Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya istirahat dalam kehidupan kristiani berdasarkan ajaran Alkitab. Istirahat diperlukan secara fisik, mental, dan rohani seperti yang diajarkan Tuhan dalam Perjanjian Lama dan Baru. Tanpa istirahat yang sesuai dengan rencana Tuhan, seseorang dapat kehilangan perspektif dan menjauh dari Tuhan sebagai sumber istirahat yang sejati.
1. Pelajaran 1, Triwulan III 2021
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
“Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-
pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai
kepada Allah yang hidup.” (Mazmur 84:3).
2. Kita semua membutuhkan istirahat
ALLAH Yang Peduli akan istirahat kita
Istirahat Alkitabiah:
Istirahat dalam perjanjian lama
Istirahat dalam perjanjian baru
Istirahat di luar ALLAH
Merupakan tantangan untuk hidup dalam masyarakat yang
bekerja 24 jam sehari, 7 hari dalam sepekan.
Bagaimana kita dapat menemukan istirahat saat hidup kita
sekarang ini dikelilingi oleh hiruk pikuk?
Triwulan ini kita akan
mempelajari petunjuk
ALLAH dalam Alkitab
tentang istirahat fisik,
mental, dan yang
terpenting — istirahat
rohani.
3. KITA SEMUA
MEMBUTUHKAN
ISTIRAHAT
“tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan
melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau
anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu
perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang
mana pun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya
hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti
engkau juga.” (Ulangan 5:14)
Semua orang membutuhkan istirahat, bahkan hewan
pun membutuhkannya! Adam dan Hawa sendiri
memerlukan istirahat di dunia yang sempurna tanpa
dosa atau tekanan. TUHAN sendiri beristirahat
setelah 6 hari bekerja! (Kejadian 2:1-3).
TUHAN menciptakan sebuah istana waktu di mana
kita dapat beristirahat. Jenis istirahat ini lebih dari
sekadar pemulihan fisik dan mental.
TUHAN memerintahkan kita untuk beristirahat selama 24 jam setelah
enam hari bekerja seperti yang IA lakukan, dan menikmati
kebersamaan dengan-Nya selama waktu tersebut (Keluaran 20:8-11).
4. ALLAH YANG PEDULI
AKAN ISTIRAHAT KITA
“Oleh karena engkau telah berkata: Celakalah aku,
sebab TUHAN telah menambahkan kedukaan kepada
penderitaanku! Aku lesu karena keluh kesahku dan
aku tidak mendapat ketenangan,’” (Yeremia 45:3)
Mengapa Barukh—juru
tulis Yeremia—tidak
dapat beristirahat
(Yeremia 45:1-5)?
Yerusalem sedang
mengalami masa-masa
sulit. Nebukadnezar
telah menyerang kota
dan telah membawa
sebagian bangsawan
dan perkakas Bait Suci
satu tahun sebelumnya
(Daniel 1:1).
Selain itu, ALLAH telah mengirimkan
pesan tentang kehancuran melalui
nabi Yeremia. Barukh merasa sangat
tertekan. Dia kelelahan secara
emosional dan tidak dapat
beristirahat.
5. “Oleh karena engkau telah berkata: Celakalah aku,
sebab TUHAN telah menambahkan kedukaan kepada
penderitaanku! Aku lesu karena keluh kesahku dan
aku tidak mendapat ketenangan,’” (Yeremia 45:3)
Aku mengerti penderitaanmu.
Sungguh menyakitkan bagi-KU
bahwa aku harus menghukum
anak-anak-KU, membinasakan
mereka yang telah AKU ciptakan
dan pelihara dengan kasih
ALLAH menjawab Barukh dengan dua cara:
ALLAH YANG PEDULI
AKAN ISTIRAHAT KITA
Aku akan memelihara hidupmu.
Bahkan di tengah kehancuran, “Ke
mana pun engkau pergi, engkau
akan tetap hidup. Aku, TUHAN
telah berbicara." (Yeremia 45:5
Bahasa Indonesia sehari-hari)
ALLAH memiliki janji khusus dan positif bagi masing-masing kita pada saat-saat
susah dan pedih. IA memberi kita istirahat meski saat kita dirundung masalah.
6. ISTIRAHAT DALAM
PERJANJIAN LAMA
“Ketika Allah pada hari ketujuh telah
menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya
itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari
segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya
itu.” (Kejadian 2:2)
Beberapa kata Ibrani digunakan untuk kata
“istirahat” dalam Perjanjian Lama:
shabbat Kejadian 2:2-3;
Keluaran 5:5
Untuk berhenti bekerja, untuk
beristirahat, untuk libur
nuakh Kel. 20:11; Ul. 5:14; Ayub
3:13; Bil. 10:36; 2Raja 2:15
Istirahat, tenang, beristirahat. Ini
digunakan dalam Hukum ke-4
shaqat Yosua 11:23
Untuk beristirahat, memberikan
kelegaan, ketenangan, kedamaian
raga` Ulangan 28:65; Yeremia
50:34
Digunakan dalam bentuk kausatif, menggambarkan
ketidakmampuan untuk beristirahat
shakab Ulangan 31:16; 2Samuel
7:12
Untuk berbaring, tidur, mati
7. anapauō Matius. 11:28; 26:45;
1Korintus. 16:18
Beristirahat, bersantai. Merujuk pada
istirahat fisik atau moral
hēsychazō Lukas. 23:56; 1Tesalonika
4:11; Kisah 11:18
Istirahat Sabat, hidup tenang, seseorang
tidak terbebani dan berdiam diri
katapauō Ibrani 4:4
Menyebabkan berhenti, membawa
untuk beristirahat.
Dalam Markus 6:31, YESUS memerintahkan murid-murid-Nya untuk beristirahat. Saat-saat
istirahat diperlukan untuk melindungi kesehatan dan kesegaran emosional kita. Kita harus
meluangkan waktu untuk beristirahat ketika bekerja keras, bahkan jika kita sedang
melakukan pekerjaan TUHAN.
ISTIRAHAT DALAM
PERJANJIAN BARU
“Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi,
supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab
memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi,
sehingga makan pun mereka tidak sempat.” (Markus 6:31)
Beberapa kata Yunani untuk “istirahat” dalam Perjanjian Baru:
8. ISTIRAHAT di LUAR TUHAN
“Engkau menghalau aku sekarang dari
tanah ini dan aku akan tersembunyi dari
hadapan-Mu, seorang pelarian dan
pengembara di bumi; maka barangsiapa
yang akan bertemu dengan aku, tentulah
akan membunuh aku.” (Kejadian 4:14)
Kain mengejar hal-hal materi, hubungan
manusia, dan mungkin kehidupan yang
sibuk, berusaha memenuhi keperluannya
akan istirahat rohani dan rahmat ilahi.
Bukankah hal itu juga yang sekarang kita
alami?
Kain sedang melarikan diri dari ALLAH ketika
dia membuat pernyataan itu. Dia tidak mau
mengakui dosanya, dia hanya takut akan
hukuman dari ALLAH.
Jika kita menjalani kehidupan 24-7 yang panik tanpa istirahat yang
ALLAH tawarkan, kita akan kehilangan perspektif, menjadi lelah
secara fisik, mental, dan emosional, mengabaikan doa dan belajar
Alkitab, dan menjauh dari IA Yang Adalah Sumber Istirahat Yang Sejati
dan Sumber kehidupan (Matius 11:28).
9. E. G. W. (Testimonies for the Church, book 7, cp. 13, p. 69)