Dokumen tersebut memberikan ringkasan sejumlah fakta penting tentang pengalaman mendengar suara (hearing voices). Beberapa poin kuncinya adalah: (1) sekitar 4-10% populasi dunia mengalami hearing voices, (2) pengalaman ini tidak selalu terkait dengan gangguan jiwa seperti skizofrenia, dan (3) pendekatan konvensional psikiatri kadang kurang memperhatikan makna pengalaman ini bagi yang mengalaminya.
1. SEJUMLAH FAKTA TENTANG
PENGALAMAN MENDENGAR
SUARA (HEARING VOICES)
DISARIKAN DARI:
HTTP://WWW.INTERVOICEONLINE.ORG/ABOUT-VOICES/ESSENTIAL-FACTS
OLEH:
BAGUS UTOMO
KOMUNITAS PEDULI SKIZOFRENIA INDONESIA
HTTP://WWW.SKIZOFRENIA.ORG
@KPSI_PUSAT
INFO.KPSI@GMAIL.COM
2. SEJUMLAH FAKTA DASAR
• Berdasarkan penelitian ada sekitar 4 sampai 10 persen orang
diseluruh dunia yang mendengar suara atau pengalaman
hearing voices.
• Antara 70 hingga 90 persen orang yang mendengar suara
setelah mengalami peristiwa traumatik dalam hidupnya.
• Suara-suara yang didengar dapat berupa suara laki-laki,
perempuan, tanpa jenis kelamin yang jelas (tanpa gender),
anak-anak, orang dewasa, manusia ataupun bukan manusia.
3. • Seseorang dapat mendengar suara tunggal atau banyak orang.
Ada sejumlah laporan kasus yang mendengar ratusan
suara,meskipun dalam banyak kasus biasanya ada satu suara
yang lebih dominan dari suara-suara yang lain.
• Suara datap dialami terdengar di dalam kepala, di telinga, di
luar kepala, dari berbagai bagian tubuh lainnya, atau dari
lingkungan sekitar.
• Suara-suara itu seringkali merefleksikan aspek penting dari
kondisi emosional orang yang mendengar suara – khususnya
emosi yang seringkali tak mampu diekspresikan oleh si
pendengar suara itu.
5. 1
• Pengalaman mendengar suara (hearing voices) seringkali dipandang
sebagai bagian dari gejala psikosis (American Psychiatric Association
1994). Hearing voices (auditory hallucinations-Halusinasi suara)
dianggap sebagai gejala utamagejala psikosis khususnya skizofrenia
(Schneider, 1959). Ada 3 kategori pasien gangguan psikiatrik
yangmendengar suara-suara; skizofrenia (sekitar 50%); affective
psychosis (sekitar 25%) dan dissociative disorders (sekitar 80%)
(Honig et al., 1998).
6. 2
• Namun, pengalaman hearing voices atau mendengar suara-suara sendiri
bukanlah gejala penyakit, sekitar 2 – 4 % dari populasi, sejumlah riset
memberikan perkiraan yang lebih besar dan bahkan lebih banyak orang
(sekitar 8%) yang disebut “peculiar personal convictions-memiliki keyakinan
yang ganjil”, yang seringkali disebut “delusions-berwaham”, tanpa disebut
“sakit jiwa”. Banyak orang yang mendengar suara, merasa bahwa suara itu
berguna membantu hidupnya dan baik (Romme & Escher, 1993). Dalam
sebuah studi yang melibatkan 15,000 orang ditemukan bahwa prevalensi
sekitar 2.3% orang yang sering mendengar suara frequently dan ini cukup
kontras dengan prevalesi skizofrenia yang 1% dari populasi (Tien, 1991).
7. • Bentall and Slade (1985) menemukan fakta sekitar 15.4%
populasi dari 150 siswa laki-laki menyatakan bahwa ‘pernah
mengalami mendengar suara namun orangnya tidak ada’.
Mereka menambahkan: ‘…setidaknya17.5% dari subyek
menyatakan “saya sering mendengar suara yang keras di dalam
pikiran saya”. Pernyataan terakhir biasanya dianggap bagian
dari gejala skizofrenia …’
8. 3
• Meskipun satu dari 3 orang yang mendengar suara menjadi pasien psikiatri –
dua dari 3 orang diantaranya dapat mengelolanya dengan baik dan kemudian
tidak membutuhkan lagi perawatan psikiatri. Tidak diperlukan lagi labe
diagnosa karena 2 dari 3 orang yang mendengar suara dapat kembali sehat dan
berfungsi dengan baik. Ada cukup banyak orang di masyarakat yang
sesungguhnya mengalami pengalaman mendengar suara-suara namun tidak
pernah menjadi pasien psikiatri daripada mereka yang mendengar suara dan
menjadi pasien psikiatri. (Romme & Escher, 2001). Green dan McCreery (1975)
menemukan bahwa 14% dari 1800 subyek penelitian melaporkan mengalami
halusinasi suara (auditory hallucination), dan hampir separuhnya melibatkan
suara yang merupakan ujaran suara manusia.
9. 4
• Teknologi Brain imaging atau pemindaian otak telah
membuktikan bahwa orang yang mendengar suara-suara
sungguh-sungguh mengalami suara yang ia dengar seakan-
akan orangnya benar-benar ada dan berbicara kepadanya
(Shergill, Brammer, Williams, Murray, & McGuire, 2000).
10. 5
• Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Honig dkk (1998), tentang
perbedaan pengalaman mendengar suara-suara yang dialami oleh mereka
yang tidak pernah jadi pasien psikiatri dan mereka yang pernah menjadi
pasien psikiatri, perbedaannya bukan dalam bentuk suaranya tapi dalam
isinya. Dengan kata lain mereka yang tidak pernah menjadi pasien psikiatri
mendengar suara baik di dalam atau di luar kepala mereka sama seperti
pada pasien psikiatri, namun apakah isi suara itu psositif atau pandangan si
pendengar suara yang memaknainya lebih positif terhadap suara yang
mereka dengar sehingga mereka mampu meiliki kendali terhadap suara-
suara yang mereka dengar. Sebaliknya pada kelompok pasien mereka
sangat takut pada suara-suara itu dan suara-suaranya memang lebih
kritis(kasar) dan akibatnya mereka kehilangan kemampuan untuk
mengendalikan suara-suara itu (Honig et al, 1998).
11. 6
• Psikiatri di budaya barat seringkali secara tidak tepat langsung
mengidentikkan pengalaman mendengar suara sebagai
gangguan skizofrenia. Berkonsultasi ke psikiater dengan
pengalaman mendengar suara-suara akan memberikan
kemungkinan 80% didiagnosa skizofrenia (Romme & Escher
2001).
12. 7
• Pendekatan konvensional dalam psikiatri terhadap masalah mendengar
suara-suara(hearing voices) yang pada umumnya adalah mengabaikan
makna pengalaman mendengar suara pada mereka yang mengalaminya dan
hanya berkonsentrasi pada menghilangkan atau meredakan gejala
(halusinasi audio) secara fisik seperti pengobatan (Romme & Escher, 1989).
Meskipun pengobatan antipsychotic sangat membantu pada sejumlah
penderita gangguan psikosis (Fleischhaker, 2002), ada sejumlah orang yang
cukup signifikan (30 persen) yang masih mengalami gejala seperti
mendengar suara-suara meski telah diberikan dosis obat antipsikotik yang
cukup besar dosisnya (Curson, Barnes, Bamber, & Weral, 1985).
13. 8
• Pemberian obat-obatan anti psikotik yang terlalu banyak dapat
mencegah proses emosional dan tentunya proses pemulihan,
yang terkait dengan makna di balik hadirnya suara-suara itu.
(Romme & Escher, 2000).
14. 9
• Praktek tradisional dalam psikologi perilaku (behavioural psychology)
berkonsentrasi pada mengalihkan perhatian pasien atau
mengabaikan sejumlah petunjuk yang dikemukakan pasien terhadap
pengalaman mendengar suara yang dia alami, dengan harapan agar
si pasien dapat berkonsentrasi pada pengalaman nyata (‘real’
experiences), yang kemudian dapat didorong secara positif (dengan
asumsi bahwa pengalaman mendengar suara adalah keyakinan
delusional). Dampak dari pendekatan ini adalah keengganan
membahas pengalaman mendengar suara tanpa menghilangkannya.
(P.D.J. Chadwick, Birchwood, & Trower, 1996).
15. 10
• Dalam riset yang meneliti orang yang mendengar suara-
suaraditemukan fakta bahwa 77% orang yang terdiagnosa
skizofrenia; ternyata pengalaman mendengar suara yang mereka
alami terkait dengan pengalaman traumatik dalam hidupnya.
Pengalaman traumatik ini sangat bervariasi mulai dari pelecehan
seksual, pelecehan secara fisik, diremehkan terus-menerus secara
ekstrim di usia anak-anak, diterlantarkan dalam jangka waktu
panjang di usia anak-anak, diperlakukan secara agresif dalam
perkawinan, tidak mampu menerima identitas seksual, dan lain-lain
(Romme & Escher 2006)
16. 11
• Pengalaman mendengar suara (Hearing voices) sendiri tidak
serta merta terkait dengan gangguan skizofrenia. Dalam
populasi penelitian hanya 16% dari orang yang mendengar
suara yang dapat didiagnosa mengalami skizofrenia. (Romme &
Escher 2001)
17. 12
• Prognosis dari pengalaman hearing voices(mendengar suara) pada
kenyataaannya jauh lebih positif dari pandangan umum. Dalam riset yang
dilakukan Sandra Escher dengan anak-anak yang mengalami hearing voices,
dimana ia memantau 82 anak dalam jangka waktu 4 tahun. Dalam periode
itu sekitar 64% suara yang didengar oleh anak-anak itu menghilang
bersamaan dengan kemampuan mereka dalam membangun kemampuan
mengelola emosi sehingga stress yang mereka alami berkurang. Pada anak-
anak yang hanya berobat saja pada psikiater, dan pengalaman mendengar
suaranya hanya dianggap sebagai penyakit, tanpa diberikan perhatian yang
cukup tentang bagaimana mengelola emosi dan masalah, suaranya tidak
menghilang bahkan semakin bertambah parah, proses tumbuh kembangnya
jadi terhambat. (Romme & Escher 2006)
18. TERIMA KASIH
• Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia
• Jl. Limo 26a Rt05/02 Balimester
Kampung Melayu, Jakarta Timur
Indonesia
• 6221 8514389
• Info.kpsi@gmail.com
• http://www.skizofrenia.org
• @kpsi_pusat