SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 20
Baixar para ler offline
Oleh :
Analizza Ina Lea, S. Kep., Ns
Pemeriksaan Visus
Definisi
Pemeriksaan visus merupakan
pemeriksaan fungsi mata.
Gangguan penglihatan memerlukan
pemeriksaan untuk mengetahui sebab
kelainan mata yang mengakibatkan
turunnya visus.
Cara pemeriksaan Visus
Pemeriksaan visus dapat dilakukan
dengan menggunakan:
 Optotype Snellen
kartu Cincin Landolt,
kartu uji E, dan
 kartu uji Sheridan/Gardiner
Visus dan penglihatan dibagi dalam tujuh
kategori.
 Penglihatan normal
Pada keadaan ini penglihatan mata
adalah normal dan sehat.
 Penglihatan hampir normal
Tidak menimbulkan masalah yang
gawat, akan tetapi perlu diketahui
penyebabnya. Mungkin suatu penyakit
masih dapat diperbaiki.
Sambungan
 Low vision sedang
Dengan kacamata kuat atau kaca
pembesar masih dapat membaca dengan
cepat.
 Low vision berat
Masih mungkin orientasi dan
mobilitas umum akan tetapi mendapat
kesukaran pada lalu lintas dan melihat
nomor mobil. Untuk membaca diperlukan
lensa pembesar kuat. Membaca menjadi
Sambungan
 Low vision nyata
Bertambahnya masalah orientasi dan
mobilisasi. Diperlukan tongkat putih untuk
mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat
masih mungkin membaca dengan kaca pembesar.
 Hampir buta
Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk
menghitung jari. Penglihatan tidak bermanfaat,
kecuali pada keadaan tertentu. Harus
mempergunakan alat nonvisual.
 Buta total
Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali.
Seluruhnya tergantung pada alat indera lainnya.
Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan
beberapa cara :
1. Menggunakan Optotype Snellen
2. Kartu Cincin Landolt
3. kartu uji E, dan
4. kartu uji Sheridan/Gardiner
Optotype
Snellen
Optotype Snellen terdiri atas sederetan
huruf dengan ukuran yang berbeda dan
bertingkat serta disusun dalam baris
mendatar.
Tajam penglihatan dinyatakan dalam
pecahan. Pembilang menunjukkan jarak
pasien dengan kartu, sedangkan penyebut
adalah jarak pasien yang penglihatannya
masih normal bisa membaca baris yang sama
pada kartu. Dengan demikian dapat ditulis
rumus:
V =D/d
 Keterangan:
V = ketajaman penglihatan (visus)
d = jarak yang dilihat oleh penderita
D = jarak yang dapat dilihat oleh mata
normal
SOP PEMERIKSAAN VISUS
Definisi :
Prosedur ini digunakan untuk
mengukur ketajaman penglihatan
individu. Prosedur Pemeriksaan Mata ini
dilakukan dengan menggunakan Kartu
Snellen dan Pinhole.
 Alat :
Kartu snellen
Buku pencatat
Tahap I. Pengamatan:
 Pemeriksa memegang senter perhatikan:
 Posisi bolamata: apakah ada juling
 Konjungtiva: ada pterigium atau tidak
 Kornea: ada parut atau tidak
 Lensa: jernih atau keruh/ warna putih
Tahap II. Pemeriksaan Tajam Penglihatan Tanpa
Pinhole:
 Pemeriksaan dilakukan di pekarangan rumah
(tempat yang cukup terang), responden tidak
boleh menentang sinar matahari.
 Gantungkan kartu Snellen atau kartu E yang
sejajar mata responden dengan jarak 6 meter
(sesuai pedoman)
 Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan.
 Mata kiri responden ditutup dengan telapak
tangannya tanpa menekan bolamata.
Sambungan
 Responden disuruh baca huruf dari kiri-ke
kanan setiap baris kartu Snellen atau
memperagakan posisi huruf E pada kartu E
dimulai baris teratas atau huruf yang paling
besar sampai huruf terkecil (baris yang tertera
angka 20/20).
 Penglihatan normal bila responden dapat
membaca sampai huruf terkecil (20/20).
Sambungan
 Bila dalam baris tersebut responden dapat
membaca huruf atau memperagakan posisi
huruf E KURANG dari setengah baris maka
yang dicatat ialah baris yang tertera angka di
atasnya.
 Bila dalam baris tersebut responden dapat
membaca huruf atau memperagakan posisi
huruf E SETENGAH baris atau LEBIH dari
setengah baris maka yang dicatat ialah baris
yang tertera angka tersebut.
Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan
hitung jari :
 Bila responden belum dapat melihat
huruf teratas atau terbesar dari kartu
Snellen atau kartu E maka mulai HITUNG
JARI pada jarak 3 meter (tulis 03/060).
 Hitung jari 3 meter belum bisa terlihat
maka maju 2 meter (tulis 02/060), bila
belum terlihat maju 1 meter (tulis 01/060).
Sambungan
 Bila belum juga terlihat maka lakukan
GOYANGAN TANGAN pada jarak 1 meter
(tulis 01/300).
 Goyangan tangan belum terlihat maka
senter mata responden dan tanyakan
apakah responden dapat melihat SINAR
SENTER (tulis 01/888).
 Bila tidak dapat melihat sinar disebut BUTA
TOTAL (tulis 00/000).
Tahap III, Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan
PINHOLE:
 Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi
bacaan huruf di kartu Snellen atau kartu E
atau hitung jari maka pada mata tersebut
dipasang PINHOLE.
 Hasil pemeriksaan pinhole ditulis dalam
kotak dengan pinhole. Cara penulisan huruf
yang terbaca sama dengan cara
pemeriksaan tanpa pinhole.
Sambungan
 Dengan pinhole responden dapat melanjutkan
bacaannya sampai baris paling bawah (normal,
20/20) berarti responden tersebut GANGGUAN
REFRAKSI.
 Dengan pinhole responden dapat melanjutkan
bacaannya tetapi tidak sampai baris normal
(20/20) pada usia anak sampai dewasa berarti
responden tersebut GANGGUAN REFRAKSI
dengan mata malas.
 Bila dengan pinhole responden tidak dapat
melanjutkan bacaan huruf atau memperagakan
posisi huruf E maka disebut KATARAK.
TERIMA KASIH

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialisfikri asyura
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
Pemeriksaan lapangan pandang (tes konfrontasi dan amsler
Pemeriksaan lapangan pandang (tes konfrontasi dan amslerPemeriksaan lapangan pandang (tes konfrontasi dan amsler
Pemeriksaan lapangan pandang (tes konfrontasi dan amslerprastika1
 
Morning Report Neurology
Morning Report NeurologyMorning Report Neurology
Morning Report NeurologyPhil Adit R
 
Modul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaran
Modul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaranModul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaran
Modul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaranUwes Chaeruman
 
Tb duplex lama aktif
Tb duplex lama aktifTb duplex lama aktif
Tb duplex lama aktifdesierianto
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratAris Rahmanda
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiUsqi Krizdiana
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerJafar Nyan
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutPhil Adit R
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalTri Kusniati
 
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi PenglihatanPemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi Penglihatanpjj_kemenkes
 
Modul 4 kb3 pemeriksaan fungsi penglihatan
Modul 4 kb3 pemeriksaan fungsi penglihatanModul 4 kb3 pemeriksaan fungsi penglihatan
Modul 4 kb3 pemeriksaan fungsi penglihatanUwes Chaeruman
 

Mais procurados (20)

Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
Pemeriksaan lapangan pandang (tes konfrontasi dan amsler
Pemeriksaan lapangan pandang (tes konfrontasi dan amslerPemeriksaan lapangan pandang (tes konfrontasi dan amsler
Pemeriksaan lapangan pandang (tes konfrontasi dan amsler
 
Morning Report Neurology
Morning Report NeurologyMorning Report Neurology
Morning Report Neurology
 
Modul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaran
Modul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaranModul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaran
Modul 4 kb2 pemeriksaan fungsi pendengaran
 
Tb duplex lama aktif
Tb duplex lama aktifTb duplex lama aktif
Tb duplex lama aktif
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Guideline stroke-2011
Guideline stroke-2011Guideline stroke-2011
Guideline stroke-2011
 
Gangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by GabriellaGangguan lapang pandang by Gabriella
Gangguan lapang pandang by Gabriella
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Fraktur tibia
Fraktur tibiaFraktur tibia
Fraktur tibia
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vital
 
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi PenglihatanPemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
 
Modul 4 kb3 pemeriksaan fungsi penglihatan
Modul 4 kb3 pemeriksaan fungsi penglihatanModul 4 kb3 pemeriksaan fungsi penglihatan
Modul 4 kb3 pemeriksaan fungsi penglihatan
 

Semelhante a PEMERIKSAAN VISUS

Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi PenglihatanPemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi Penglihatanpjj_kemenkes
 
pemeriksaan mata lengkap dalam menentukan kelainan refraksi
pemeriksaan mata lengkap dalam menentukan kelainan refraksipemeriksaan mata lengkap dalam menentukan kelainan refraksi
pemeriksaan mata lengkap dalam menentukan kelainan refraksiElishaNaylaP
 
Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan dan Uji Ischihara.pdf
Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan dan Uji Ischihara.pdfPemeriksaan Ketajaman Penglihatan dan Uji Ischihara.pdf
Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan dan Uji Ischihara.pdfErviAudinaMunthe1
 
Prosedur diagnostik sistem penglihatan
Prosedur diagnostik sistem penglihatanProsedur diagnostik sistem penglihatan
Prosedur diagnostik sistem penglihatanmateri-x2
 
Dd indera ns 2020 ok
Dd indera ns 2020 okDd indera ns 2020 ok
Dd indera ns 2020 okLilyBanonah
 
Deteksi Dini FR PTM.pptx
Deteksi Dini FR PTM.pptxDeteksi Dini FR PTM.pptx
Deteksi Dini FR PTM.pptxRidhoIchsan1
 
soal osce comprehensive
soal osce comprehensivesoal osce comprehensive
soal osce comprehensiveYoseph Buga
 
MATERI II FR RISIKO PTM.pptx
MATERI II FR RISIKO PTM.pptxMATERI II FR RISIKO PTM.pptx
MATERI II FR RISIKO PTM.pptxmilaintan
 
MPI1_Pengukuran FR PTM_Revisi.pptx
MPI1_Pengukuran FR PTM_Revisi.pptxMPI1_Pengukuran FR PTM_Revisi.pptx
MPI1_Pengukuran FR PTM_Revisi.pptxBryanRajaM
 
Skrining Tajam Penglihatan.pdf
Skrining Tajam Penglihatan.pdfSkrining Tajam Penglihatan.pdf
Skrining Tajam Penglihatan.pdfayusumertini
 
`1Definisi tunanetra didi t
`1Definisi tunanetra didi t`1Definisi tunanetra didi t
`1Definisi tunanetra didi tpendekar ilmu
 

Semelhante a PEMERIKSAAN VISUS (14)

Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi PenglihatanPemeriksaan Fungsi Penglihatan
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
 
pemeriksaan mata lengkap dalam menentukan kelainan refraksi
pemeriksaan mata lengkap dalam menentukan kelainan refraksipemeriksaan mata lengkap dalam menentukan kelainan refraksi
pemeriksaan mata lengkap dalam menentukan kelainan refraksi
 
Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan dan Uji Ischihara.pdf
Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan dan Uji Ischihara.pdfPemeriksaan Ketajaman Penglihatan dan Uji Ischihara.pdf
Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan dan Uji Ischihara.pdf
 
Penglihatan
PenglihatanPenglihatan
Penglihatan
 
Prosedur diagnostik sistem penglihatan
Prosedur diagnostik sistem penglihatanProsedur diagnostik sistem penglihatan
Prosedur diagnostik sistem penglihatan
 
KL Skop 1 Unit 3.ppt untuk pembelajarabn
KL Skop 1 Unit 3.ppt untuk pembelajarabnKL Skop 1 Unit 3.ppt untuk pembelajarabn
KL Skop 1 Unit 3.ppt untuk pembelajarabn
 
Dd indera ns 2020 ok
Dd indera ns 2020 okDd indera ns 2020 ok
Dd indera ns 2020 ok
 
Deteksi Dini FR PTM.pptx
Deteksi Dini FR PTM.pptxDeteksi Dini FR PTM.pptx
Deteksi Dini FR PTM.pptx
 
Pengukuran FR PTM_Revisi.pptx
Pengukuran FR PTM_Revisi.pptxPengukuran FR PTM_Revisi.pptx
Pengukuran FR PTM_Revisi.pptx
 
soal osce comprehensive
soal osce comprehensivesoal osce comprehensive
soal osce comprehensive
 
MATERI II FR RISIKO PTM.pptx
MATERI II FR RISIKO PTM.pptxMATERI II FR RISIKO PTM.pptx
MATERI II FR RISIKO PTM.pptx
 
MPI1_Pengukuran FR PTM_Revisi.pptx
MPI1_Pengukuran FR PTM_Revisi.pptxMPI1_Pengukuran FR PTM_Revisi.pptx
MPI1_Pengukuran FR PTM_Revisi.pptx
 
Skrining Tajam Penglihatan.pdf
Skrining Tajam Penglihatan.pdfSkrining Tajam Penglihatan.pdf
Skrining Tajam Penglihatan.pdf
 
`1Definisi tunanetra didi t
`1Definisi tunanetra didi t`1Definisi tunanetra didi t
`1Definisi tunanetra didi t
 

PEMERIKSAAN VISUS

  • 1. Oleh : Analizza Ina Lea, S. Kep., Ns Pemeriksaan Visus
  • 2. Definisi Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya visus.
  • 3. Cara pemeriksaan Visus Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan:  Optotype Snellen kartu Cincin Landolt, kartu uji E, dan  kartu uji Sheridan/Gardiner
  • 4. Visus dan penglihatan dibagi dalam tujuh kategori.  Penglihatan normal Pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat.  Penglihatan hampir normal Tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu diketahui penyebabnya. Mungkin suatu penyakit masih dapat diperbaiki.
  • 5. Sambungan  Low vision sedang Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat.  Low vision berat Masih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar kuat. Membaca menjadi
  • 6. Sambungan  Low vision nyata Bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan tongkat putih untuk mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat masih mungkin membaca dengan kaca pembesar.  Hampir buta Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak bermanfaat, kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.  Buta total Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya tergantung pada alat indera lainnya.
  • 7. Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan beberapa cara : 1. Menggunakan Optotype Snellen 2. Kartu Cincin Landolt 3. kartu uji E, dan 4. kartu uji Sheridan/Gardiner
  • 8. Optotype Snellen Optotype Snellen terdiri atas sederetan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar.
  • 9. Tajam penglihatan dinyatakan dalam pecahan. Pembilang menunjukkan jarak pasien dengan kartu, sedangkan penyebut adalah jarak pasien yang penglihatannya masih normal bisa membaca baris yang sama pada kartu. Dengan demikian dapat ditulis rumus: V =D/d  Keterangan: V = ketajaman penglihatan (visus) d = jarak yang dilihat oleh penderita D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
  • 10. SOP PEMERIKSAAN VISUS Definisi : Prosedur ini digunakan untuk mengukur ketajaman penglihatan individu. Prosedur Pemeriksaan Mata ini dilakukan dengan menggunakan Kartu Snellen dan Pinhole.  Alat : Kartu snellen Buku pencatat
  • 11. Tahap I. Pengamatan:  Pemeriksa memegang senter perhatikan:  Posisi bolamata: apakah ada juling  Konjungtiva: ada pterigium atau tidak  Kornea: ada parut atau tidak  Lensa: jernih atau keruh/ warna putih
  • 12. Tahap II. Pemeriksaan Tajam Penglihatan Tanpa Pinhole:  Pemeriksaan dilakukan di pekarangan rumah (tempat yang cukup terang), responden tidak boleh menentang sinar matahari.  Gantungkan kartu Snellen atau kartu E yang sejajar mata responden dengan jarak 6 meter (sesuai pedoman)  Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan.  Mata kiri responden ditutup dengan telapak tangannya tanpa menekan bolamata.
  • 13. Sambungan  Responden disuruh baca huruf dari kiri-ke kanan setiap baris kartu Snellen atau memperagakan posisi huruf E pada kartu E dimulai baris teratas atau huruf yang paling besar sampai huruf terkecil (baris yang tertera angka 20/20).  Penglihatan normal bila responden dapat membaca sampai huruf terkecil (20/20).
  • 14. Sambungan  Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf atau memperagakan posisi huruf E KURANG dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka di atasnya.  Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf atau memperagakan posisi huruf E SETENGAH baris atau LEBIH dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka tersebut.
  • 15. Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan hitung jari :  Bila responden belum dapat melihat huruf teratas atau terbesar dari kartu Snellen atau kartu E maka mulai HITUNG JARI pada jarak 3 meter (tulis 03/060).  Hitung jari 3 meter belum bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 02/060), bila belum terlihat maju 1 meter (tulis 01/060).
  • 16. Sambungan  Bila belum juga terlihat maka lakukan GOYANGAN TANGAN pada jarak 1 meter (tulis 01/300).  Goyangan tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan apakah responden dapat melihat SINAR SENTER (tulis 01/888).  Bila tidak dapat melihat sinar disebut BUTA TOTAL (tulis 00/000).
  • 17. Tahap III, Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan PINHOLE:  Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di kartu Snellen atau kartu E atau hitung jari maka pada mata tersebut dipasang PINHOLE.  Hasil pemeriksaan pinhole ditulis dalam kotak dengan pinhole. Cara penulisan huruf yang terbaca sama dengan cara pemeriksaan tanpa pinhole.
  • 18.
  • 19. Sambungan  Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya sampai baris paling bawah (normal, 20/20) berarti responden tersebut GANGGUAN REFRAKSI.  Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya tetapi tidak sampai baris normal (20/20) pada usia anak sampai dewasa berarti responden tersebut GANGGUAN REFRAKSI dengan mata malas.  Bila dengan pinhole responden tidak dapat melanjutkan bacaan huruf atau memperagakan posisi huruf E maka disebut KATARAK.