaka Riau, Pekanbaru,
2006, diberi kata Pengantar Oleh Fakhrunnas MA Jabbar,
Sastrawan/Budayawan.
6. Membaca Ombak, Penerbit Adicita Karya Nusa, Jogyakarta Tahun
2006. Dengan Kata Pengantar oleh Goenawan Mohamad,
sastrawan/budayawan/wartawan senior.
7. Demang Lebar Daun, Penerbit Telindo Publishing, Pekanbaru Tahun
2007, Dengan Kata Pengantar oleh Hasan Junus, Sastrawan.
Selain itu Chaidir juga aktif sebagai penulis kolom tetap di berbagai
media cetak, yaitu :
1. Penulis kolom tetap rubrik PERNIK setiap pekan di Harian Koran
Riau 2014 s/d sekarang..
2. Penulis Rubrik “SIGAI” berupa refleksi terbit setiap hari Senin di
Harian Riau Pos, November 2008 s/d sekarang.
5. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
v
3. Penulis Rubrik ”Fabel” berupa fabel, terbit setiap hari Selasa di Harian
Koran Riau Pekanbaru, Januari 2012 s/d 2014.
4. Penulis Rubrik ”Cakap Bebas” berupa refleksi terbit setiap hari Selasa
di Harian Vokal di Perkanbaru, April 2010 s/d Juli 2014.
5. Penulis Rubrik Minda Kita di Tabloid “Mentari” setiap minggu 2001-
2007
6. Penulis Catatan Akhir Pekan di Tabloid “Serantau” Setiap
minggu,1999-2000.
Selain sebagai Politisi dan Akademisi, Chaidir dikenal juga sebagai
Cendekiawan, Budayawan dan Tokoh Masyarakat Riau, ada beberapa
penghargaan yang ia dapatkan diantaranya :
1. Anugerah Kebudayaan Sagang Kencana Tahun 2015, Yayasan
Sagang.
2. Piagam Tanda Kehormatan, PWI Riau Award (Legend Award), 10
Mei 2014.
3. Penghargaan Kehormatan Alumni Sekolah Menengah Farmasi (SMF)
Ikasari Pekanbaru 2008
4. Pemenang Alumni Award dianugerahkan oleh FKH - UGM 2005
5. Kalung Summa Darma Kelas I dianugerahkan oleh UNRI Pekanbaru
2004
Website : http://drh.chaidir.net
Facebook : https://www.facebook.com/drh.chaidir.2
Twitter : https://twitter.com/BungChaidir
Google Plus : https://plus.google.com/+drhChaidirMM
Youtube : https://www.youtube.com/c/drhchaidirmm
Linkedin : https://www.linkedin.com/in/drh-chaidir-mm-65553a45
Email : drh.chaidir.mm@gmail.com
6. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
vi
Pengantar Penerbit
Dunia kelakar atau humor, memiliki peran yang cukup
penting, atau bagian yang tak terpisahkan dalam proses
perjalanan pemberadaban dan penyadaran manusia zaman-
berzaman. Sejak dahulu kala, pada setiap zaman, abad, atau
generasi, selalu muncul tokoh-tokoh yang menggunakan
kelakar atau humor sebagai media pencerahan, baik
pencerahan diri, komunitas, puak, masyarakat, maupun
sebuah bangsa.
Para intelektual masa lampau, khususnya yang
berlaman dalam kekuasaan politik yang menindas dan
totaliter, menggunakan media humor untuk menyampaikan
apa yang dirasa benar. mengutip Hasan Junus dalam Karena
Emas di Bunga Lautan, pengarang-pengarang Ceko, seperti
Karel Capek dan Milan Kundera menggunakan lensa ketawa
untuk melawan atau menghadapi situasi tersebut.
Di Indonesia, khususnya kawasan Melayu, dunia
kelakar juga merupakan hal tidak asing. Seorang antropolog,
James Dananjaya, mengatakan bahwa kelakar sangat
melekat dalam kehidupan, dan dapat dijumpai dalam hampir
semua tradisi, serta cerita-cerita rakyat. Tidak mengherankan
kalau tokoh-tokoh dunia kelakar, seperti Pak Pandir, atau
tokoh hidup seperti Yung Dollah, menjadi nama yang selalu
ada dalam sebutan, tokoh yang selalu tak luput dari ingatan.
bahkan dalam karya-karyanya, pengarang Melayu, tak jarang
pula menjadikan kelakar sebgai cara untuk menuangkan hal
tersirat yang hendak disampikan seperti yang dapat kita baca
dalam kisah Lebai Malang, atau cerpen-cerpen karya Soeman
Hs.
7. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
vii
Sayangnya dewasa ini, dunia kelakar sudah jarang
digarap dalam tradisi intelektual. Dalam beberapa dekade
terakhir dapat dikatakan sangat sedikit sekali buku-buku jenis
ini yang diterbitkan. Chaidir, dengan buku "Menertawakan
Chaidir" ini, merupakan satu dari sedikit intelektual Riau yang
berupaya menggunakan kelakar atau humor, atau lensa
ketawa, sebagai laman bermain dan menyampaikan apa yang
dirasakan penting.
Mudah-mudahan penerbitan buku "Menertawakan
Chaidir" ini memberikan manfaat bagi semua, dan sekaligus
menjadi cermin untuk berkaca dalam melihat keberadaan diri,
melihat Riau yang kita cintai ini.
Pekanbaru, Agustus 2005
8. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
viii
Pengantar Cetakan Kedua
Puji syukur kehadiratTuhan Yang Maha Esa, karena
dengan kasih dan karunia-Nya, buku "Menertawakan
Chaidir" ini dapat memasuki masa Cetakan kedua
Pada cetakan kedua ini, dilakukan beberapa
perbaikan yang dipandang perlu, baik bahasa, isi, maupun
perwajahan. Perbaikan tersebut dilakukan dengan maksud
agar buku ini lebih mudah dipahami dan diterima oleh
khalayak pembaca.
Secara khusus, kami sampaikan ucapan terima
kasih, kepada penerjemah buku Mati Keiawa Cara Rusia,
Batara Sakti [Amarzan Lubis] yang ikut aktif memberikan
pandangan, sehingga buku inii dapat dihidangkan secara
tebih baik.
Mudah-mudahan kehadiran buku dapat member! arti
dan menjadi bagian dari upaya menciptakan laluan
pencerahan manusia, walau sekecil apa pun arti dan laluan
itu. Semoga.
Pekanbaru, Maret 2006
9. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
ix
Daftar Isi
Tentang Penulis ............................................. iii
Pengantar Penerbit ........................................ vi
Pengantar Cetakan Kedua............................. viii
Daftar Isi......................................................... ix
Sebuah Pengantar......................................... xiv
Sekapur Sirih Penulis..................................... xxix
* Tingkah Laku................................................. 1
* Dokter yang Hewan ...................................... 2
* Asal Jangan Tertukar Amplopnya................. 4
* Interupsi instruksi Hihihi ............................... 6
* Banyak Ketua ............................................... 8
* Plesetan Terhormat ................................. 9
* Bukan Gedungnya ........................................ 10
* Gara-gara Mien Uno...................................... 11
* Senyum-senyum sendirian............................ 13
* Kata Kunci .................................................... 15
* Menu Demo .................................................. 16
* Senyum Ketua............................................... 17
* Politisi Busuk ...................................................... 18
* Rahasia Politisi Busuk..................................... 19
* Bobot tak Bobot............................................... 20
* Pantang Tak Hebat ......................................... 22
* Lebih Hebat Telur Busuk................................. 24
* Kurang SDM ................................................... 25
* Pesawat Tak Dapat Mendarat......................... 27
* Kelas Eksekutif................................................ 28
* Penguasa Pengusaha..................................... 29
* Tanda Legislatif dan Eksekutif........................ 30
10. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
x
* Sedang atau Oplet.......................................... 31
* Kerja 24 Jam Sehari ...................................... 32
* Jadi Ketua Wartawan .................................... 33
* Riau Mengirim Uang....................................... 34
* Salah Tidur..................................................... 35
* Siapa Mirip Siapa .......................................... 36
* Serupa tapi Tak Sama.................................,. 37
* Pengalaman Kawin ...................................... 38
* Beda DPRD dan Mahasiswa......................,. 39
* Pertemuan Segitiga ..................................... 41
* Sama-sama Berhutang ................................ 42
* Kurang Study Tour........................................ 43
* Pintar Menulis Proposal................................ 45
* Tak Dapat Purnabakti................................... 46
* Banyak Banteng........................................... 48
* Tukar Tempat................................................ 49
* Dosis Kuda................................................... 51
* Salah Asuhan .............................................. 53
* Kondektur Usil.................................................. 55
* Bertekuk Lutut ................................................. 57
* Lebih Lama Wawancara.................................. 59
* Masalah Keberanian ...................................... 60
* Dokter Hewan Lebih Pintar............................. 61
* Pasien Makin Banyak..................................... 62
* Chow-chow No, Client Yes!............................ 63
* Raja Minyak dari Riau .................................... 64
* Wagub Saja Kalah....................................... 65
* Enaknya Enak.............................................. 66
* Harus 25 Tahun........................................... 67
* Didukung 19 Dicintai 34 .............................. 68
* Makan Mayalle ............................................ 69
* Calon Presiden ............................................ 71
* Pisahkan Saja Dagingnya ........................... 72
* Minta Dizalimi............................................... 73
11. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xi
* Bobby Prize ................................................. 74
* Kalau Nakhoda Kurang Paham ................... 75
* Beras Tabrani dari Swiss.............................. 76
* Dipilih Karena Menghujat.............................. 77
* Karena Pengantin Baru ................................ 78
* Tua-tua Keladi............................................... 79
* Isi Ulang ....................................................... 80
* Boleh Dicoba ................................................ 81
* lngin Jadi Guru ............................................. 82
* Guru Nyanyi.................................................. 83
* Mengajarkan Semua Hal.............................. 84
* Guru Kencing Berdiri.................................... 85
* Riau Daratan................................................ 86
* Provinsi Riau Pesisir.................................... 87
* Raja-raja Kecil.............................................. 88
* Makan KKN.................................................. 89
* Dispensasi Otonomi Daerah ....................... 90
* Tapal di Batas Laut...................................... 91
* MarwahTak lkut............................................ 92
* Minta 10% Diberi 15% ................................. 93
* Gusdur dan Bagi Hasil Minyak..................... 95
* Semua Pasien Tak Perokok......................... 97
* Belajar Melihat Gajah .................................. 98
* Celana Ber-AC............................................. 99
* Rahasia Tak Nyambung............................... 100
* Menteri Pemberdayaan Perempuan ........... 102
* Salah Bus..................................................... 103
* Kanan Semua .............................................. 104
* Beda Aids, Sars, dan Moncong Putih .......... 105
* Untuk Perempuan......................................... 106
* Musim Kampanye......................................... 107
* Sabar Tidak Cukup....................................... 108
* Salahnya Pakai "Nya"................................... 109
* Kriteria Orang Modern.................................. 110
12. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xii
* Kalah Macho................................................. 111
* Halaman Raja............................................... 112
* KKN Dan Narkoba ....................................... 113
* Yung Dolah................................................... 115
* Uang Duka.............................................. 117
* Kiri KananTHR ....................................... 118
* Dari, Oleh, dan Untuk Wakil Rakyat........ 119
* Rakyat dan Wakil Rakyat........................ 120
* Ketua Rakyat........................................... 121
* Kesempatan Jadi Menteri ....................... 122
* Wakil Presiden Lebih Tinggi..................... 123
* Pangkat lsteri LebihTinggi ....................... 124
* Tidak Bisa Menjadi Dokter Hewan............ 125
* Mobil Volvo................................................ 125
* BBM Ampun.............................................. 127
* Yang Mentah Saja..................................... 128
* Disket Ketua Penuh................................... 129
* Public Hearing........................................... 130
* Batik Riau ................................................. 131
* Mewakili Rakyat........................................ 132
* Antara Chaidir dan Wan Abu Bakar.......... 133
* Kalau Malam Sama Tinggi........................ 134
* Lebar Sempit Nyonya Meneer................... 135
13. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xiii
Sebuah Pengantar
MENERTAWAKAN CHAIDIR,
MENYINDIR DIRI KITA
Fakhrunnas MA Jabbar*
ALKISAH, suatu kali, raja Baghdad sedang bermuram
durja. Hatinya gundah gulana. Sang Raja memerintahkan
para hulubalang untuk menghibur dirinya agar bisa tersenyum
dan tertawa. Berdatanganlah sekitar 99 orang pelawak untuk
adu kemampuan dengan taruhan hadiah yang sangat besar:
dapat memiliki separuh harta kerajaan. Namun, bagi pelawak
yang gagal membuat raja tertawa, maka hukum pancunglah
imbalannya. Konon, setelah semua pelawak mengeluarkan
kemampuannya, hingga kepala pelawak yang ke-99 pun
menggelinding, raja Baghdad tetap tak tergoda untuk tertawa.
Tapi, di saat sang Raja menyaksikan 99 penggalan kepala itu
berserakan dengan berlumuran darah didepannya, mukjizat
terjadi: raja itu tertawa terkekeh-kekeh... ..Betapa mahalnya
nilai sebuah tawa.
Analog dengan itu_dalam konteks emosional yang
lain_dapat disandingkan saat kaisar Nero membakar kota
Roma. Maksudnya hanya sederhana: ingin mendapatkan
inspirasi berharga untuk sebuah lukisannyayang amat
naturalis.
Logika kontradiktif Itulah kata humoris Indonesia, Jaya
Suprana. Suprana selanjutnya menambahkan, ".tidak heran
apabila suasana logika kontradiktif itu sendiri memang
14. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xiv
merupakan salah satu elemen hakiki tertawa. Tanpa terlalu
jelas, apakah tertawa itulah logika kontradiktif, atau kondisi
logika kontradiktif itulah yang menghadirkan tertawa." (lihat
Jurnal Kebudayaan Kalam 7I1996).
Tertawa memang bisa terlahir dari suasana yang tidak
disengaja. Sesuatu yang muncul secara tiba-tiba setelah
peristiwa atau suasana tidak menemukan logika. Oleh
karenanya, orang bisa menertawakan sesuatu karena
kealpaan, kebodohan, ketidaktahuan, kedunguan, atau
sesuatu yang sengaja diplesetkan untuk mendapatkan efek
lucu yang menggelikan hati. Bahkan kini, hal-hal yang
mengundang kelucuan itu menjadi bumbu penyedap untuk
mencairkan suasana (ice breaking) bagi para tokoh dalam
menyampaikan sambutan atau pidato.
Dalam suasana seperti itu, buku Chaidir 'Menertawakan
Chaidir' ini rrrerupakan oto-kritik yang mengusung kejadian-
kejadian dan dialog keseharian yang mendedahkan cermin
kaca bagi siapa saja untuk menertawakan bahkan menyindir
diri Sendiri. Segala suasana terakumulasi Secara terbuka
guna menyadarkan siapa saja yang membaca buku ini untuk
ditertawakan oleh dirinya Sendiri. Itu bermakna, tertawa itu
memang milik Semua orang. Begitu pula, peluang setiap
orang untuk menertawakan atau ditertawakan sama saja.
Banyak jargon yang muncul dalam menyikapi soal
tertawa ini. Ada yang mengatakan 'tertawa itu sehat'. Sebab,
menurut Jaya Suprana lagi, tertawa merupakan suatu refleks
motorik yang diproduksi oleh kontraksi tidak kurang dari 15
otot yang berada di kawasan wajah manusia yang terkoordinir
dalam pola-pola streotipikal dan diiringi dengan hambatan
pada pernapasan.
Jargon 'tertawa itu sehat' tak sepenuhnya benar bila
dilakukan di ruang dan waktu yang keliru. Misalnya, saat akad
nikah, sumpah jabatan, upacara bendera dan momentum
15. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xv
serius lainnya. Sulit dipercaya bila sebuah kejadian di desa
Bukobia, Tanzania tahun 1972 silam mengungkapkan soal ini.
Segenap gadis remaja di desa kecil itu terserang penyakit
tertawa tanpa bisa berhenti selama berhari-hari. Realitas itu
justru bukan menyegarkan melainkan menimbulkan keletihan
yang dahsyat, dan bahkan dapat mengancam jiwa mereka
sendiri. Dalam kasus ini, tentu saja, tertawa bisa bermakna
tidak sehat.
Situasi ini sangat kontradiktif dengan realitas hari ini.
Sebuah berita ringan yang ditayangkan di sebuah TV swasta
kita, menampilkan suatu fenomena baru yang terjadi di
negara India. Di negara itu justru sedang giatnya
dikembangkan "Klub Tertawa" yang bertujuan hanya untuk
membiasakan aktifitas tertawa sebagai rutinitas yang
menyehatkan. Konon, klub semacam itu sudah terdaftar
sekitar 150 buah dan diharapkan para pengurusnya untuk
terus berkembang.
Menjelang menyaksikan filem-filem Warkop DK! (Dono,
Kasino, Indro_para komedian Indonesia ternama), selalu
dipajang sebuah kalimat jargon: 'Tertawalah, Sebelum
Tertawa itu Dilarang'. Ini bermakna bahwa setiap penikmat
filem itu harus benar-benar mempersiapkan diri untuk
meledakkan tawanya.
Indonesia memang banyak melahirkan folklore (cerita
rakyat) yang bermuatan lucu yang bersifat legendaris dari
waktu ke waktu. Masih ingat, cerita Si Kabayan di Tanah
Pasundan atau Yung Dolah di Bengkalis? Bisa jadi, tradisi
folklore semacam itu yang menorehkan guratan riwayat
kelucuan di negeri kita. Antorpolog James Dananjaya
memang banyak menelaah soal folklore semacam itu, secara
tunak menghimpun kisah-kisahnya yang cukup menggelikan
hati.
16. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xvi
Tradisi melucu ini juga terdedah di belahan duniayang
lain dalam rentang waktu yang panjang. Socrates, konon,
justru penggemar tertawa. Bahkan Socrates memanfaatkan
sense of humor secara sangat menakjubkan bahkan
mengharukan karena mengandung makna estetika luar biasa
luhur. Sementara muridnya, Plato, bersikap berlawanan
dengan Socrates. Plato mengatakan tertawa sebagai sesuatu
yang buruk dan destruktif, merendahkan dan merusak seni,
budaya, agama dan moral. Pendapat ini didukung Rene
Descartes yang melihat di balik tertawa tersembunyi unsur
kebencian dan kejahatan yang keji.
Dalam konteks pernyataan Plato ini, di negeri kita,
sejumlah orang telah terjerumus pada situasi yang tak
dikehendaki ketika terpeleset dalam melucu. Barangkali kita
masih ingat bagaimana sebuah grup lawak mahasiswa dari
UGM Yogyakarta belasan tahun silam menuai badai protes
dari pernuka Islam di Indonesia karena mempelesetkan
sepotong ayat Alquran yang berkaitan dengan larangan zina.
Mereka kemudian harus berhadapan dengan proses hukum.
Tradisi humor dunia secara kosmopolitan terus puia
beriangsung menurut tradisi dan kebiasaan di negara masing-
masing. Sebutlah sejumlah tokoh lawak terkemuka seperti
Charlie Chaplin dan Mr. Bean. Konon puia, Chaplin melalui
filem tersohornya, The Great Dictator benar-benar membuat
Adolf Hitler amat benci pada filem itu. Sebab, seluruh
tayangan filem itu hanya menertawakan obsesi politis dan
penampilan pribadi sang diktator.
Dalam bentangan dunia lucu yang berkembang sejak
lama, secara tak disengaja muncul dikotomi yang sangat
siginifikan antara 'lawak' dan 'humor'. Lawak lebih identik
dengan banyolan dan perbadutan yang lebih menonjolkan
penampilan fisik (physical humor). Di kubu itu, dapat
ditempatkan para pelawak seperti Charlie Chaplin dan Mr.
17. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xvii
Bean di pelataran dunia atau pelawak Si Kabayan, Bing
Slamet, Benyamin S, S. Bagio, Darto Helm. Miing dkk hingga
Mandra.
Di sisi lain, 'humor' lebih cenderung menonjolkan
kecerdasan mempermainkan logika pikiran yang
menimbulkan efek lucu bila dicerna lebih intens (smart
humor). Di belahan dunia, humor jenis ini banyak diperankan
para entertainer dan presenter yang mengolah kata secara
cerdas yanjg menimbulkan efek lucu di pihak audiens. Di
deretan ini, Indonesia punya Warkop OKI, Rudy Badil, dan
sederetan pengikutnya di belantara dunia hiburan. 'Humor
cerdas' kemudian memang banyak dianut oleh sejumlah
pengarang, kolomnis dan presenter kita seperti M. Kasim
(terkenal dengan kumpulan cerpen 'Teman Duduk1
), Soeman
Hs (terkenal dengan kumpulan cerpen 'Kawan Bergeluf),
Mahbub Junaidi, Harry Roesli, Mohamad Sobary, Taufik
Ismail, Emha Ainun Najib, Gus Dur, dan masih banyak lagi.
Di Riau sendiri, pasca Yung Dolah dan Soeman Hs,
kegemaran berhumor-ria dapat ditemukan dalam tulisan dan
aktifitas keseharian penyair dan dramawan Idrus Tintin.
novelis Edi Ruslan Pe Amanriza, kolomnis dan budayawan
Prof. Tabrani Rab, dan Prof. Muchtar Ahmad. Dalam
kerangka ini, saya ingin menempatkan Chaidir sebagai
pelanjut tradisi 'humor cerdas' di negeri kita.
Revolusi 'humor cerdas' di Indonesia memang
taktercatat pasti, kapan bermula. Namun, apayang dilakukan
Batara Sakti, yang menerjemahkan humor-humor politik dari
Negeri Rusia yang kemudian terbit dalam bentuk buku 'Mati
Ketawa Cara Rusia' memang boleh dikatakan menjadi
penggairah munculnya 'humor cerdas' di tanah air. Buku ini
memberikan inspirasi bagi terbitnya buku-buku sejenis yang
mengangkat cerita humor dari berbagai negara dan daerah
lokal seperti Mati Ketawa Cara Madura atau Batak atau Jawa.
18. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xviii
Bahkan, seorang Jawa tulen yang bernama Sidik
Jatmika_aktifis radio swasta dan dosen di Yogyakarta_yang
sempat 'jatuh cinta' pada budaya Melayu menerbitkan
kumpulan anekdot 'Lagak Wong Melayu di Yogya' tahun
2002.
Humor politik memang nyatanya mepjadi pilihan yang
tak terelakkan bagi para pemikir yang kritis untuk mengkritisi
konstelasi politik yang berlangsung. Seperti sebuah
penggalan humor dari Rusia. Seorang pasien yang jelas sakit
gigi, saat diperiksa oleh seorang dokter justru bukan bagian
mulutnya melainkan anusnya. Alasannya sederhana: di Rusia
waktu itu, orang-orang dilarang buka mulut. Cerita senada,
dapat dirasakan ketika Indonesia dinyatakan sebagai negara
terkorup nomor urut 6 di dunia. Menurut bisik-bisik tetangga,
semula Indonesia justru menempati urutan nomor 3, tetapi
karena pintar menyogok, maka nomor urutnya dapat digeser
ke belakang.
Centa-cerita humor yang disajikan Chaidir dalam buku
ini mayoritas terbilang 'humor cerdas'. Orang harus
membacanya dengan intensitas dan imajinasi bilatak ingin
kehilangan momentum untuk tergelak-tawa. Semula saya
curiga, kaiau kumpulan ceriia humor ini hanya bersifat kolase
belaka atau cuplikan-cuplikan folklore moderen yang populer
di tengah masyarakat meskipun didedahkan dengan judul
yang penuh nilai autokritik: Menertawakan Chaidir. Tapi,
setelah menyelaminya, Chaidir justru mengangkat
pengalaman empirik diri dan keluarga serta koleganya
sesama anggota legislatif meski sering disamarkan dengan
menghadirkan 'invicible man' seperti wartawan dan
mahasiswa atau sosok lain.
Keberanian Chaidir untuk mengkritisi diri dan kolega
yang dikemas dalam bancuhan aroma politik patut dipuiikan.
Apalagi sifat dasar manusia Indonesia yang sudah terkenal di
19. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xix
seluruh dunia, amat berat bila untuk disalahkan atau
mengakui kekurangan sendiri. Konon, dulunya, dalam suatu
rehat acara konferensi internasional di Amerika, tiga orang
delegasi masing-masing dari Amerika sendiri, Perancis, dan
Indonesia, berbinang informal. Tahu-tahu, entah siapa yang
memulai. ketiga serentak mencium bau busuk (bersumber
dari buang anginlah, kira-kira). Si Amerika langsung buka
mulut: "Excuse me. I don't know..what happenl". Disusul pula
oleh Si Perancis -"Pardon me...sorry for bad smelt. Giliran Si
Indonesia bilang begini : "Oh..not me..not me! Really, not me"
Sikap apologistik semacam itu jelas tak tarkesan di
dalam cerita-cerita humor Chaidir. Bahkan, ia tak segan-
segan mengungkapkan aspek keluguan ('keculunan' semasa
mahasiswa), salah ucap—slip of the tounge - para koleganya
sesama legislatif biik dalam suasana formal maupun informal
atau pengalaman empirik di rumah tangganya yang cukup
menghibur bila dicerna sebagai informasi yang berisi
pengakuan yang menggelikan. Tapi, itulah Chaidir yang
banyak membaca, bergaul, dan menimba pengalaman
empirik dari berbagai belahan mancanegara dan daerah yang
kaya dengan muatan lokal.
Humor-humor yang direkam Ghaidir baik yang terlahir
dari mulut dan pikiran sendiri atau suasana sekitarnya
memang sangat didominasi oleh peristiwa-peristiwa lucu
semasa memerankan diri menjadi anggota legislatif. Sebutlah,
soal pertanyaan pada dirinya yang 'dokter hewari' tapi justru
berkarir sebagai Ketua DPRD. Chaidir secara cerdas berkilah:
"Jangankan memirnpin orang, memimpin hewan yang tidak
bisa diajak berdialog saja saya bisa. Waktu kuliah dulu, saya
belajar ilmu tingkah laku hewan."
Cerita Chaidir soal salah kamar dalam suatu kunjungan
kerja ke Yogyakarta, patut dibaca dengan perasaan berdebar.
Pasalnya, rombongan jadi heboh saat Chaidir disatukamarkan
20. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xx
dengan Ellydar Chaidir (anggota legislatif yang lain) sesama
Komisi D. Padahal, panitia hanya menafsir-nafsir sendiri kalau
Ellydar Chaidir itu punya hubungan suami-isteri dengan
dirinya yang bernama keluarga (family name) Chaidir. Begitu
pula soal namanya yang singkat saat ditanya delegasi dari
negara lain. Lagi-lagi Chaidir secara piawai menjawab : "Di
Indonesia, justru nama-nama yang singkat itu yang jadi
Presiden...sebutlah Soekarno dan Soeharto.."
Chaidir memang kaya ide yang terlahir dari peristiwa
keseharian yang tak mustahil bisa diblow up sedemikian rupa
agar punya nilai humor yang patut dibaca dan dicerna. Tapi,
sesuogguhnya, tak semua orang punya kemampuan setunak
itu. Apalagi, dalam perbincangan formal atau dialog, justru
Chaidir tak terlalu dominan mewarisi akal-akalan 'Yung Dolah'
yang sangat populer di Riau ini. Sekadar menyanding,
bagaimana suatu kali Yung Dollah saat sampai di puncak
pokok kelapa, kesulitan untukturun. Yung memang tak
kehabisan akal. "Untunglah, Yung tengok di bawah sana 'tu,
ada tangga. Lalu Yung ambil dan turunlah Yung baik-baik...".
Sekali lagi: logika kontradiktif begitu lancar bermain dalam
humor cerdas ini.
Humor politik memang lebih dominan muncul di
negara-negara dengan faham diktator, tertutup. Tirani atau
monoiitik kekuasaan. Bahkan, humor politik itu diselundupkan
ke luar negeri agar bisa disebarluaskan menjadi wacana
dunia. Memang tak ada istilah 'menepuk air di dulang' bagi
para kelompok reformis. Realitas ini juga tak menutup
kemungkinan bermunculannya humor-humor politik sebagai
folklore moderen yang sambung-menyambung dari mulut ke
mulut.
Apa yang terjadi di Filipina pada masa pasca Marcos
berkaitan humor politik yang cerdas ini? Konon, menurut Jaya
Suprana, di negara itu, humor tentang neraka pernan begiiu
21. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xxi
popuier. Diceriiakan, neraka dijadikan sebagai obyek wisata.
Di sebuah kawah panas dan menggelegak yang menganga,
Iblis yang menjadi pemandu wisata membawa rombongan
wisatawan mancanegara sambil menceritakan apa yang
terlihat di kawah neraka itu. Satu per satu penghuni neraka itu
diperkenalkan. "Itu Menteri Sosial!" kata Iblis yang ternyata
terbenam sampai lutut saja. "Kalau yang itu, Menteri
Perdagangan," sambil menunjuk pada sosok yang terbenam
sampai dada. Selanjutnya, "Kalau yang itu, Menteri Keuangan"
yang terlihat terbenam sampai hidung. Dan terakhir, rombongan
wisatawan melihat sesosok yang berdiri di tempat yang dangkal
dan terbenam sampai tumit saja. "Kalau itu, siapa?" tanya
rombongan. Iblis langsung menjawab, "Oh, itu Ferdinand
Marcos...". Para rombongan terheran-heran, kenapa Marcos
tidak terbenam lebih dalam? Secara spontan, Marcos menjawab
:"Sssst...saya berdiri di atas kepala Imelda.."
UU Hamidy, pernah membuat alur perkembangan cerita
lucu (tanpa membedakan lawak atau humor_dengan tokoh
penggagasnya di Riau yang dimulai dari Yung Dolah - Soeman
Hs - Idrus Tintin - Semekot (Fachri dan Udin). Boleh jadi, Chaidir
akan memperpanjang barisan pencinta humor di tanah air
khususnya di Riau. Bila, indonesia pernah punya tokoh humor
ierkencii seperti Arwah Setiawan yang mendirikan Lembaga
Humor Indonesia (LHI) yang sekaligus menerbitkan Majalah
Humor secara bulanan di era 1980-an. Maka di Riau
sebenarnya, tokoh intelektual dan budayawan, Muchtar Ahmad,
Tabrani Rab, dan Tengku Dahril, bersama saya_di deretan
angkatan muda waktu itu_ pada tahun 1982 menggelar
pertamakali Lomba Lawak se Riau yang menjadi debut
munculnya Semekot Grup yang diawaki oleh Fachri dan Udin.
Dan Semekot Grup masih saja melanjutkan tradisi ini setelah
malang-melintang di kancah nasional dan lokal.
Dalam rentang waktu yang sama, saya bersama
budayawan Husnu Abadi pernah menggoda Pak Muchtar
22. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xxii
Ahmad untuk mendirikan Lembaga Humor Indonesia Cabang
Riau. Upaya ini gagal ketika Pak Muchtar merasa jabatannya
sudah terlalu banyak waktu itu. Seperti sindirannya pada Pak
Tabrani: "Barangkali organisasi yang belum dimasuki Pak Tab
tinggal PARFI -PersatuanArtis Filem Indonesia..."Obsesi itu
pun diraih Pak Tabrani juga saat menikahi artis filem
Indonesia, Alicia Johar.
Pak Chaidir, bersediakah Anda menjadi Ketua
Lembaga Humor Indonesia (LHI) Cabang Riau? Jabatan ini
mudah diraih tak sesulit menjadi Wakil Gubernur lho. ...!***
* Fakhrunnas MA Jabbar adalah Dr (HC) -Humoris Causa-, peminat
masalah humor.
23. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xxiii
Sekapur Sirih Penulis
TERTAWALAH SEBELUM
DITERTAWAKAN
SUATU siang di Melaka, Malaysia, saya membeli buku
"David Beckham Jokes Book", sebuah kumpulan humor
tentang David Beckham. Buku itu memuat anekdot-anekdot
David Beckham bersama istrinya yang baru hijrah dari Inggris
ke Madrid, Spanyol.
Buku itu dibaca anak saya, kemudian dipinjam
temannya, kemudian dipinjam. lagi oleh temannya teman
anak saya, lalu teman-temannya tersebut meminjamkan lagi
kepada teman-temannya, sampai buku tersebut tak terlacak
lagi. Raiblah.
Saya masih ingat salah satu anekdot dalam buku itu.
Suatu hari, ketika baru pindah ke Madrid, David Beckham
bersama istrinya masuk ke restoran Spanyol, ingin mencoba
masakan khas setempat. David memesan satu menu yang
agak aneh, satu porsi untuk berdua. Tak lama kemudian
makanan yang dipesan datang, dua bulatan masing-masing
sebesar telur bebek.
"Apa ini?"tanya David.
"Itu torpedo banteng yang kalah dalam pertandingan
melawan Matador," kata pelayan. Mereka pun bersantap.
"Ternyata enak," komentar David Beckham.
Beberapa hari kemudian David bersama istrinya
kembali ke restoran yang sama dan memesan menu yang
sama. Mereka berdua kembali menyantapnya. Setelah
makanannya habis,
David Beckham memanggil pelayan dan bertanya,
"Kenapa torpedo kali ini ukurannya lebih kecil?"
Dengan tenang pelayan menjawab, "Kadang-kadang
yang kalah bukan bantengnya, tapi matadornya,Tuan!"
24. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xxiv
Terinspirasi oleh "kekalahan" David Beckham tersebut,
saya berfikir bukankah saya juga memiliki banyak kekalahan
sejenis, kisah-kisah singkat yang agaknya menarik untuk
diceritakan, atau ditertawakan?
Seorang dokter hewan yang terdampar di belantara
politik tentulah menarik untuk ditertawakan, atau
menertawakan diri. Karena jtulah, agaknya, suatu kali Prof.
DR Muchtar Ahmad, Rektor Universitas Riau, suatu kali
mengatakan, ' Dokter Hewan Chaidir ini bisa menjadi apa saja
kecuali menjadi Dokter Hewan!"
Ketika pada 1999 PDIP, partai politik yang berlambang
banteng gemuk itu, memenangkan pemilu, saya (yang dari
Golkar) menemukan sebuah anekdot tentang keberadaan
saya di panggung politik: banteng-banteng itu memerlukan
seorang dokter hewan agar tetap sehat.
Ketika hal ini saya sampaikan dalam beberapa
sambutan tidak resmi, responsnya positif sebagai ice
breaking, hadirin tertawa dan saya pun lega karena kawan-
kawan dari PDIP tidak tersinggung.
"Untung Papa dokter hewan, bukan dokter orang," kata
anak saya suatu malarn ketika pulang dari praktek dokter
untuk berobat.
"Kenana?" tanya saya: heran, "Karena. kalau Papa
dokter orang, kasihan, prakteknya sampai jauh malam,"
jawabnya tanpa dosa.
Anak saya tentu benar, dia tidak tahu kalau praktek
dokter itu ibarat mesin uang. Papanya tidak praktek, tapi kan
tidak punya mesin uang.
Tidak seluruh anekdot dalam buku ini merupakan kisah
nyata. Beberapa di antaranya dielaborasi dari keadaan sehari-
hari karena terdorong ingin menertawakan diri sendiri.
Interaksi dengan para wartawan dan mahasiswa cukup
banyak memberikan inspirasi karena, dalam kapasitas
25. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xxv
sebagai Ketua DPRD Riau, saya harus selalu berhubungan
dengan kelompok tersebut. Interaksi dengan kelompok
wartawan dan mahasiswa bolehlah disebut "ngeri-ngeri
sedap".
Betapa tidak. Sedikit saja pernyataan saya
melengkung, besoknya langsung dimuat sudah dalam
keadaan terpelintir habis. Biasanya wartawan dengan enteng
akan bilang, bahwa itu diubah oleh redaksi. "Maaf, Bang,"
kata mereka. Dalam hati saya berkata, entah buaya entah
katak, entah iya entah tidak. Tapi ya sudah lantaklah.
Wartawan mau dilawan?
Lain wartawan lain mahasiswa. Mahasiswa sering kali
minta waktu untuk mendiskusikan sesuatu dengan serius, dan
diskusi panjang lebar itu biasanya ditutup dengan menu khas:
sehuah proposal ringan.
Jurus paling ampuh keJompok mahasiswa yang
membuat saya sering bertekuk lutut dan tersenyum dalam hati
adalah, "Kami tidak minta solusi kepada lembaga, Bang, kami
minta solusi kepada abang pribadi." Kalau sudah begini, saya
pun menyerah, tak penuh ke atas, tak penuh ke bawah.
Kepada siapa lagi mereka bermanja-manja minta "solusi"?
Terus terang, keluarga di rumah sangat mendukung,
sehingga suasan selalu ceria penuh humor. Suatu ketika
handphone saya mengalami gangguan, secara kebetulan
masalahnya sama dengan handphone istri saya.
Tanpa fikir panjang kami membawanya ke tukang
reparasi handphone, dan hanya satu menit permasalahannya
teridentifikasi. Gangguan ternyata bukan pada pesawat
handphone Anda, tapi pada rekening yang belum dibayar.
"Kasihaaaan deh lu," kata isteri saya sambil menggoyang jari
telunjuknya.
Saya kemudian digiring makan pecal lele di warung,
saya tak dapat menolak karena sang istri mengancam, kalau
26. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xxvi
tidak mau makan pecal lele, dia akan beberkan kepada
wartawan bahwa ketua tidak punya uang untuk membayar
rekening handphone. Jurus yang sama kemudian digunakan
pula oleh mertua untuk menertawakan sang Ketua yaag suatu
ketika ketinggalan pesawat sehingga gagal terbang.
"Lain kali kita beli pesawat terbang," kata saya.
Secepat kilat sang mertua mengeluarkan jurus
pamungkas, "Jangan banyak omong, diberi jeep Volvo saja
tidak berani, apalagi beli pesawat terbang."
"Kalau diberi mentahannya, saya mau," kilah saya tak
kalah cepatnya. Kami pun tertawa berderai-derai.
Judul kumpulan anekdot ini sengaja saya pilih
"Menertawakan Chaidir", saya fikir itu lebih sesuai daripada
"Menertawakan Wartawan", apalagi "Menertawakan
Mahasiswa". Takuuut. Yang bisa menertawakan mahasiswa
itu hanya dosen.
Bukankah ada pemeo, mahasiswa takut sama dosen,
dosen takut sama rektor, rektor takut sama menteri, menteri
takut sama presiden, dan presiden takut sama mahasiswa?
Karena itu, saya kira, lebih baiklah saya menertawakan diri
sendiri sebelum ditertawakan orang. Tapi, kalau dengan
membaca buku ini orang lain ikut tertawa, tertawalah sebelum
tertawa itu dilarang oleh pemerintah karena dicurigai sebagai
menertawakan.
Dengan selesainya buku ini, saya harus ucapan terima
kasih kepada Tuan Fakhrunnas MA Jabbar, budayawan dan
komedian Riau yang telah memberikan kata pengantar cantik
sekali, bahkan kata pengantarnya lebih penuh humor
daripada isi bukunya sendiri. Saya jadi ragu, apakah Tuan
Fakhrunnas ini budayawan yang pelawak atau pelawak yang
budayawan. Tapi tak apalah. Gus Dur pun pernah
mengatakan dalam suatu bincang-bihcang televisi dengan
27. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
xxvii
Jaya Suprana, bahwa karena dia pelawak maka dia dipilih
oleh MPR menjadi Presiden RI.
Ucapan terima kasih yang tulus juga saya sampaikan
kepada Hang Kafrawi, yang telah bertungkus lumus mengedit
dan memberikan polesan di sana-sini, dan tentu saja ucapan
terima kasih saya peruntukkan pula bagi Yayasan Pusaka
Riau yang telah lama berada dalam penantian dengan penuh
kesabaran untuk menerbitkan buku ini.
Dan, last but not least, kepada rekan-rekan wartawan
dan mahasiswa, saya harus menyampaikan ucapan terima
kasih atas dukungan kritis yang telah diberikan, dukungan
yang telah memberikan kehati-hatian bagi saya dalam
bersikap. Saya merasakan kita selama Ini saling menghargai
posisi masing-masing yang sebdnarnya hanya beda-beda
tipis. Dalam fungsi kontrol kita sama. Bedanya, selaku Ketua
DPRD Riau, saya dibelikan jeep Volvo tapi saya tolak,
sementara wartawan dan mahasiswa saya yakin menolak
juga, tapi tidak ada yang membelikannya.
Wassalam..
Pekanbaru, Agustus 2005
28. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
1
Tingkah Laku
DALAM sebuah dialog, seorang mahasiswa yang usil bertanya
kepada Chaidir. "Apa kiat Abang dalam memimpin DPRD, sebab
selama ini Abang hanyateruji mengurus hewan?"
Mendapat pertanyaan seperti itu, Chaidir tak hilangakal.
"Jangankan memimpin orang, memimpin hewan yang tidak bisa diajak
berdialog saja saya bisa," katanya dengan senyumnya yang khas.
Makin penasaran, si mahasiswa kembali bertanya, "Sekarang
Abang kan tidak memimpin hewan lagi, tapi manusia?"
Mendengar pertanyaan itu, senyum Chaidir bertambah mekar.
"Adinda," katanya, "waktu kuliah dulu, saya belajar ilmu tingkah laku
hewan. Bukankah sekarang banyak manusia yang meniru tingkah laku
hewan, ye tak?
29. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
2
Dokter yang Hewan
GELAR bisa membuat orang bangga, tapi kadangkala juga
ternganga. Mau bukti?
Ketua DPRD sebelum Chaidir, Darwis Rida Zainuddin, Selalu
bercanda bila memperkenalkan
30. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
3
Chaidir dalam suatu acara. Mungkin maksudnya untuk
mencairkan suasana.
"Ini Chaidir," kata Darwis Rida memperkenalkan pada khalayak
ramai. "Dia dokter yang hewan, ...eh, salah, hewan yang dokter."
"Alamaaak," kata Chaidir. "Keduanya sama saja."
31. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
4
Asal Jangan Amplopnya
DALAM satu acara resmi Chaidir, sang Ketua DPRD Riau, tanpa
ragu duduk di kursi yang disediakan panitia untuk Wakil Gubernur.
Wan Abu Bakar, Wakil Gubernur Riau, langsung duduk di kursi berlebel
Ketua DPRD Riau.
Melihat kejadian ini, para hadirin kontan tertawa. Mungkin,
dalam benak para hadirin tersembunyi kalimat, "Tak jadi Wakil
Gubernur tidaklah, yang penting bisa duduk di kursi Wakil Gubernur."
32. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
5
Sebelumnya Chaidir dan Wan Abu Bakar bersaing
memperebutkan jabatan Wakil Gubernur, dan pemenangnya adalah
Wan Abu Bakar. Selesai acara, Chaidir mendekati Wan Abu
Bakar.Dengan bercanda Chaidir berkata: "Pak Wan, tidak apa-apa
tempat duduk kita bertukar, ya? Yang penting bukan amplopnya."
33. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
6
Interupsi-lnstruksi Hihihi
TERNYATA beda DPR atau DPRD masa reformasi, dibandingkan
dengan masa sebelumnya, tak hanya pada keanggotaannya yang lebih
bervariasi, tapi juga pada kenekatannya.
34. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
7
Dulu jarang terjadi interupsi, karena dapat dianggap mengganggu
keiertiban. Sekarang interupsi menggebu bertubi-tubi.
"Interupsi! Interupsi," kata yang satu.
"Instruksi! Instruksi," kata yang lain.
Chaidir, selaku pemimpin rapat, secara bercanda mengingatkan:
"Interupsi atau instruksi?"
Peserta yang "Instruksi" dengan tangkas menjawab:
"Ya, maksud saya, ya seperti itu, sama saja to"
35. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
8
Banyak Ketua
SUATU kali dalam acara di PWI, berkumpullah para ketua. Ada
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, ada Ketua Umum Dewan Kesenian
Riau, ada Ketua Dewan Koperasi, ada Ketua Dewan Pers, ada Ketua
Lembaga Adat, Ketua Forum Komunikasi, KeJua PWI, Ketua IPWI,
Ketua Wartawan Reformasi, Ketua Laskar dan sebagainya.
Wartawan I : “Wah, ketua-ketua berkumpul semua Nih”
Wartawan II : "Jadi mudah kita cari berita,kan?'
Wartawan I : "Ya betul, tapi yaiig paling penting,
pertanyaannya adalah; apa perbedaan
antara ketua-ketua ini?"
Wartawan II: "Gaya bicara, gaya duduk, gaya
makan, dan...
Belum selesai wartawan II bicara Chaidir menukas: "Pasti gaya
pendapatannya beda, kan?"
Wartawan I dan II : "Ah, Bang Chaidir tahu aja."
36. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
9
Plesetan Terhormat
ANGGOTA dewan ternyata suka memplesetkan kata. Contoh:
Interupsi dipelesetkan menjadi instruksi. Kontribusi menjadi
konstribusi. Retribusi dipelesetkan menjadi restribusi. Stake holder
diplesetkan menjadi stick holder. Proposal diplesetkan menjadi
praposal. Faitaccomply (seharusnya dibaca feta kompli), tapi dibaca
feta conflict
Seorang wartawan berbisik sambil menyindir ketelinga Chaidir:
Wartawan : "Diplesetkan atau tidak tahu, Bang?"
Chaidir : "Ssssstt..diam, biarkan sajalah."
Wartawan : "Kok dibiarkan?"
Chaidir : "Kan anggota dewan yang terhomat?"
Wartawan : "Ooo...ho,ho."
37. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
10
Bukan Gedungnya
DPRD Provinsi Riau pindah dari gedung lama ke gedung baru
yang megah. Gedung baru ini bahkan disebut-sebut sebagai gedung
DPRD termegah di Indonesia. Tentu saja banyak orang, terutama
wartawan, yang mau tahu rasanya "mendiami" gedung mewah itu.
Seorang wartawan dengan iseng bertanya kepada Chaidir.
Wartawan : "Bang, bagaimana rasanya berkantor digedung baru?”
Chaidir : "Sama saja, yang penting keberpihakannya
Wartawan :"Bukan Bang, yang pentingkan amplopnya."
Chaidir : "Ah, itu kan kalian."
Ganti sang wartawan merasa tersentak.
38. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
11
Gara-gara Mien Uno
PADA suatu ketika, beberapa anggota DPRD Riau terlihat
berpenampilan rapi dan bergairah,
serta banyak senyum. Melihat perubahan itu, Chaidir jadi heran, dan
kemudian nyeletuk:
Chaidir : "Tumben nih, ada apa gerangan?"
Anggota : "Ada perubahan di rumah. Service
meningkat, pelayanan optimal, sang
orang rumah happy, banyak senyum/'
Chaidir : "Mungkin karena gajinya utuh?"
39. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
12
Anggota : "Setiap bulan juga utuh, Ketua."
Chaidir : "Wah, jangan-jangan ada Sephia
(sambil tertawa ngakak)."
Anggota : "Lho, Ini 'kan gara-gara Ketua."
Chaidir : "Lho! Kok saya."
Anggota : "Gara-gara Pak Ketua mengadakan
kursus kepribadian Mien Uno, semuanya
jadi berubah deh."
Chaidir : "Oohh......"
40. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
13
Senyum-senyum Sendirian
CHAIDIR merasa sedikit aneh, sebab ada perubahan pada
istrinya. Sekarang istri tercinta suka dandan, senyum-senyum. Tidak
hanya itu,
41. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
14
mengantarkan ke pintu dengan mesra bila berangkat ke kantor dan
menunggu di meja makan. Pokoknya, pelayanan memuaskan. Usut
punya usut, ternyata itu disebabkan pelajaran kepribadian dari Mien
Uno.
Perubahan positif itu membuat Chaidir mengangguk-angguk,
"Wah hebat juga Mien Uno ya? Tapi kalau nanti istriku senyum-
senyum sendirian, aku akan tuntut Mien Uno!"
42. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
15
Kata Kunci
MERASA ketagihan dengan pelayanan istri yang meningkat
setelah mengikuti kursus kepribadian Mien Uno, Chaidir menggunakan
kata kunci 'Mien Uno' untuk segala keperluan setiap hari. Ketika
makan, Chaidir cukup mengatakan "Mien Uno - Mien Uno," maka sang
istri duduk dengan manis mendampingi. Ketika akan berangkat ke
kantor, "Mien Uno - Mien Uno," sang istri pun memberikan ciuman di
pipi kiri-kanan.
Sang nyonya kemudian memperingatkan, "Awas! Jangan
gunakan kata kunci itu di tempat tidur."
43. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
16
Menu Demo
REFORMASI tanpa sengaja telah membuka suatu lapangan
pekerjaan baru, yakni demonstrasi. Konon demonstran bisa dipesan,
minta jumlah berapa, 1.000,2.000, atau 10.000 orang? Tingkat
kebrutalannya pun bisa disesuaikan, yang biasa atau istimewa.
Menu biasa? Hanya sekadar membawa poster sambil teriak-
teriak. Kalau menu istimewa? Pakai telur busuk, pakai lempar batu,
atau samoai berkelahi dengan aparat. Semua menu itu ada tarifnya.
Suatu ketika menghadapi demonstran di DPRD, Chaidir berbisik
kepada aparat petugas. "Ini "pasukan" bayaran atau bukan? Pakai
menu apa mereka?"
Petugas : "Jangan khawatir, Pak. Menunya sudah disesuaikan
dengan potensi daerah. Paling-paling yang dilemparkan itu belacan,
kepala patin, taik minyak, atau sawit busuk......"
44. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
17
Senyum Ketua
DALAM pemilihan kepemimpinan daerah, Chaidir kalah
memperebutkan posisi Wakil Gubernur Riau. Namun, Chaidir tetap
tersenyum diwawancarai stasiun televisi. Tentu saja banyak Orang
bertanya-tanya. Salah seorang dari mereka berkomentar, "Apa bisa
sekali-sekali Ketua ini tidak senyum? Jangan-jangan ketika sendirian
pun dia tetap senyum. Wah, bisa gawat, ni."
Chaidir hanya menanggapi komentar itu dengan...senyum.
Suatu kali, dengan penasaran, seorang wartawan bertanya
kepada Chaidir, "Kapan sih Anda tidak senyum?"
Masih dengan senyum, Chaidir menjawab, "Senyum saya
hilang ketika wartawan menagih iklan." Sekarang gantian wartawan
yang mengulum senyum.
45. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
18
Politisi Busuk
MENJELANG pemilu, sebutan "politisi busuk" menempati
urutan teratas yang diucapkan oleh masyarakat Indonesia. Demikian
populernya istilah "politisi busuk" itu, banyak masyarakat menuntut
agar politisi busuk jangan dipilih. Seorang wartawan akhirnya
memutuskan untuk mewawancarai Chaidir. Wartawan : "Bang, apa
gerangan tanda-tanda politisi busuk?"
Chaidir : "Ah, macam tak tahu saja, itu ...politisi yang tak
pernah mandi"
Wartawan : "Seriuslah, Bang." Chaidir berubah serius.
Chaidir : "Baik. Pertama, kalau berkata dia bohong. Kedua,
kalau berjanji dia ingkar. Ketiga, kalau dipercaya dia khianat. Keempat,
dia tak tahu kalau dia busuk."
Wartawan : "Lho?"
46. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
19
Rahasia Politisi Busuk
Di Tengah kerumunan wartawan, Chaidir dengan serius
berujar: "Politisi busuk ternyata tidak bisa menyimpan rahasia."
Mendengar perkataan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah itu, para wartawan semakin mendekat, dan antusias mencoba
mengorek pernyataan sang Ketua.
Wartawan I : "Mengapa begitu kesimpulannya, Ketua
Wartawan II : "Ya, Bang. Harus ada kriteria yang jelas."
Dengan senyum Chaidir menjawab : "Karena sepandai-pandai
menutupi rahasia, tetap tercium baunya."
Para wartawan : "Ah, Abang, bisa aja."
47. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
20
Bobot Tak Bobot
SEORANG teman dekat yang sudah lama tak berjumpa
menyapa Chaidir. "Ini dia, ketua DPRD yang tidak berbobot."
Chaidir terkejut. Dengan tenang ia kemudian menanggapi,
"Low profile sajalah."
"Kamu jangan marah dulu, Dir. Maksudku, sudah jadi Ketua,
kok tetap saja kurus. Gendutkan lagi dong, supaya bobotnya
48. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
21
bertambah, seperti perutku ini (kawan Chaidir memegang perutnya
yang memang aduhai buncit)."
Chaidir membalas telak, "lyelah, kalau Awak tu makan banyak,
larinya ke perut, kalau aku makan banyak, larinya ke otak."
49. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
22
Pantang Tak Hebat
DIAM-diam para wartawan yang bertugas di gedung DPRD
ternyata mengamati tingkah-polah anggota dewan. Setiap kali mereka
menemukan keganjilan, mereka selalu memberi komentar. Suatu
ketika, kebetulan Chaidir mendengar obrolan mereka.
Wartawan I : "Ada anggota DPRD seleb, penampilannya bak
selebritis."
Wartawan II : “Ada amggoya DPRD pakar penampilannya
seperti profesor."
Wartawan III : "Itu belum hebat. Ada anggota DPRD siluman,
lebih banyak menghilang daripada munculnya.
Wartawan I : "Ada juga anggota DPRD PTH.... Mendengar
istilah yang agak asing itu, dengan penasaran, Chaidir menyeletuk:
"Lho, apa pula itu?"
Wartawan : (serentak) "Pantang Tak Hebat.... hahaha..."
Chaidir : "Maksudnya?" (Chaidir tambah heran)
50. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
23
Wartawan : "Kalau berdebat, jangankan kalah, drawpun dia
tak mau."
51. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
24
Lebih Hebat Telur Busuk
ISENG-iseng, seorang wartawan bertanya kepada Chaidir, "Apa
beda politisi busuk dengan telor busuk, Bang?"
Dengan santai Chaidir menjawab:
"Telor busuk bisa digunakan untuk melempar politisi busuk,
sedangkan politisi busuk tak bisa digunakan untuk melempar telor
busuk."
52. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
25
Kurang SDM
HARI-hari terakhir sebelum usai masa jabatan sebagai anggota
DPRD, Chaidir berbincang-bincang santai dengan para wartawan.
Seorang wartawan nyeletuk.
Wartawan : "Bang, dalam pengamatan kami-kami wartawan, SDM
Abang yang paling kurang di antara anggota dewan."
Mendengar pernyataan itu, Chaidir bertanya serius, "Apa kriterianya
sehingga kalian sampai pada kesimpulan seperti itu?"
53. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
26
Wartawan : "Ya, SDM itu kependekan dari Siapkan Diri Masing-
masing menghadapi pensiun. Dalam hal ini Abang yang paling
kurang.... hahaha."
Chaidir : "Kalau begitu, Abang kalah kosong-satu."
54. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
27
Pesawat Tak Dapat Mendarat
KARENA sudah lama tidak mengunjungi Siak Sri Indrapura,
seorang teman menawarkan berangkat ke sana dengan menggunakan
pesawat terbang agar lebih cepat. Tentu saja Chaidir terheran-heran,
sebab selama ini ia tidak pernah dapat kabar bahwa ada pesawat
terbang ke Siak.
Chaidir : "Eh, ke Siak sekarang sudah ada pesawatnya,
ya?"
Teman Chaidir: "Pesawatnya ada, tapi tempat
mendaratnya tidak. Kecian deh lu
55. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
28
Kelas Eksekutif
DALAM pesawat terbang dari Pekanbaru menuju Jakarta,
Chaidir bertemu seorang teman. Terjadilah percakapan akrab.
Teman : "Anda kan anggota legislatif, kenapa terbang naik
kelas eksekutif? Harusnya kelas legislatif juga, kan?"
Chaidir : "Semestinya begitu, tapi pesawat ini dibuat sebelum
otonomi daerah, jadi wajar kalau tidak ada kelas
legislatif."
56. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
29
Penguasa Pengusaha
SUATU waktu, terjadi perdebatan ringan, antara Chaidir dan
seorang pengusaha. Perdebatan ringan itu bertema "Mana enak, jadi
pengusaha atau penguasa".
Pengusaha: "Jadi penguasa itu enak. Semua bisa diminta, dan
semua bisa diperintah sesuai dengan kemauan."
Chaidir : "Lebih enak jadi pengusaha, uang banyak semua
bisa dibeli."
Tahu-tahu ada wartawan menyeletuk.
Wartawan : "Yang paling enak jadi penguasaha, penguasa yang
pengusaha. Di dunia kaya raya, di akhirat masuk sorga."
57. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
30
Tanda Legislatif dan Eksekutif
SEKARANG masyarakat tidak usah pusing tujuh puluh tujuh
keliling untuk menentukan mana anggota legislatif, mana eksekutif,
sebab Chaidir menemukan jawabannya. Mautahu?
Menurut Chaidir, perbedaan anggota legislatif dan eksekutif
ternyata bisa dilihat dari anggota tubuhnya. Anggota legislatif
umumnya memiliki telunjuk yang panjang, karena terlalu sering
mengacungkan tangan untuk interupsi. Sedangkan anggota eksekutif
pada umumnya bertelinga panjang, karena terbiasa mendengar
ocehan anggota legislatif.
Ada yang mau membantah?
58. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
31
Sedan atau Oplet
Dl SUATU pertemuan, terjadi tanya-jawab santai antara Chaidir
dan wartawan.
Wartawan : "Andaikan Anda diminta memilih, naik mobil Mercedes
tapi sopirnya dungu, atau naik oplet tapi sopirnya
cerdas Mana yang Anda pilih?
Chaidir : "Kalau milih, ya aku pilih naik Mercedes, tapi sopirnya
cerdas dan cantik".
Wartawan : "Wah payah, pilihannya saja sudah salah, ditambah
cantik lagi, itu jelas errrrrrrrror Pak."
Chaidir : "Lho, yang error itu saya atau Anda?"
59. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
32
Kerja 24 Jam Sehari
ANGGOTA Dewan itu bekerja 24 jam sehari. Sampai tengah
malam pun, di rumahnya, dia masih harus menerima tamu yang
menyampaikan berbagai macam aspirasi dan proposal. Lantas, kapan
istirahatnya? Istirahatnyajuga24 jam kalau mau, sebab tidak ada
atasan yang bakal memarahi. Cuma honornya dipotong. Mau pilih
mana?Ayo...
60. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
33
Jadi Ketua Wartawan
PEMILIHAN umum legislatif 2004 telah usai, dan yang duduk di
gedung DPRD Riau pun akan berganti. Para wartawan sibuk mengorek
berita dari wakil-wakil yang tidak duduk lagi di DPRD Riau dan
meminta tanggapan mereka. Chaidir, Ketua DPRD Riau, pun tidak
lepas dari serbuan wartawan.
Wartawan : "Apa kegiatan Anda bila tidak lagi
menjadi Ketua DPRD?"
Chaidir : "Aku ingin jadi Ketua Wartawan
supaya tetap dipanggil Ketua."
Wartawan : "Tapi kan tidak ada uang sidangnya?"
Chaidir : "Itu bisa diatur. Uang sidangnya kita
minta kepada Ketua DPRD, enak kan?"
61. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
34
Riau Mengirim Uang
SUATU waktu, Chaidir mengikuti rapat koordinasi se-Sumatera
Bagian Utara di Medan, yang dipimpin oleh Mendagri dan Otda Prof.
Ryaas Rasyid. Semua hadir lengkap: Gubernur, Bupati/ Walikota dan
pimpinan DPRD se-Sumatera Bagian Utara (Aceh, Sumut, Sumbar dan
Riau).
Ketika sampai pada sambutan dan pelaporan, Ketua DPRD
Sumbar dengan bangga melaporkan dalam pidatonya bahwa setiap
bulan puluhan juta rupiah uang dikirimkan oleh perantau ke
negerinya, Sumatera Barat. Semua peserta bertepuk tangan. Ketika
tiba giliran pidato Ketua DPRD Riau, Chaidir, dengan lembut ia
menyampaikan, bahwa Riau tidak seberuntung Sumbar. Bila Sumbar
setiap bulan dikirimi uang oleh perantau, maka sebaliknya Riau,
puluhan bahkan ratusan juta rupiah uang dikirim perantau keluar Riau.
Peserta tetap bertepuk tangan. Riau. .. nngg alah nasibmu...
62. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
35
Salah Tidur
DALAM suatu kunjungan kerja Komisi D DPRD Provinsi Riau ke
Yogyakarta, Chaidir, selaku Ketua komisi ditempatkan satu kamar
dengan Ibu Ellydar Chaidir, SH, anggota komisi D. Ini baru ketahuan
setelah keduanya menuju kamar yang sama, padahal keduanya bukan
mukhrim. Chaidir heran dan cepat-cepat menghubungi protokol.
Chaidir : "Bagaimana ini, saya kok satu kamar dengan Ibu
Ellydar?"
Protokol : "Maaf, Pak, mereka salah sangka.
Mereka Kira Bapak dan Ibu suami-istri,
karena sama-sama ada nama Chaidir."
Mengetahui hal itu, anggota Komisi D yang lain ketawa sambil
bercanda. "Ya, nggak apa-apa, Mas, asal Bapak dan Ibu sama-sama
tidur..."
Chaidir pun segera menanggapi, "Kalau sama-sama tidur sih,
nggak apa-apa, Mas, tapi aktivitas sebelum tidur itu yang bahaya."
63. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
36
Siapa Mirip Siapa
H. ABDUL Gatar Usman, Kepala Kantor Wilayah Departemen
Agama Provinsi Riau, suatu kali mendapatkan pelayanan agak
istimewa saat berkunjung ke Batam. Petugas protokol dengan takzim
mengatakan, "Pak Ketua akan kami antar ke hotel, akomodasi Pak
Ketua sudah disiapkan."
Dalam kebingungannya, Gafar Usman menerima saja
pelayanan itu, sebab selaku mantan Ketua KNPI Provinsi Riau; dia juga
kadang kala dipanggil ketua. Masalahnya baru jelas ketika Chaidir,
Ketua DPRD yang asli, muncul di hotel dengan menggunakan taksi, dan
petugas protokol melongo. Gafar yang mirip Chaidir atau Chaidir yang
mirip Gafar...Salah seorang di antaranya pasti asli tapi palsu.
64. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
37
Serupa tapi tak sama
SEORANG staf menghubungi Chaidir untuk memberitahukan
jadwal ladies program.
"Wah kenapa pakai ladies program segala?" tanya Chaidir
heran.
"Ya Pak, semua istri siswa harus mengikuti ladies program"
"Siswa apa?" tanya Chaidir 'herman' (derajat heran yang lebih
tinggi).
“Pak Gafar, kan”.
"Bukan, kami serupa tapi tak sama!"
"Oo..alaah."
Seorang teman yang mendengarkan dialog itu berbisik kepada
Chaidir: "Bang, lebih baik Anda dibilang mirip suami orang daripada
istri Anda dibilang mirip istri orang."
65. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
38
Pengalaman Kawin
SEMENJAK menjabat Ketua DPRD Riau, Chaidir sering diminta
memberi nasihat perkawinan, padahal dia bukan kadi atau ahli
perkawinan. Mungkin saja hal ini sesungguhnya merupakan bentuk
penghargaan masyarakat, dan itu merupakan hal yang lumrah. Tentu
saja banyak orang bertanya kepada Chaidir, kira-kira apa pendapatnya
dengan permintaan tersebut.
Dengan tenang dan pasti dia menjawab, "Karena aku telah
berpengalaman," sambil tersenyum.
66. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
39
Beda DPRD dan Mahasiswa
DALAM salah satu pertemuan dengan mahasiswa, Chaidir
diminta memaparkan pandangannyatentang perbedaan dan
kesamaan antara DPRD dan mahasiswa. Dengan serius, Chaidir
mengurai pandangannya.
Chaidir : "Anggota DPRD dan mahasiswa sesungguhnya mempunyai
fungsi yang sama dalam hal pengawasan atau kontroi Meraka
ibarat dua sisi koin, hanya bisa dibedakan tapi tidak bias
dipisahkan."
Mahasiswa I : "Bedanya, Bang?"
Chaidir : "DPRD melakukan pengawasan politik sedangkan mahasiswa
melakukan kontroi sosial."
Salah seorang mahasiswa tiba-tiba nyeletuk
Mahasiswa II : "Ada beda yang lain, Bang."
Chaidir : "Apa itu?"
Mahasiswa ll : "Anggota Dewan takut pada mahasiswa, mahasiswa
tidak takut pada Anggota Dewan."
Chaidir : "Ah, kalau masalah itu, Presiden saja takut sama mahasiswa."
Awak tak takut dengan mahasiswa
68. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
41
Pertemuan Segi Tiga
SUATU ketika terjadi pertemuan informal antar Chaidir,
Wartawab dan Mahasiswa. Ketiganya membangun komunikasi dan
mencoba menyamakan persepsi terhadap banyak hal.
Setelah berbicara panjang lebar, akhirnya diperoleh
kesimpulan penting seputar amplop. Kesimpulannya berbunyi,
amplopnya sama tapi isi berbeda-beda. Isi amplop Chaidir, selaku
ketua dewan: honor. Isi amplop wartawan: tagihan cicilan sepeda
motor. Isi amplop mahasiswa: teguran, karena terlambat bayar SPP.
Alamak, kesian ye?
69. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
42
Sama-sama Berhutang
KARENA kritis dan tidak memiliki peraturan tatatertib,
mahasiswa sering dijuluki DPR jalanan. Mereka bebas menyuarakan
aspirasi rakyat apa saja, kapan saja dan di mana saja. Akibatnya, DPR
gedongan kalah pamor dari DPR jalanan ini. Ketika dimintai
komentarnya oleh wartawan, Chaidir dengan santai menjawab.
Wartawan : "Bagaimana komentar Abang mengenai pamor-memamor
ini?"
Chaidir : "Aku pikir, keduanya sama saja, mereka "Berhutang Pada
Rakyat"
Wartawan : "Lho, kenapa berhutang pada rakyat?"
Chaidir : "Karena yang mereka "jual" adalah aspirasi rakyat."
(Chaidir adalah penulis buku "Berhutang Pada Rakyat")
70. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
43
Kurang Study Tour
DALAM suatu acara malam keakraban alumni angkatannya di
FKH-UGM Yogya, Chaidir rnenjadi bulan-bulanan kawan-kawan
lamanya. Salah seorang teman Chaidir membuka cerita.
Teman I : "Tahu kenapa Chaidir terjun ke dunia politik?"
Teman II : "Karena kalau jadi dokter hewan dia takut
tertendang sapi (Memang Chaidir pernah tertendang sapi di sekitar
daerah terlarang yang menyebabkan) dia hampir k.o. alias...'wau'."
Teman I : "Bukan itu, tapi dokter hewannya bermasalah
karena dokter hewannya kurang study tour"
Teman lain : "Lho kok bisa gitu?"
71. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
44
Teman I : "Ya, Chaidir 'kan tidak ikut study tour, jadi
pengalamannya kurang."
Teman-teman :"Ya,ya,ya..."
Chaidir hanya tersenyum, tapi dalam hati kecilnya menggerutu: "Siape
tak mau ikut study tour, oi. Tapi di mane nak cekau duit. Waktu itu aku
memang tak ade duit, nak pinjam kepade kawan malu, lebih baik aku
beralasan sakit. Habis perkare."
72. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
45
Pintar Menulis Proposal
SEORANG teman memberikan pandangannya, bahwa secara
umum mahasiswa sekarang pintar-pintar. Chaidir memberikan pula
pandangannya, bahwa hal itu kemungkinan disebabkan karena
dinamika kehidupan masyarakat sekarang sangat tinggi dan itu
merupakan laboratorium alam yang sangat baik untuk melatih nalar
dan perkembangan intelektualitas mahasiswa.
"Perkembangan lain (dan ini ekses)." kata sang teman,
"dibandingkan dengan mahasiswa zaman baheula, mahasiswa
sekarang juga lebih pintar menulis proposal."
"Ssst, jangan bilang-bilang, nanti mahasiswanya marah.
73. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
46
Tak Dapat Purnabakti
CHAIDIR yang dikenal dekat dengan kalangan kampus, sering
kali terlibat dalam bincang-bincang non-protokoler dengan
mahasiswa. Pada suatu hari terjadi percakapan suam-suam kuku
antara Chaidir dan mahasiswa
Chaidir : "Anggota DPRD dan mahasiswa itu sebenarnya
hanya beda-beda tipis."
Mahasiswa: "Maksudnya, Bang?"
Chaidir : "Perbedaannya sedikit, persamaannya banyak."
74. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
47
Mahasiswa : "Apa misalnya, Bang?"
Chaidir : "Anggota DPRD dapat honor, mahasiswa tidak.
Anggota DPRD dapat mobil, mahasiswa tidak.
Anggota DPRD dapat pakaian dinas, mahasiswa
tidak."
Mahasiswa: "Persamaannya, Bang?"
Chaidir : "Persamaannya, sama-sama melakukan
pengawasan terhadap pemerintah, sama-sama
berjuang untuk membela kepentingan rakyat...,
dan yang paling penting, sama-sama tak dapat
dana purnabakti. Sesuai?"
Mahasiswa: "Suaiii...."
75. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
48
Banyak Banteng
KETIKA terpilih sebagai Ketua DPRD Provinsi Riau, Chaidir
diserbu beberapa wartawan yang ingin mengetahui perasaannya.
Maklum, selama ini Chaidir dikenal sebagai dokter hewan. Chaidir
melayani pertanyaan para wartawan itu dengan senyum berbunga-
bunga. Wartawan : "Bagaimana perasaan Anda setelah terpilih?"
Chaidir : "Senang, tapi amanah ini berat."
Wartawan : "Ya tentu berat,Pak. Selama ini Bapak
mengurus hewan yang sakit, tahu-tahu
sekarang ngurus manusia?"
Chaidir : "Ya memang, tapi sekarang di DPRD 'kan
banyak banteng, oleh karena itu diperlukan
seorang dokter hewan supaya bantengnya
sehat."
76. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
49
Tukar Tempat
SUATU ketika, selaku Ketua DPRD Riau, Chaidir didatangi
sekelompok mahasiswa, agaknya, dari kelompok garis keras. Mereka
mengacungkan tangan dan berteriak-teriak.
Mahasiswa I : "Bapak enak-enak saja duduk di ruang ber-
ac...."
Mahasiswa II : "Ya, pakai mobil mewah...."
Mahasiswa III : "Memakan uang rakyat."
Seperti biasa, Chaidir dengan tenang dan senyumnya yang khas
melayani mereka.
77. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
50
Chaidir : "Kalau Kami berhenti semua sebagai anggota dewan,
apakah ada jaminan penggantinya nanti akan lebih
baik?"
Mendapat pertanyaan seperti itu, mahasiswa saling lihat-melihat
sesama mereka. Lalu Chaidir melanjutkan.
Chaidir : "Kalau begitu, begini saja, sekarang kita tukar tempat,
kami yang mendemo mahasiswa, bagaimana?"
Mahasiswa : "Enak aja."
78. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
51
Dosis Kuda
SUATU ketika, Lian, istri Chaidir, sakit (demam-demam puyuh,
tapi lewat bakso, bakso disikat, datang mie ayam, mie ayam lesap).
Karena masih ada sedikit-sedikit ilmu kedokteran, Chaidir pun
mengeluarkan jurus jitunya, sepulang dari luar kota.
79. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
52
Chaidir : "Apakah kamu sudah ke dokter, Sayang?"
Lian : "Sudah Bang, tapi belum sembuh-sembuh."
Chaidir : "Mau Abang kasih obat?"
Lian : "Maulah, Bang. Lian kan mau cepat sembuh."
Chaidir kemudian membelikan sejumlah obat. Singkat kata, obat itu
pun dimakanlah oleh sang istri. Beberapa hari kemudian istri Chaidir
sembuh dan segar bugar.
Lian : "Abang kasih obat apa, sih? Mujarab sekali."
Chaidir dengan tenang menjawab: "Obatnya biasa, cuma Lian abang
kasih dosis kuda."
80. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
53
Salah Asuhan
MESKI berperawakan kecil, Chaidir terkenal lincah dan tahan banting.
Keadaan itu membuat
banyak orang heran, termasuk beberapa wartawan yang selalu
mangkal di DPRD.
Wartawan : "Abang ini aneh, badan kecil tapi lasaknya minta
ampun. Sepertinya banyak hal yang bertolak
81. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
54
belakang."
Chaidir : "Saya ini kan memang produk yang terbalik-balik,
produk salah asuhan, jadi wajar saja."
Wartawan : "Maksudnya?"
Chaidir : "SLA-nya di Sekolah Asisten Apoteker, kuliah di
Fakultas Kedokteran Hewan, dan akhirnya
berkarir di politik."
Wartawan : "Oh, begitu. Artinya Dokter Hewan itu bisa
mengerjakan apa saja kecuali profesinya."
Chaidir : "Maksudnya begini, dokter hewan itu bisa
mengerjakan apa saja, apa lagi profesinya."
Wartawan : "Hehehe.... "
82. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
55
Kondektur Usil
SEWAKTU ada kegiatan mahasiswa, si culun Chaidir tertinggal
bus. Teman-temannya sudah lebih dulu berangkat ke Kaliurang,
sebuah kawasan wisata di utara Yogyakarta. Untuk menyusul teman-
teman, Chaidir nekat menggunakan bus umum "Baker", bus terakhir
sore itu yang berangkat.
Terburu-buru dia naik dan langsung duduk. Di tengah
perjalanan, kondektur mulai minta uang Karcis, dari satu kursi ke kursi
yang lain sampailah ke kursi Chaidir.
Kondektur :"Mau ke mana, Mas?"
Chaidir :"Kaliurang"
Kondektur : "Wah, sampeyan itu salah bus, Mas.
83. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
56
Ini bus jurusan Semarang."
Karena memang tidak tahu, Chaidir langsung panik mendengar ucapan
sang kondektur. Dengan spontan Chaidir berdiri.
Chaidir : "Stop, stop, pinggir."
Kondektur : "Tenang Mas, tenang, nanti saya
antar ke Kaliurang.
Chaidir :"Kok bisa begitu?"
Kondektur : "Ya, bisa. Bus ini memang tujuan ke
Kaliurang, kok.
Setelah kondektur berkata demikian, Chaidir melirik kiri-kanan melihat
reaksi penumpang. Penumpang lain ketawa cekikikan. Ternyata bus itu
memang jurusan Kaliurang. Nasib mahasiswa culun.
84. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
57
Bertekuk Lutut
MERASA sebagai seorang pemeluk agama yang baik, rajin salat,
bisa mengaji, anak seorang imam pula, Chaidir menganggap tidaklah
perlu terlalu repot mempersiapkan diri menghadapi ujian agama
semester I. Hasilnya mencengangkan: nilainya D, alias tidak lulus!
Chaidir penasaran, karena pelajaran agama bukan hal asing
baginya. Dengan gagah berani Chaidir menemui dosen agamanya
untuk memprotes kenapa dia tak lulus.
"Bapak silahkan uji saya. Mengaji Al Quran saya bisa, salat lima
waktu, puasa, tidak pernah tinggal sejak di bangku SD," gugat Chaidir
dengan nada agak tinggi.
85. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
58
"Nak, kamu pemain sepakbola?" tanya sang dosen lembut.
"Ya, saya pemain utama di fakultas."
"Nah, sekarang saya tanya, berapa ukuran lapangan
sepakbola?"
Chaidir ragu menjawab,
"Kok itu yang Bapak tanyakan?"
"Berapa lebar dan berapa tingginya gawang?"
Chaidir terdesak.
"Nah yang ditanyakan dalam ujian agama bukan kamu pintar
baca Al Quran atau tidak, rajin saiat atau tidak, tapi ilmu agama.
Sudah, sana pulang, belajar, besok ikut ujian ulangan. Al Quran saja
kamu khatam, masak mata kuliah agama kamu tidak bisa, ringan itu,"
kata sang dosen memberi semangat.
Chaidir bertekuk lutut.
86. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
59
Lebih Lama Wawancara
SEBAGAI seorang mahasiswa co-ass di Klinik Fakultas
Kedokteran Hewan (mahasiswa tingkat terakhir), Chaidir mulai
berhubungan dengan pasien di bawah bimbingan dosen. Metoda
pemeriksaan hewan-hewan kesayangan adalah, pertama wawancara
dengan klien (pemilik hewan), kemudian pemeriksaan klinis hewan,
bila perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium.
Suatu kali Chaidir mendapat pasien yang jinak dan yang lebih
penting, kliennya cantik. Maka Chaidir pun berlama-lamalah Chaidir
pun ditanyai dan ditegur oleh dosen pembimbingnya.
Dosen : "Kamu kok lama sekali memeriksa satu pasien, kan
yang lain masih menunggu."
Chaidir : "Pemeriksaannya sebentar Pak, yang lama itu
wawancaranya."
Dosen : "Semprul."
87. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
60
Masalah Keberanian
BEDA dokter umum dengan dokter hewan ternyata pada
masalah keberanian saja. Dokter hewan berani memeriksa pasien
dokter umum, sedangkan dokter umum tidak berani memeriksa
pasien dokter hewan.
88. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
61
Dokter Hewan Lebih Pintar
DUA calon mahasiswa kedokteran berdebat masalah kepintaran para
dokter.
Calon mahasiswa I :"Mana yang lebih pintar, dokter manusia atau
dokter hewan?"
Calon mahasiswa II : "Dokter manusia!"
Calon mahasiswa I : "Salah! Dokter hewan lebih pintar."
Calon mahasiswa II : "Buktinya?"
Calon mahasiswa I : "Dokter manusia bisa menanyai pasien apanya
yang sakit, sedangkan dokter hewan tidak perlu
menanyai pasiennya untuk membuat diagnosa."
89. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
62
Pasien Makin Banyak
WARTAWAN: "Mengapa Anda memilih profesi kedokteran
hewan?"
Chaidir :"Karena pasien akan semakin banyak."
Wartawan : "Maksudnya?"
Chaidir : "Orang yang berperilaku seperti hewan kan
semakin banyak, dan untuk menyembuhkan
mereka perlu dokter hewan."
90. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
63
Chow-chow No, Client Yes!
CHOW-chow adalah sejenis anjing yang bulunya tebal, terkesan
btrtat dan tegap. Tapi anjlng jenis ini galak, suka menggigit, dan kurang
bersahabat. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan yang sedang
mengikuti co-ass di klinik sering kali menghindari pasien ini. Yang jadi
masalah adalah bila klien (pemiliknya) cantik. Rasa takut dan rasa ingin
berkenalan berkecamuk. Jadi, Chow-chow no, client yes!!
91. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
64
Raja Minyak Dari Riau
SUATU ketika Chaidir menghadiri acara reuni di FKH-UGM.
Melihat Chaidir datang, beberapa teman langsung saja bercanda.
Teman Chaidir: "Ini dia Chaidir, raja minyak dari Riau."
Namun sanjungan gurauan teman-teman dapat sanggahan
gurauan lagi dari seorang teman wanita Chaidir yang tahu betul
bagaimana culunnya Chaidir ketika mahasiswa dulu.
Teman wanita : "Chaidir ini bukan raja minyak, tapi raja
munyuk"
Chaidir dengan tangkas menjawab: "Biar saja munyuk, tapi
banyak yang suka, termasuk Kamu. Betul kan?
Ayo ngaku aja...
'munyuk = monyet
92. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
65
Wagub Saja Kalah
BEBERAPA anggota Dewan menunjukkan simpatinya kepada
Ketua DPRD Chaidir yang baru saja kalah dalam pemilihan Wakil
Gubernur. "Sebetulnya kami menginginkan Anda maju Sebagai calon
gubernur. Kalau Anda maju sebagai calon gubernur, pasti Anda
menang," kata mereka menghibur.
Chaidir dengan ringan menjawab, "Logikanya bagaimana,
Bung? Sebagai calon wagub saja kalah, apalagi sebagai calon
gubernur."
93. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
66
Enaknya Enak
SUATU kali Chaidir bercerita kepada teman-temannya anggota
Muspida, soal jabatannya sebagai ketua dewan.
Chaidir : "Menjadi Ketua DPRD itu enaknya cuma dua puluh
lima persen."
Teman : "Lah, mengapa pula begitu?"
Chaidir : "Ya, setiap hari di demo. Sekejap dari mahasiswa,
sekejap dari masyarakat, dan macam-macam lagi"
Teman : "Bagaimana dengan yang tujuh puluh lima
persennya?"
Chaidir : "Yang tujuh puluh lima persen, ya, enak sekali."
94. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
67
Harus 25 Tahun
SUATU ketika, DPRD Riau mengadakan acara perpisahan
dengan Drs Wan Abu Bakar, sebelumnya adalah Wakil Ketua DPRD
Riau, yang kemudian meninggalkan posnya, karena terpilih menjadi
Wakil Gubernur Riau. Dalam sambutan perpisahan, Wan Abubakar
mengatakan, wajar kalau sekarang dia beralih posisi menjadi Wakil
Gubernur sebab dia telah 25 tahun menjadi anggota DPRD Riau.
Mendengar pidato Wan Abu Bakar, Chaidir, yang ketika itu
menjabat Ketua DPRD, tetapi kalah dalam pemilihan sebagai calon
wakil gubernur, menimpali dalam pidato balasannya.
"Untuk memenangkan posisi sebagai Wakil Gubernur, saya
harus menunggu 25 tahun menjadi anggota DPRD, sekarang baru 15
tahun. Jadi wajar kalau saya kalah dari Pak Wan".
Dasar orang politik.
95. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
68
Didukung 19, Dicintai 34
CHAIDIR yang berpasangan dengan H. Saleh Djasit, SH akhirnya
kalah dalam pemilihan Gubernur Riau 2003-2008. Dalam pemilihan,
pasangan ini hanya memperoleh 19 suara anggota DPRD Riau, 34
suara anggota DPRD justru memenangkan calon Gubernur Rusli Zainal
yang berpasangan dengan calon wagub, Wan Abubakar.
Dalam suatu pidato tidak lama setelah pemilihan, Chaidir
berkilah: "Sesungguhnya 53 orang anggota DPRD memilih saya".
Hadirin tentu saja tercengang mendengar Chaidir melanjutkan: "19
orang memilih saya untuk Wakil Gubernur, 34 orang memilih saya
untuk tetap sebagai Ketua DPRD, tidak sebagai Wakil Gubernur".
Ooohhh....
96. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
69
Makan Mayalle
CHAIDIR pernah beberapa waktu berdiam dan menuntut ilmu
di Italia. Pendidikan di Italia itu diikuti oleh sejumlah peserta yang
datang dari berbagai negara.
Pada hari pertama berkumpul di Reggio Emilia, Italia, para
peserta ditraktir makan oleh panitia di sebuah restoran self service.
Agar merasa aman, Chaidir dengan segera mengikuti seorang peserta
muslim yang berasal dari Sudan Mereka berdua kemudian antri
mengambil makanan.
Teman dari Sudan itu bertanya kepada pelayan, "Is that pork (
Daging babikah itu?)
Pelayan: "No, mayalle"
97. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
70
Mendengar pelayan menjawab tidak, teman yang berasal dari
Sudan segera menyodorkan piring ke arah pelayan," Yes, please"
Melihat itu, Chaidir juga menyorongkan piring. Lalu kemudian
mereka berdua makan dengan nikmatnya. Selesai makan, mereka
didekati oleh seorang panitia.
"Tadi kalian makan apa?"
"Mayalle" mereka serentak menjawab.
"Kalian muslim?"
"Ya!"
"Mayalle ini kan pork" kata panitia.
Teman Sudan menjawab, "Ohhh...pantas enak."
98. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
71
Calon Presiden
PARA peserta training yang berasal dari Amerika Latin heran
dan ketawa mendengar nama Chaidir yang terlalu pendek, hanya satu
kata (single name). Bagi mereka itu tidak biasa, sebab mereka
namanya panjang-panjang karena nama keluarga, bapak, datuk,
semua disebut. Ketika jam istirahat, mereka akhirnya ingin tahu juga
kenapa hanya bernama Chaidir dan untuk itu mereka mendekati
Chaidir.
Teman AmeriKa Latin : "Apakah Kamu tidak punya nama
keluarga?"
Chaidir, dengan senyum khas miliknya, menjawab ringan,
"Kalau di negeriku, orang-orang yang memiliki satu nama itu adalah
seorang presiden. Coba lihat, Soekarno satu nama, Soeharto satu
nama....Dan mungkin tak lama lagi Chaidir akan jadi presiden...iya kan?
Mereka mengangguk serentak dan berkata "Yes, yes, yes..."
99. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
72
Pisahkan Saja dagingnya
DALAM sebuah perjalanan ke Korea, Chaidir mendapatkan
seorang pemandu wisata yang cantik dan baik sekali. Suatu hari dia
memasakkan nasi goreng dan membagikannya kepada rombongan
DPRD Riau yang sedang mengikuti studi banding ke negeri ginseng
tersebut.
Chaidir bersama teman-temannya, karena sudah beberapa hari
tidak jumpa nasi, langsung saja menyantap nasi goreng yang lerhidang.
Namun, salah seorang anggota rombongan was-was dan bertanya
kepada sang pemandu yang baik hati itu.
"Daging yang dicampur dalam nasi goreng ini daging apa?"
"Daging babi," jawab pemandu wisata itu polos. "Kalau Anda
tidak suka, pisahkan saja dagingnya," sambungnya.
"Selesailah sudah," gerutu kawan-kawan.
100. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
73
Minta Dizalimi
KEADAAN yang paling ngetrend dan sekaligus menguntungkan
di era Presiden Megawati Soekarnoputri ternyata bukan jabatan
Menteri, tapi dalam posisi dizalimi. Karena dizalimilah maka Megawati
naik menjadi Presiden Rl, karena dizalimi pulalah maka Susilo
Bambang Yudhoyono dengan Partai Demokratnya memperoleh
simpati dan mendapatkan dukungan besar dari rakyat dalam Pemilu
2004. Sementara Amin Rais, karena tidak pemah dizalimi, maka sulit
baginya terpilih menjadi Presiden Rl.
Terinspirasi oleh peristiwa zalim-menzalimi itu, seorang
mahasiswa memberikan komentar atas kekalahan Chaidir dalam
Pilkada 2003.
"Makanya Bang Chaidir kalah dalam pemilihan Gubernur,
karena Abang tidak pernah dizalimi." Kalau demikian halnya, maka
sudah mendesak diperlukan kriteria tentang 'dizalimi', karena semakin
banyak saja orang yang minta dizalimi.
101. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
74
Boby Prize
PEMENANG olahraga golf adalah siapa yang memukul paling
sedikit dari target pukulan yang telah ditentukan. Makin kecil jumlah
seluruh pukulan, makin bagus. Dalam sebuah turnamen amatir,
adakalanya tidak hanya hadiah untuk pegolf yang paling sedikit
memukul yang diberikan, untuk pegolf yang paling banyak memukul
pun adakalanya secara iseng diberikan hadiah oleh panitia. Hadiah itu
namanya Bobby Prize.
Dalam sebuah turnamen, Chaidir lagi sial, jumlah pukulannya
paling banyak. Dia tidak hanya kalah, tetapi juga mendapatkan Bobby
Prize, sebuah hadiah yang selalu dihindari pegolf. Chaidir mengambil
corong dan bicara: "Sedikit pukulan hati senang, banyak pukulan
badan sehat". Politisi memang paling bisa mencari tempat jatuh.
102. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
75
Kalau Nakhoda Kurang Paham
CHALEED, putra Chaidir yang masih duduk di bangku Sekolah
Dasar, suka berteka-teki dengan mamanya. Sekali ini tentang kapal
Lancang Kuning.
Chaleed : "Kalau nakhoda kuranglah paham...."
Mama : "Alamatlah kapal akan tenggelam"
Chaleed: "Salah Ma...ganti aja nakhodanya sama Chaleed."
Mama : "Dasar anak orang politik."
103. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
76
Beras Tabrani dari Swiss
BUKAN profesor namanya kalau tidak pelupa dan nyentrik. Dan
itulah yang terlihat dari Prof. Dr. Tabrani Rab. Dia boleh jenius, dengan
kemampuan menulis yang luar biasa. Dalam tempo setengah jam
profesor kita ini bisa menyelesaikan sebuah artikel yang menarik,
tajam dan menukik. Tapi Prof. Tabrani tetap Tabrani. Dari Swiss dia
menelepon Chaidir di Pekanbaru, hanya untuk minta tolong dikirimkan
beras ke rumahnya karena dia lupa meninggalkan belanja untuk
pembantunya. Tanpa basa-basi Chaidir langsung mengirimkan 50 kg
beras ke rumahnya di Jalan Pattimura Pekanbaru. Dasar profesor.
104. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
77
Dipilih karena Menghujat
ADA banyak calon yang muncul dari masyarakat sebagai bakal
calon Anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah Rl (DPOD-RI)
dari Riau. Tapi DPRD Provinsi Riau secara aklamasi memilih tokoh yang
justru lebih sering menghujat daripada memuji DPRD Riau itu sendiri.
Tapi pertimbangannya bukan dalam rangka menjinakkan Prof.Tabrani,
semata-mata hanya karena prof, ini menurut DPRD Riau layak jual,
sebab hanya dua orang calon dari seluruh provinsi yang akan terpilih.
Ternyata, dalam pemilihan di Jakarta, dia memang terpilih.
Dampaknya? Profesor kita ini pun, dengan bersedia menjadi anggota
DPOD-RI, kemudian dihujat oleh kumpulannya. Dia dianggap
akomodatif terhadap pemerintah pusat. Hitung punya hitung, DPRD
punya kawan untuk dihujat. Hahaha...
105. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
78
Karena Pengantin Baru
KETIKA Theys, tokoh Papua Merdeka tewas, disusul beberapa
hari kemudian dengan tewasnya tokoh Aceh Merdeka, Prof. Dr.
Tabrani Rab, yang sering dijuluki Presiden Riau Merdeka, sempat
mengungkapkan ketakutannya dalam suatu dialog di DPRD Riau.
"Saya sedikit agak takut dan stres." kata sang Profesor Tabrani,
membuka perbualan.
"Abang tenang sajalah," Chaidir coba menghibur. Profesor
Tabrani kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Chaidir, "Bukan
apa-apa, Dinda. Saya takut mati karena saya masih pengantin baru."
Oohh, itu penyebabnya. Kan sudah berkali-kali jadi pengantin
baru.
106. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
79
Tua-tua Keladi
BERITA Prof. Tabrani Rab menikahi artis Alicia Johar segera
merebak ke seantero negeri dan sekotah kampung. Banyak yang
memuji kehebatannya, tapi tidak sedikit pula yang mencela.
Tua-tua keladi, begitu komentar orang, makin tua semakin
menjadi. Tapi Chaidir dalam pidatonya ketika peluncuran sebuah buku
Prof. Tabrani mengatakan, "Prof kita ini tua-tua kelapa, makin tua
makin berminyak...."
107. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
80
Isi Ulang
CHAIDIR penasaran dengan Prof. Tabrani Rab. Meski sudah
berumur, masih berani jatuh cinta dan berbulan madu pula. Suatu kali,
pada saat yanq tepat. dengan setengah berbisik Chaidir menanyakan
kepada Prof. Tabrani.
"Apa sih rahasianya?"
Dengan gayanya yang khas, profesor menjawab, "Ya Pak, ya
Pak, ya Pak, rahasianya isi ulang, Pak."
"Apanya yang diisi ulang, Prof.?"
"Pokoknya kalau pulsanya sudah mau habis, isi ulang,...beres."
Wah si profesor main isi ulang aja.
108. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
81
Boleh Dicoba
BUKAN Tabrani kalau tidak bisa membuat berita. Ketika
mempersunting artis cantik Alicia Johar, ia tidak saja menjadi berita,
tapi sekaligus membuat banyak orang terkesima. Tidak sedikit pula
komentar yang diberikan, sampai pada hal-hal yang berhubungan
dengan kondisi fisik dan kekuatan. Umumnya komentar tersebut tidak
disampaikan secara langsung ke Profesor Tabrani. Sebagai orang yang
serinq mendengarkan aspirasi rakyat, Chaidir bisa menangkap apa
yang mereka pertanyakan, "Lai monolok le profesor ko" (apa masih
sanggup lagi profesor ini).
Ketika 'komentar' itu disampaikan kepada Profesor, dia ketawa
terkekeh-kekeh.
"Ada yang mau coba, boleh?"
Macam kan iya.
109. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
82
Ingin Jadi Guru
KETIKA menyampaikan pidato di depan anggota PGRI, Chaidir
mendapat simpati karena akan memperjuangkan nasib guru. Selain
itu, Chaidir juga mengatakan sebenarnya dia bercita-cita menjadi guru.
Selesai pidato, wartawan kemudian menggoda.
Wartawan : "Cita-cita Anda menjadi guru, lantas kenapa jadi
Ketua DPRD?"
Chaidir menjawab spontan sambil senyum : "Cita-cita menjadi
guru itu kan waktu saya kecil, setelah besar cita-
cita saya berubah, menjadi Ketua DPRD."
Wartawan : "Ohh, gitu...."
110. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
83
Guru Nyanyi
DALAM percakapan singkat, Chaidir ditanya oleh wartawan.
Wartawan : "Seandainya Abang menjadi guru, akan mengajar
pelajaran apa?"
Chaidir : (Seperti biasa, sambil tersenyum) "Aku akan
mengajar pelajaran menyanyi."
Wartawan : "Mengapa memilih pelajaran menyanyi, Abang
kan tidak pandai menyanyi?"
Chaidir : "Supaya tidak ada yang KKN."
Wartawan : "Lho, apa hubungannya?"
Chaidir : "Kalau setiap korban KKN 'nyanyi', kan tidak ada
lagi yang berani KKN?"
111. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
84
Mengajarkan Semua Hal
SUATU ketika terjadi dialog yang cukup 'panas' antara delegasi
guru dan DPRD Riau. Dialog itu mengangkat topik seputar komitmen
DPRD terhadap perbaikan kesejahteraan guru. Chaidir yang ketika itu
memimpin rapat, seperti biasanya, tetap tenang dan 'cool'. Selesai
rapat Chaidir ditanyai.
Wartawan : "Anda dihujat, tapi kok teeenang-teeenang saja?"
Chaidir : "Guru-guru itu telah mengajarkan saya semua hal,
termasuk bagaimana bersikap kalau dihujat...."
112. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
85
Guru Kencing Berdiri
COBA lanjutkan peribahasa ini, uji Chaidir kepada anaknya
Chaleed.
Chaidir : "Guru kencing berdiri, murid .......?"
Chaleed : 'Tak boleh, Pa. Guru Chaleed bilang, kalau kencing
harus di toilet."
Chaidir : "Hah, susah..."
113. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
86
Riau Daratan
WARTAWAN : "Mengapa Kepulauan Riau ingin menjadi
Provinsi sendiri, memisahkan diri dari Riau
Daratan?"
Chaidir : "Soalnya sepele, karena ibukota,"
Wartawan : "Hanya soal Ibukota?"
Chaidir : (Sambil tertawa) "Karena ibukota provinsi di
Pekanbaru. Coba kalau ibukota provinsi Riau di
Tanjungpinang, pasti yang ingin menjadi
provinsi sendiri itu Riau Daratan.... hayo?!"
114. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
87
Provinsi Riau Pesisir
HAMPIR bersamaan dengan usulan pemekaran Provinsi Riau
menjadi Riau dan Riau Kepulauan, muncul pula wacana pembentukan
Provinsi Riau Pesisir yang wilayahnya direncanakan meliputi
kabupaten-kabupaten di sepanjang pantai Riau Daratan. Gubernur dan
Ketua DPRD dibuat pusing kalau Provinsi Riau Pesisir ini terbentuk
maka wilayah provinsi induk tinggal sedikit saja lagi.
Ketua DPRD Riau dimintai komentarnya oleh wartawan,
mengenai langkah-langkah yang akan diambil jika Riau jadi terbelah
tiga.
Wartawan: "Apa komentar Anda terhadap wacana
pembentukan Provinsi Riau Pesisir?"
Chaidir : "Ya, Riau akan semakin kecil. Karena itu, saya akan
usulkan agar provinsi induk bergabung saja dengan
Provinsi Riau Pesisir."
115. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
88
Raja-Raja Kecil
OTONOMI Daerah dituding oleh sementara orang di pusat
kekuasaan, Jakarta, akan melahirkan raja-raja kecil di daerah..Ketika
Chaidir diminta komentarnya mengenai tudingan yang 'miring'
tersebut, Chaidir, dengan ringan menjawab: "Itu lebih baik
dibandingkan lahirnya raja-raja besar di pusat."
116. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
89
Makan KKN
UNDANG-undang otonomi daerah sudah diterapkan, namun
ternyata banyak pihak, khususnya pusat kekuasaan di Jakarta,
terkesan tidak ikhlas dengan otonomi daerah. Hal ini terlihat dari
komentar-komentarnya yang kurang sedap mengenai pelaksanaan
otonomi daerah itu, seperti misalnya tudingan bahwa otonomi daerah
hanya akan memindahkan KKN ke daerah.
Wartawan kemudian datang kepada Chaidir
Wartawan : "Bang, katanya otonomi daerah hanya akan
memindahkan KKN dari pusat ke daerah."
Chaidir : "Siapa yang mengatakan itu?"
Wartawan : "Orang Jakarta, Bang."
Chaidir : (Sambil bercanda) "Itu artinya, pusat mau makan
KKN itu sendiri, mereka tidak mau ada
pemerataan ke daerah."
117. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
90
Dispensasi Otonomi Daerah
NELAYAN di suatu desa pantai mafhum bahwa wilayah
kabupaten hanya sebatas 4 mil laut dari pantai, wilayah provinsi 4-12
mil, di luar 12 mil adalah wilayah pusat. Dengan adanya perbatasan
seperti ini, nelayan-nelayan suatu ketika bertanya kepada Chaidir.
Nelayan : "Apakah kami akan ditangkap bila kami menangkap
ikan di luar wiiayah 4 mil?"
Chaidir : "Tidak, kalian tidak akan ditangkap, bilang saja
kalian sedang mengejar ikan-ikan yang lari dari
wilayah 4 mil."
Nelayan : (Serentak) "Suaiii.....!!"
118. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
91
Tapal Batas di Laut
KETIKA menyosialisasikan otonomi daerah di kepulauan,
Chaidir ditanya oleh seseorang di kedai kopi. "Adakah tapal batas
wilayah kabupaten, wilayah provinsi, dan wilayah pusat, di tengah
laut?"
"Ada," jawab Chaidir mantap (walaupun sesungguhnya dia
tidak tahu).
Jawaban itu tentu saja membuat penanya heran.
"Bagaimana cara membuatnya?" desak orang itu.
"Memasang pipa gas di bawah laut sepanjang 600 km lebih dari
perairan Natuna sampai ke Singapura saja bisa, mosok buat patok saja
tidak".
"Hahaha.Iye tak iye, 100 untuk Pak Chaidir."
"Suai,Pak, suaiii..."
119. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
92
Marwah Tak Ikut
SEBAGAI protes terhadap DPRD Provinsi Riau yang membuat
keputusan menolak usulan pembentukan Provinsi Kepulauan Riau.
pengunjuk rasa di Tanjungpinang membakar patung Chaidir, Gubernur
Saleh Djasit, dan Prof. Tabrani Rab. Ketika Chaidir dimintai
komentarnya tentang kejadian itu oleh orang-orang yang bersimpati
kepadanya, dengan tenang dia menjawab.
"Biar sajalah, beqitu saia kok diurusin." katanva menirukan
gaya Gus Dur.
"Lho, tapi ini kan persoalan marwah, Bang," gugat
pendukungnya serius.
"Jangan bawa-bawa Marwah* dalam masalah ini, beliau nggak
ikut-ikutan." jawab Chadir.
"Abang...Abang..."
*Marwah Daud Ibrahim, Anggota DPR-RI
120. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
93
Minta 10% Diberi 15%
SOAL demo, mahasiswa kita selalu jago. Namun tidak berarti mereka
tahu persis dengan apa yang mereka perjuangkan. Suatu ketika
sekelompok mahasiswa berdemo ke DPRD Riau.
Dalam orasinya mereka menuntut agar pemerintah memberikan bagi
hasil yang layak atas minyak ke Riau.
Mungkin karena belum tahu bahwa Undang-Undang telah
memberikan 15% dari hasil minyak untuk daerah penghasil, dalam
orasinya mereka menyebutkan jumlah 10% tanpa bisa ditawar. Chaidir
mendengarkan pidato itu dengan sabar. Tiba gilirannya memberikan
tanggapan, dengan senyum khas, Chaidir menyampaikan, "Saudara-
121. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
94
saudara, pemerintah sesungguhnya telah mengabulkan tuntutan
kalian, kalian tuntut 10% pemerintah memberi 15%."
Mendengar itu, sang penyampai tuntutan kelihatan
kebingungan, namun temannya segera berteriak, agaknya mahasiswa
Fakultas Ekonomi. "Kami minta 10% dari produksi minyak, bukan 15%
dari hasil bersih setelah potong pajak biaya produksi dan utang-utang.
Untuk apa 15% atau bahkan 50% sekalipun bila setelah potong pajak,
biaya produksi dan utang-utang, hasil bersihnya sama dengan nol, 15%
dari nol sama dengan nol besar," katanya bersemangat diiringi sorak
sorai. "Oleh karena itu kami menuntut 10% dari produksi minyak yang
750.000 barrel per hari itu," katanya lagi. Giliran Chaidir manggut-
manggut dan kebingungan.
122. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
95
Gus Dur dan Bagi Hasil Minyak
KOMISI Pemilihan Umum (KPU) dibuat pusing tujuh keliling
oleh Gus Dur, karena mantan Presiden Rl ini bertekad bulat untuk
tetap maju Sebagai calon Presiden walaupun Undang-Undang tidak
mengizinkan karena alasan kesehatan beliau. Sehubungan dengan itu,
wartawan menanyakan komentar Chaidir
Wartawan : "Apa sebab Gus Dur demikian ngotot untuk maju?"
Chaidir : "Gus Dur ingin menjalankan agenda reformasi
secara murni dan konsekuen."
Wartawan : "Mungkin bukan itu alasannya, Bang."
Chaidir : "Lantas, apa?"
Wartawan : "Gus Dur ingin menunaikan janjinya member!
123. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
96
rakyat Riau bagi hasil minyak 75%...hahaha.."
Chaidir : "Kok masih ingat? Dasar wartawan."
124. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
97
Semua Pasien Tak Perokok
JAKSA Agung A. Rahman, selain seorang perokok berat, juga
mempunyai stok cerita humor yang banyak. Chaidir dalam suatu acara
ramah-tamah, "menyerang" dengan suatu cerita.
125. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
98
"Pak Jaksa Agung, menurut hasil suatu survey, pasien RS
Jantung Harapan Kita ternyata tidak ada yang perokok," ucap Chaidir
membuka cerita. "Wah, itu berita bagus," jawab Jaksa Agung.
Chaidir dengan cepat manukas. "Tapi rupanva para perokok
sudah mati duluan sebelum sempat masuk Harapan Kita."
Terpancing oleh sindiran Chaidir, Jaksa Agung bangkit dan
menginterogasi Chaidir.
Jaksa Agung : "Kamu merokok?"
Chaidir : "Tidak."
Jaksa Agung : "Kamu mengopi?"
Chaidir : "Tidak".
Jaksa Agung : "Kamu main perempuan?"
Chaidir : "Tidak".
Jaksa Agung : "Lantas untuk apa kamu umur panjang?"
Skor tampaknya 1-1
126. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
99
Belajar Melihat Gajah
CHAIDIR : "Jangan main-main dengan gajah".
Teman : "Kenapa?"
Chaidir :"Sebab ternyata satwa besar itu susah dilihat."
Teman : "Ah,tidak percaya."
Chaidir : Orang tua-tua kita sering mengatakan: "Tungau di seberang
lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak".
Teman : "Alamaaaaaak kene awak....!!
127. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
100
Celana Ber-AC
KELUAR dari toilet, Chaidir lupa memasang ritsleting
celananya. Seorang teman berbisik mengingatkan. Eh, Chaidir sendiri
malah berolok-olok yang membuat orang di sekitarnya tahu tentang
kealpaan itu.
"Kalau ada kupiah ber-AC, maka ini namanya celana ber-AC,
belum tahu ya,...kecian deh, Lul"
Dan sreeet, lubang AC pun tertutup
128. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
101
Rahasia Tak Nyambung
CHAIDIR sudah dikenal sebagai seorang politisi yang gemar
menulis dan cukup produktif. Buktinya, dia sudah menerbitkan
beberapa buku yang merupakan kumpulan tulisan yang dia tulis setiap
minggu. Tentu saja banyak wartawan menanyakan hal ini, sebab di
tengah kesibukannya, Chaidir masih sempat menulis. Wartawan : "Apa
motivasi Anda menulis".
Chaidir : "Menulis membuatku awet muda".
Wartawan : "Apa hubungannya, Pak?
Chaidir : (Menjawab sekenanya) "Memang tidak ada
hubungannya dengan ember"
Wartawan : "Ah,tambah tak nyambung."
Chaidir : "Entahlah, sambunglah sendiri."
129. drh. Chaidir, MM http://drh.chaidir.net 2005
102
Menteri Pemberdayaan Perempuan
PADA saat kampanye pemilihan presiden, Chaidir pernah
santer disebut-sebut sebagai kandidat menteri, bila tokoh yang
diusungnya menang. Beberapa waktu kemudian, Chaidir ditanya o!eh
sejumlah wartawan, yang beberapa di antaranya adalah perempuan.
Wartawan : "Kalau anda ditunjuk menjadi Menteri, menteri
apa yang Anda sukai?"
Chaidir :"Menteri Pemberdayaan Perempuan."
Wartawan :"Lho, kok pemberdayaan perempuan?"
Chaidir :"Ya, perempuan memerlukan seorang laki-laki,
quota 30% tidak akan pernah memberi kepuasan
bagi perempuan, hehehe."