SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 34
Baixar para ler offline
MENGHAYATI NILAI NILAI MUJAHADAH AN-NAFS,
MUSABAQAH BIL KHAIRAT, ETOS KERJA, INOFATIF, DAN DINAMIS
OLEH KELOMPOK 1 :
Muhammad Mauladi
Khairul Anwar
Ricky Meihendra
MADRASAH ALIYAH NEGERI 039 TEMBILAHAN HULU
2016/2017
A. Mujahadah An-Nafs
1. Pengertian
Mujahadah an-Nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata, yakni mujahadah yang
artinya kesungguhan dalam mengendalikan sesuatu dan an-Nafs yang artinya diri pribadi. Jadi, mujahadah
an-Nafs adalah kesungguhan dalam mengendalikan diri pribadi atau sikap kontrol diri.
Sikap kontrol diri atau mujahadah an-Nafs adalah satu sikap yang diajarkan Islam agar manusia
mampu menjadi pribadi yang tidak selalu mengedepankan hawa nafsu dan emosinya dalam menjalani
kehidupan. Akan tetapi, mampu mengendalikan emosi dan hawa nafsunya dengan selalu mengedepankan
kejernihan hati dan pikiran serta perilaku mulia yang dapat meninggikan derajatnya di hadapan Allah swt.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan
setelah mati”(H.R. Tarmidzi: 2383)
Diantara tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah swt., yaitu dia yang mengutamakan
perkara yang disukai-Nya daripada mengutamakan kehendak nafsu pribadinya. Orang-orang yang sanggup
melawan hawa nafsu adalah mereka yang beriman kepada Allah swt. dan hari akhir, inilah kekuatan yang ada
dalam diri umat Islam.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Dan saya juga mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Mujahid adalah orang yang berjihad terhadap
jiwanya”(H.R. Ahmad)
Perang melawan hawa nafsu merupakan jihad akbar, yang nilainya lebih utama dibanding jihad
memerangi orang-orang kafir, yang sering disebut jihad kecil (al jihad al asghar) oleh Rasulullah saw.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Nabi Muhammad saw. Bersabda: Telah kembalilah kita dari sebuah perlawanan yang kecil (perang Badar
dengan orang Kaum Kafir Quraisy waktu itu), menuju peperangan yang agung, bertanyalah para sahabat:
Ya Rasulullah, apa yang engkau maksudkan peperangan yang besar? Rasul menjawab: Perang melawan
hawa nafsu”
d. Bersyukur ketika mendapat keberhasilan
e. Bersabar ketika mendapat kegagalan
Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri akan
bersabar dan menganggap bahwa setiap kegagalan dalam
usahanya adalah ujian baginya untuk meningkatkan usaha
dan doanya lebih maksimal lagi di kemudian hari.
Allah swt. berfirman :
َ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ُف‬‫س‬‫ُو‬‫ي‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ُوا‬‫س‬َّ‫س‬َ‫ح‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ‫ُوا‬‫ب‬َ‫ه‬ْ‫اذ‬ َّ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ي‬ِ َّ‫اّلل‬ ِ‫ح‬ ْ‫و‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ُوا‬‫س‬َ‫أ‬ْ‫ي‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬ ِ‫ه‬‫ي‬ ِ‫خ‬َ‫َل‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ۖ
َ‫ون‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬‫َا‬‫ك‬ْ‫ال‬ ُ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ِ َّ‫اّلل‬ ِ‫ح‬ ْ‫و‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫س‬َ‫أ‬ْ‫ي‬َ‫ي‬
Artinya :
“Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita)
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa
dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (Q.S.
Yusuf (12): 87)
B. Perilaku yang Mencerminkan Sikap Mujahadah an-Nafs
a. Berpikir positif
Selalu berpikir positif dalam segala hal, tidak pernah mempunyai prasangka buruk terhadap apa
pun dan siapa pun, tidak memiliki perasaan untuk merendahkan, atau bahkan menghina siapa pun
yang ditemuinya. Ketika seseorang memiliki perilaku berpikir positif, dia akan selalu
mempertimbangkan setiap ucapan dan perilakunya untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwasanya Nabi Muhammad saw. Bersabda, “Demi Zat
(Allah) yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah beriman seorang hamba dengan
sempurna sehingga dia mencintai tetangganya atau saudaranya seperti halnya mereka mencintai
dirinya sendiri”(H.R. Muslim: 65)
b. Bekerja keras, tuntas, dan ikhlas
c. Optimis dalam segala hal
Sikap optimis artinya keyakinan yang kuat bahwa kesungguhan dan kerja keras yang kita lakukan
akan mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari Allah swt. dengan berbagai macam kemudahan.
Allah swt. berfirman :
َ َّ‫اّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ۚ ‫َا‬‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ب‬ُ‫س‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫ي‬ِ‫د‬ْ‫ه‬َ‫ن‬َ‫ل‬ ‫َا‬‫ن‬‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ُوا‬‫د‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ال‬ َ‫و‬َ َ َ‫ل‬َ‫ين‬ِ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬ُ ْ‫ال‬
Artinya :
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik” (Q.S. Al-
Ankabut (29): 69)
C. Hikmah atau Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs
a. Menambah ketentraman hati dan pikiran
Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri, hatinya akan merasa tenteram dan nyaman, tidak
pernah berburuk sangka terhadap siapa pun yang ditemuinya, tidak mengucapkan sesuatu yang
dapat merugikan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya dalam tubuh (manusia) itu terdapat segumpal daging, apabila segumpal
daging itu baik maka baik pula seluruh tubuhya, akan tetapi apabila rusak segumpal daging
itu maka rusak pulalah seluruh tubuhnya, ingatlah segumpal daging itu adalah hati.”
(H.R. Bukhari: 50 dan Muslim: 2996)
b. Mendapatkan hasil yang memuaskan
Seseorang yang dapat mengontrol dirinya dari sifat malas dan menunda pekerjaan
menggantinya dengan kerja keras, tuntas, dan ikhlas tentu akan mendapatkan hasil yang
memuaskan.
Allah swt. berfirman :
‫ى‬َ‫ع‬َ‫س‬ ‫ا‬َ‫م‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ِ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ ْ‫ْل‬ِ‫ل‬ َ‫س‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬
Artinya :
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (Q.S. An-Najm (53):
39)
c. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi
d. Menambah ketawakalan kepada Allah swt. dalam menyerahkan semua urusan
E. Akibat mengikuti nafsu
Para pelaku tindak kriminal di sekitar kita, seperti para
koruptor, pemakai narkoba, pembunuh, misalnya, adalah orang-
orang yang gagal dalam laku mujahadah diri. Sebaliknya, mereka
justru menuruti segala keinginan dan syahwat diri, sehingga
mereka tertawan dan diperbudak olehnya. Mereka tidak pernah
menyadari tentang buah kejahatan yang akan datang menjelang,
cepat atau lambat. Yang mereka pikirkan adalah bayangan semu
tentang kenikmatan sesaat dan instan. Na’udzu billah, semoga kita
dihindarkan cara pandang sedemikian.
F. Hikmah mujahadah an nafs
Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari mujahadah an-nafs,
yaitu:
a) Dapat meminimalisasi akibat negatif dari perbuatan yang
dilakukan, karena dipertimbangkan dengan matang.
b) Berusaha berbuat yang baik dan terbaik, sebaik perbuatan itu
akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah
c) Tidak cepat bereaksi terhadap berbagai permasalahan yang
timbul.
D. Dapat Melakukan Mujahadah an Nafs hanya
karena hidayah Allah
Mujahadah al-nafs merupakan perbuatan yang berat. Meskipun berat Allah
menjanjikan jalan keluar bagi orang beriman yang bersungguh-sungguh berjuang
mengendalikan nafsunya. Sebagaimana firman Allah : “Orang-orang yang berjihad di
jalan Kami, pasti akan kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami…” (QS al-Ankabut:
69).
Imam Ibn al-Qayyim berkata: “Allah menggantungkan hidayah dengan laku
jihad. Maka orang yang paling sempurna hidayah (yang diperoleh)-nya adalah dia yang
paling besar laku jihadnya. Jihad yang paling fardu adalah jihad melawan nafsu,
melawan syahwat, melawan syetan, melawan rayuan duniawi. Siapa yang
bersungguh-sungguh dalam jihad melawan keempat hal tersebut, Allah akan
menunjukkan padanya jalan ridha-Nya, yang akan mengantarkannya ke pintu surga-
Nya. Sebaliknya, siapa yang meninggalkan jihad, maka ia akan sepi dari hidayah…”
Di ayat lain, Allah menjelaskan bahwa membebaskan nafsu merupakan
karunia Allah, sebagaimana frimannya: “Dan aku tidak membebaskan nafs-ku, karena
sesungguhnya nafs itu selalu sangat menyuruh kepada keburukan, kecuali nafs yang
dirahmati Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”
(QS. Yusuf/12: 53).
Kalimat yang bergaris bawah menunjukkan bahwa kita tidak akan sanggup
mengendalikan diri, kecuali mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah
B. Musabaqah fil khoiroh ( Upaya dalam
menuju kebaikan )
Dalam melihat hidup masyarakat disekitar kita, sering
kita jumpai ada beberapa orang yang mempunyai
kecenderungan tertentu. Orang yang terbiasa berbuat maksiyat,
maka dari hari kehari dia akan semakin terjerumus kedalam
lembah yang hitam. Sebaliknya orang yang suka sholat
berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke tetangganya,
rutin berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya.
Semakin seseorang memperbanyak dalam membiasakan
untuk berbuat baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu
kebaikan yang lain. Salah satu kunci kesuksesan hidup kita
adalah bagaimana kita membiasakan berbuat baik. Semakin kita
terbiasa melakukan perbuatan baik, maka semakin mudah jalan
kita untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar manusia terbiasa
beribadah, maka beberapa ibadah dilakukan dalam kurun waktu
tertentu seperti sholat lima kali dalam sehari, puasa sunnah dua
kali seminggu, dan sholat jum’at sekali sepekan.
Permasalahan awal yang biasaya ditemukan dalam melakukan
sesuatu yaitu dalam memulainya. Terkadang memulai suatu aktifitas itu lebih
berat dibandingkan ketika melaksanakannya. Maka ketika kita mendorong
mobil yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat sebelum mobil
bergerak. Setelah mobil tersebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil.
Ada juga sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal perbuatan baik
janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk menunda, maka tundalah
untuk menunda. Hal ini seperti yang disampaikan Rasululloh SAW: “
Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara.
Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang :
kemiskinan yang membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat
melebihi batas, sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun,
kematian yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk
yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya
yang amat pedih.”
Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu
ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan
dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan kebaikan
tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu,
kita wajib mencari ilmu tentang fadhilah ( kelebihan ) dari suatu amalan atau
ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari ilmu secara
berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan dalam Al-qur’an digunakan agar
manusia semakin ingat.
َ‫م‬َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ر‬َّ‫ك‬َّ‫ذ‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ ِ‫آن‬ْ‫ر‬ُ‫ق‬ْ‫ال‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ف‬َّ‫ر‬َ‫ص‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫و‬َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫د‬‫ي‬ ِ‫ز‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫ا‬ً‫ور‬ُ‫ف‬ُ‫ن‬
Artinya : “ Dan sesungguhnya dalam Al-qur’an ini Kami telah ulang - ulangi ( peringatan
– peringatan ), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah
menambah mereka lari (dari kebenaran).” (QS. Al Isra’ 41)
Jadi, mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang dan jangan ditunda. Kalau
belum yakin, perluas dan perdalam ilmu agar kita semakin yakin.
َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ْ‫ال‬ ‫وا‬ُ‫ق‬ِ‫ب‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬َ‫ف‬ ۖ ‫ا‬َ‫ه‬‫ي‬ِ‫ل‬َ‫و‬ُ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ٌ‫ة‬َ‫ه‬ْ‫ج‬ِ‫و‬ ٍّ‫ل‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫و‬ُ َّ‫اّلل‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ ِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ن‬‫و‬ُ‫ك‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫أ‬ ۚ ِ‫ت‬‫ا‬
ٌ‫ِير‬‫د‬َ‫ق‬ ٍّ‫ء‬ْ‫َي‬‫ش‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ َّ‫اّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ۚ ‫ًا‬‫ع‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫ج‬
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah
akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (QS. Al Baqarah 148).
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan fastabiqul khairat (berlomba-lombalah
atau bersegeralah dalam berbuat baik). Imam An Nawawi dalam kitabnya Riyadhush shalihiin
meletakkan bab khusus dengan judul bab "bersegera dalam melakukan kebaikan, dan
dorongan bagi orang-orang yang ingin berbuat baik agar segera melakukannya dengan penuh
kesungguhan tanpa ragu sedikitpun". Berikut beberapa poin bagaimana Imam An Nawawi
memahami ayat tersebut.
Pertama, bahwa melakukan kebaikan adalah hal yang tidak bisa ditunda, melainkan harus segera
dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas. Kematian bisa saja datang secara tiba-tiba tanpa diketahui
sebabnya. Karena itu semasih ada kehidupan, segeralah berbuat baik. Lebih dari itu bahwa kesempatan berbuat baik
belum tentu setiap saat kita dapatkan. Karenanya begitu ada kesempatan untuk kebaikan, jangan ditunda-tunda lagi,
tetapi segera dikerjakan. Karena itu Allah swt. dalam Al Qur’an selalu menggunakan istilah bersegeralah, seperti
fastabiquu atau wa saari’uu yang maksudnya sama, bergegas dengan segera, jangan ditunda-tunda lagi untuk berbuat
baik atau memohon ampunan Allah swt. Dalam hadist Rasulullah saw. Juga menggunakan istilah baadiruu maksudnya
sama, tidak jauh dari bersegera dan bergegas.
Kedua, bahwa untuk berbuat baik hendaknya selalu saling mendorong dan saling tolong menolong. Kita
harus membangun lingkungan yang baik. Lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat kebaikan. Dalam
sebuah hadits yang menceritakan seorang pembunuh seratus orang lalu ia ingin bertaubat, disebutkan bahwa untuk
mencapai tujuan taubat tersebut disyaratkan agar ia meninggalkan lingkungannya yang buruk. Sebab tidak sedikit
memang seorang yang tadinya baik menjadi rusak karena lingkungan. Karena itu Imam An Nawawi menggunakan "al
hatstsu" yang artinya saling mendukung dan memotivasi. Sebab dari lingkungan yang saling mendukung kebaikan
akan tercipta kebiasaan berbuat baik secara istiqamah.
Ketiga, bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan yang dalam. Imam
An Nawawi mengatakan "bil jiddi min ghairi taraddud". Kalimat ini menunjukkan bahwa tidak mungkin kebaikan
dicapai oleh seseorang yang setengah hati dalam mengerjakannya. Rasulullah SAW bersabda untuk mendorong segera
beramal sebelum datangnya fitnah, di mana ketika fitnah itu tiba, seseorang tidak akan pernah bisa berbuat baik.
SebabBOLEH jadi pada saat itu seseorang dipagi harinya masih beriman, tetapi pada sore harinya tiba-tiba menjadi
kafir. Atau sebaliknya pada sore harinya masih beriman tetapi pada pagi harinya tiba-tiba menjadi kafir.
Uqbah bin Harits RA pernah suatu hari bercerita: “Aku shalat Ashar di Madinah di belakang Rasulullah SAW, tiba-tiba
selesai shalat Rasulullah segera keluar melangkahi barisan shaf para sahabat dan menuju kamar salah seorang istrinya.
Para sahabat kaget melihat tergesa-gesanya Rasulullah. Lalu Rasulullah keluar, dan kaget ketika melihat para
sahabatnya memandangnya penuh keheranan. Rasulullah SAW lalu bersabda, "Aku teringat ada sekeping emas dalam
kamar, dan aku tidak suka kalau emas tersebut masih bersamaku. Maka aku segera perintahkan untuk dibagikan
kepada yang berhak". (HR. Bukhari).
Melalui usaha maupun pekerjaan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh, doa, sabar dan tawakal
sebagai sandarannya serta selalu saling berkompetisi didalam berbuat kebaikan dsb, adalah satu kendaraan yang paling
tepat dan efektif untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan kehidupan negeri akhirat yang abadi.
C. Etos Kerja
Mahkota umat islam itu adalah jihad. Mereka yang tercabut
semangat jihad dari dadanya, dia telah mencampakan mahkota harga
diri kemuliaanya, baik secara individu maupun sebagai umat. Sungguh
banyak orang yang berfikiran sempit yang menafsir dan mengartikan
jihad hanya dengan pengertian perang.
Ketauhilah bahwa jihad atau mujahadah yang berasal dari kata
jahada-yujahidu, mempunyai makna sikap yang bersungguh-sungguh
untuk mengerahkan seluruh potensi diri untuk mencapai suatu tujuan
atau citacita. Inilah arti jihad yang paling mukhtabar yang diketahui
oleh seluruh kaum alim dimana pun mereka berada, sebagai firman
allah di dalam Al-Qur’an :
َ‫ع‬ ٌّ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫غ‬َ‫ل‬ َ َّ‫اّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ۚ ِ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ل‬ ُ‫د‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ُ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ َ‫د‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬َ‫ين‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ال‬ ِ‫ن‬
Artinya :
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu
adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.(Q.S. Al-
Ankabut :6).
1. Pengertian Etos Kerja
Etos berarti pandangan hidup yang khas dari
suatu golongan sosial. Kata kerja berarti usaha, amal,
dan apa yang harus dilakukan (diperbuat). Etos berasal
dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap,
kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas
sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu,
tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah
semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan
seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti
pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang
dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual
dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan
keduniaan maupun keakhiratan. Berdasarkan pengertian
tersebut dapat dipahamkan bahwa semua usaha manusia
baik yang dilakukan oleh akal, perasaan, maupun
perbuatan adalah termasuk ke dalam kerja.
2. Dalil Mengenai Etos Kerja
Islam sangat mendorong orang-orang mukmin untuk bekerja
keras, karena pada hakikatnya kehidupan dunia ini merupakan
kesempatan yang tidak akan pernah terulang untuk berbuat kebajikan
atau sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Ini sekaligus untuk
menguji orang-orang mukmin, siapakah diantara mereka yang paling
baik dan tekun dalam bekerja. Allah SWT berfirman :
َ‫ع‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫و‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ َ‫ة‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ال‬َ‫و‬ َ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ال‬ُ‫ور‬ُ‫ف‬َ‫غ‬ْ‫ال‬ ُ‫يز‬ ِ‫ز‬َ‫ع‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ ۚ ًًَ‫م‬
Artinya “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.”(Q. S Al-Mulk:2)
Untuk menekankan perintah agar kita semua menggunakan
kesempatan hidup ini dengan giat bekerja dan beramal, Allah swt
menegaskan bahwa tidak ada satu amal atau satu pekerjaan pun yang
terlewatkan untuk mendapatkan imbalan di hari akhir nanti, karena
semua amal dan pekerjaan kita akan disaksikan Allah swt, Rasulullah
saw dan orang-orang mukmin lainnya. Allah swt berfirman :
َ‫ون‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫ال‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ع‬ ُ َّ‫اّلل‬ ‫ى‬َ‫ر‬َ‫ي‬َ‫س‬َ‫ف‬ ‫وا‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬‫ا‬ ِ‫ل‬ُ‫ق‬ َ‫و‬َّ‫ش‬‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ْ‫ال‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬‫َا‬‫ع‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ون‬ُّ‫د‬َ‫ر‬ُ‫ت‬َ‫س‬ َ‫و‬ َۖ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ة‬
ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ئ‬ِ‫ب‬َ‫ن‬ُ‫ي‬َ‫ف‬َ‫ون‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ت‬
“Dan Katakanlah; “Bekerjalah kamu, maka Allah swt dan Rasulullah-
Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang
gaib dan nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan.”(QS. At-Taubah:105)
Disisi lain, Rasulullah saw sangat menekankan kepada seluruh
umatnya, agar tidak menjadi orang yang pemalas dan orang yang suka
meminta-minta. Pekerjaan apapun, walau tampak hina dimata banyak
orang, jauh lebih baik dan mulia daripada harta yang ia peroleh dengan
meminta-minta. Dalam sebuah riwayat disebutkan;
‫وعن‬ ‫قال‬ ‫م‬‫وسل‬ ‫ه‬ْ‫ي‬‫عل‬ ‫هللا‬ ‫ى‬‫صل‬ ‫بي‬‫الن‬ ‫عن‬ ‫عنهما‬ ‫هللا‬ ‫رضى‬ ‫حزام‬ ‫بن‬ ‫م‬ْ‫ي‬‫حك‬(‫العلي‬ ‫اليد‬‫خير‬ ‫ا‬
‫ي‬ ْ‫ْفف‬‫ع‬‫ْت‬‫س‬‫ي‬ ْ‫ومن‬ ‫غنى‬ ‫ظهر‬ ْ‫عن‬ ‫دقة‬‫الص‬ ‫ر‬ْ‫ي‬‫وخ‬ ‫تعول‬ ْ‫بمن‬ ‫دأ‬ْ‫ب‬‫وا‬ ،‫فلى‬‫الس‬ ‫يد‬ ْ‫من‬ْ‫ومن‬ ‫هللا‬ ‫ه‬‫عف‬
‫هللا‬ ‫نه‬ْ‫غ‬‫ي‬ ‫ن‬ْ‫غ‬‫ْت‬‫س‬‫ي‬)‫عليه‬ ‫متفق‬,‫للبخارى‬ ‫والفظ‬
“Dari Hakim putra Hizam, ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda;
“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah,
dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-
baiknya sedekah itu ialah lebihnya kebutuhan sendiri. Dan barang
siapa memelihara kehormatannya, maka Allah akan memeliharanya.
Dan barang siapa mencukupkan akan dirinya, maka Allah akan beri
kecukupan padanya.” (H.R Bukhari)
Perbuatan suka memberi atau enggan meminta-minta dalam memenuhi kebutuhan hidup,
sangatlah dipuji oleh agama. Hal ini jelas dikatakan Nabi SAW dalam hadis di atas bahwa Nabi mencela
orang yang suka meminta-minta (mengemis) karena perbuatan tersebut merendahkan martabat kehormatan
manusia. Padahal Allah sendiri sudah memuliakan manusia, seperti terungkap melalui firman-Nya :
‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ز‬َ‫ر‬َ‫و‬ ِ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ب‬‫ل‬ْ‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ر‬َ‫ب‬‫ل‬ْ‫ا‬ ِ‫فى‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬‫ل‬ْ‫َم‬‫ح‬َ‫َو‬ ‫َم‬‫د‬َ‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫َر‬‫ك‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫و‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ض‬َ‫ف‬َ‫و‬ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ي‬َّ‫لط‬َ‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫م‬ ٍّ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ث‬َ‫ك‬ًًْ‫ي‬ ِ‫ض‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ ‫ا‬
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di daratan dan di lautan.
Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S Al-Isra’ : 70)
Dalam sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW
telah bersabda : Orang mu’min yang memiliki keimanan yang kuat lebih Allah cintai daripada yang lemah
imannya. Bahwa keimanan yang kuat itu akan menerbitkan kebaikan dalam segala hal. Kejarlah (sukailah)
pekerjaan yang bermanfaat dan mintalah pertolongan kepada Allah. Janganlah lemah berkemauan untuk
bekerja. Jika suatu hal yang jelek yang tidak disenangi menimpa engkau janganlah engkau ucapkan :
Seandainya aku kerjakan begitu, takkan jadi begini, tetapi katakanlah (pandanglah) sesungguhnya yang
demikian itu sudah ketentuan Allah. Dia berbuat apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya ucapan
“seandainya” itu adalah pembukaan pekerjaan setan.” (H.R Muslim) mengisyaratkan bahwa Nabi
Muhammad SAW memerintahkan tentang tiga hal, yaitu : menguatkan keimanan, melakukan hal yang
bermanfaat, dan memohon pertolongan kepada Allah. Di samping itu beliau melarang berbuat dua hal, yaitu:
menjadi lemah, dan menyesali apa yang telah menimpa diri dari sesuatu yang tidak disukai, sehingga
mengatakan : “Seandainya aku lakukan begitu, tak akan terjadi begini.”
Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya agar berusaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tidak dibenarkan seorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa mengharap rezeki datang
dari langit tanpa mengiringinya dengan usaha. Namun demikian, tidak dibenarkan pula terlalu mengandalkan
kemampuan diri sehingga melupakan pertolongan Allah SWT dan tidak mau berdoa kepada-Nya
Prinsip dasar etos kerja dalam islam
1. Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan) baik dari jenis pekerjaan
maupun cara menjalankannya. Contohnya, orang yang berprofesi sebagai
pedagang ikan di pasar. Murninya, pekerjaan ini adalah halal, namun jika
pedagang tersebut melakukan hal-hal yang tidak baik (membahayakan orang
lain), misalnya menjual ikan berformalin, maka dapat dikatakan profesi yang
semula halal menjadi haram (‘haram lighairihi’).
2. Bekerja agar tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-mas’alah).
Sebagai orang beriman dilarang menjadi beban hidup orang lain (benalu).
Rasulullah pernah menegur seorang sahabat yang muda dan kuat tetapi
pekerjaannya mengemis. Beliau kemudian bersabda, “Sungguh orang yang
mau membawa tali atau kapak kemudian mengambil kayu bakar dan
memikulnya diatas punggung lebih baik dari orang yang mengemis kepada
orang kaya, diberi atau ditolak” (HR Bukhari dan Muslim).
3. Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi). Karena
memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, dan
melaksanakannya juga termasuk dalam jihad. Hadis Rasulullah menyebutkan
“Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik melebihi yang dihasilkan
tangannya. Dan tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang kepada diri,
keluarga, anak, dan pembantunya kecuali dihitung sebagai sedekah” (HR Ibnu
Majah).
4. Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi).
Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam
Dalam bekerja, setiap umat muslim hendaknya bekerja sesuai dengan etika Islam, Yaitu :
1. Melandasi setiap kegiatan kerja semata-mata ikhlas karena Allah serta untuk memperoleh ridla-Nya. Pekerjaan yang halal bila
dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah tentu akan mendapatkan pahala ibadah.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya : Allah swt tidak akan menerima amalan, melainkan amalan yang ikhlas dan yang karena
untuk mencari keridaan-Nya. (H.R.Ibnu Majah )
2. Mencintai pekerjaannya. Karena pekerja yang mencinta pekerjaanya, biasanya dalam bekerja akan tenang, senang, bijaksana,
dan akan meraih hasil kerja yang optimal.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya Sesungguhnya Allah cinta kepada seseorang di antara kamu yang apabila mengerjakan
sesuatu pekerjaan maka ia rapihkan pekerjaan itu.
3. Mengawali setiap kegiatan kerjanya dengan ucapan basmalah.
Nabi saw bersabda yang artinya :Setiap urusan yang baik (bermanfaat) yang tidak dimulai dengan ucapan basmalah
(bismillahirrahmanirrahim) maka terputus berkahnya. (H.R.Abdul Qahir dari Abu Hurairah)
4. Melaksanakan setiap kegiatan kerjanya dengan cara yang halal.
Nabi saw bersabda, yang artinya : Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang baik, mencintai yang baik (halal), dan tidak menerima
(sesuatu) kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sesuatu yang diperintahkan
kepada para utusan-Nya. (H.R.Muslim dan Tirmidzi)
5. Tidak melakukan kegiatan kerja yang bersifat mendurhakai Allah. Misalnya bekerja sebagai germo, pencatat riba (rentenir),
dan pelayan bar.
Nabi saw bersabda, yang artinya :“Tidak ada ketaatan terhadap makhluk untuk mendurhakai sang pencipta”.(H.R.Ahmad bin
Hambai)
6. Memiliki sifat-sifat terpuji seperti jujur, dapat dipercaya, suka tolong menolong dalam kebaikan, dan professional dalam
kerjanya
7. Bersabar apabila menghadapi hambatan-hambatan dalam kerjanya. Sebaliknya, bersyukur apabila memperoleh keberhasilan.
8. Menjaga keseimbangan antara kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di dunia dan yang manfaatnya untuk kehidupan di
akhirat. Seseorang yang sibuk bekerja sehingga meninggalkan shalat lima waktu, tidak sesuai dengan Islam.
Rasulullah saw bersabda yang artinya,”Kerjakanlah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya,
tetapi kerjakanlah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok.”(H.R.Ibnu Asakin)
D. Dinamis
Dinamisme merupakan kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif,
sekalipun berada dalam kesulitan. Dinamisme adalh pendekatan yang positif terhadp kehidupan sehari-hari
untuk mencapi kberhsilan yang berguna bagi kehidupan.
Dalam firman Allah:
ٍّ‫ة‬َ‫ق‬ ِ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ٍّ‫ب‬‫ا‬َ‫ْو‬‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬ْ‫د‬‫ا‬َ‫و‬ ٍّ‫د‬ ِ‫اح‬َ‫و‬ ٍّ‫ب‬‫ا‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬ْ‫د‬َ‫ت‬ َ‫َل‬ َّ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫و‬ِۖ َّ‫اّلل‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫غ‬ُ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ْ‫ك‬ُ‫ح‬ْ‫ال‬ ِ‫ن‬ِ‫إ‬ ۖ ٍّ‫ء‬ْ‫َي‬‫ش‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ۖ ِ َّ ِ‫ّلل‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ُ‫م‬
َ‫ون‬ُ‫ل‬ِ‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ ِ‫ل‬َّ‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ۖ ُ‫ت‬ْ‫ل‬َّ‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬
“Dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang,
dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian Aku tiada dapat melepaskan
kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah;
kepada-Nya-lah Aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah
diri".(Q.S. yusuf : 67)
Dinamis berasal dari kata dynamic artinya : bergerak. Dalam istilah Al-quran dinamis itu identik
dengan AL-INSAN yang artinya manusia yang diambil dari kataunasun artinya jinak dan harmonis atau dari
kata nasiya artinya lupa, atau daeri katana’sun artinya pergerakan atau dinamis.
Makna tersebut paling tidak memberikan gambaran sepintas bahwa manusia mempunyai potensi
untuk lupa , hidup harmonis, dan kemampuan untuk bergerak yang melahirkan dinamisme. Secara istilah
dinamis adalah : sifat yang hidup penuh semangat, terus bergerak, untuk menghasilkan perubahan yang
membawa kemajuan. Manusia yang dinamis akan selalu aktif melihat perkembangan zaman, gejala apa yang
telah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi. Sehingga menjadikan ia mampu beradaptasi, berkomunikasi,
berintegrasi, dan bersosilisasi dengan apa dan siapa saja yang berada di lingkungannya.
Manusia merupakan makhluk sosialis – dinamis yang hidupnya selalu di hadapkan dengan
perubahan – perubahan, baik perubahan alam maupun perubahan masyarakat, tidak ada satupun di ala mini
yang mengalami stagnasi (kemandekan), semua diciptakan Allah sesuai dengan sunnah-Nya yaitu perubahan,
yang tidak berubah hanyalah dzat Allah, untuk menyikapi perubahan itu manusia harus bersikap kreatif dan
dinamis, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-ankabut ayat 69 :
ُ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ع‬َ‫م‬َ‫ل‬ َ َّ‫اّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ۚ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ب‬ُ‫س‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫ي‬ِ‫د‬ْ‫ه‬َ‫ن‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫ن‬‫ي‬ِ‫ف‬ ‫وا‬ُ‫د‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ال‬َ‫ين‬ِ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik”.
Allah menjadikan kehidupan manusia dalam keadaaan susah payah. Oleh karena itu manusia
harus tetap mensikapinya dengan sikap dinamis dan kreatif dalam menghadapi kehidupan dan ciri dari orang
yang kreatif – dinamis itu ia akan senang menghadapi masalah yang rumit – rumit atau sulit lalu dihadapinya
dengan lapang dada. Keseriusan dan ketekunan dengan demikian mendorong mereka lebih maju.
Sebaliknya orang yang bodoh biasanya enggan sekali menghadapi problematika yang sulit yang
di carinya adalah yang mudah – mudah saja sehingga menjadikan mereka pasif dan statis. Allah berfirman
dalam QS. Al-insyirah
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”
Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) Telah selesai
berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah; apabila kamu Telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka
kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila Telah selesai mengerjakan shalat
berdoalah.
A. Ciri-ciri sikap dinamis
Wajar dan realistis
Yakin pengorbanan dan Amal shaleh
Beberapa sifat yang dimiliki orang yang dinamis adalah :
· Bersungguh-sungguh, sehingga cepat dalam berpikir dan bertindak
· Tidak mau berdiam terlalu lama di suatu persoalan
· Cepat beradaptasi terhadap suatu kondisi dan perubahan
· Membuang hal-hal dan beban yang tidak perlu
· Sehingga tetap tenang dan bahagia meski banyak persoalan yang dihadapi
Ada beberapa karakter manusia dinamis yang mungkin bisa di pelihara dalam diri kita :
1. Selalu berusaha igin tahu
Seseorang yang dinamis selalu ingin megetahui letak sebuah persoalanmengapa demikian? Ia berusaha ingin tahu
seluk beluk segala macam apa saja. Meski ia ahli di satu bidang tertentu. Ia menghimpun berbagai fakta seperti juga orang-orang
menghimpun perangko atau kalori di tubuhnya. Ia tidak merasa dirinya berkecukupan soal pengetahuan. Ia ingin belajar tentang
segala bidang yang baru. Meski ia memiliki minat besar pada bidang tertentu. Ia sangat senang mempelajari suatu keterampilan
baru. Bertemu, berkenalan dengan orang-orang baru. Setidaknya ia ingin melakukan semua hal meski hanya sekali.
Namun ia akan BERHENTI pada saat ia merasa bahwa gerakannya itu sudah terlampau jauh menjangkau
hidaupnya. Apalagi saat semuanya terlalu mengikat perhatian dan geraknya. Ia akan berhenti sebentar untuk menengok matahari
terbenam di pinggir pantai, melihat gumpalan awan yang indah sambil terbaring di padang rumput luas atau membaca sebuah
novel klasik di pinggir danau sambil menikmati secangkir coklat panas. Seorang yang dinamis kadang menemui seorang teman
lama yang jarang ditemuinya unntuk bersilaturahmi.
Namun semuanya ini hanya sekedar untuk mengisi tenaga baterai dinamisnya saja. Ia menolak sama sekali untuk
mandeg. Seorang yang dinamis, dalam karakternya yang selalu ingin tahu, MENDENGAR perkataan orang-orang yang lebih
pintar, bijaksana, dan lebih tua pengalamannya dari dirinya sendiri. Sehingga ia bisa menarik pelajaran dari mereka. Ia juga
mendengar ucapan orang yang suka berkhayal, pedagang ulung, orang uang pemarah, orang yang merasa kesepian dan
sebagainya. Ia mendengarkan ucapan kerabat-kerabatnya, sahabat, dan orang-orang disekitarnya. Sebab seperti filosofi, Mereka
juga punya kisah sendiri yang dikemukakan.
2. Bersikap Independen
Seseorang yang dinamis bersifat independen. Namun bukanlah seorang yang bertindak ngawur atau tidak masuk
akal. Ia menghormati buah pikiran orang lain. Tetapi ia menjalankan tugasnya tanpa bergantung dengan orang lain. Ia menyadari
jika ia terlampau menggantungkan nasibnya pada orang lain, maka hanya sedikit yang bisa ia capai dalam hidup ini.
3. Memiliki Daya Cipta Yang Kuat
Seseorang yang dinamis biasanya terangsang apabila berhadapan dengan sesuatu yang baru. Ia sangat antusias
terhadap segala sesuatu yang baru dan ingin ia dekati . Ia tidak mau menolak sebuah gagasan begitu saja. Ia bersedia merasakan,
memikirkan dan menjalani gagasan itu jika dirasakan tepat dan berguna. Dalam hal-hal yang penting seringkali, ia menelurkan
ide-ide yang luar biasa dan sesuai kebutuhan orang banyak. Bahkan ia bisa mananggulangi berbagai permasalahan yang
mengintarinya dengan pembiayaan hemat dan metode yang praktis.
4. Mendahulukan Yang Lebih Penting
Seseorang yang dinamis menyadari bahwa ia tidak bisa menjalankan seluruh pekerjaan secara serentak bersama-
sama. Oleh sebab itu ia menyusun rencana bagi dirinya sendiri dengan memberikan prioritas pada hal-hal yang lebih urgen dan
penting terlebih dahulu. Ia tidak BOLEH dikalahkan oleh waktu. Akan tetapi waktu itu justru harus ia taklukkan demi
kepentingan pekerjaannya. Mungkin ini sebabnya, manusia dinamis sangat menghargai waktu dan bisa memanfaatkan waktu.
5. Dedikasi Yang Besar
Seseorang yang dinamis menyukai dan menekuni pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Ia menyenangi seluruh
bidang kehidupannya. Ia menyukai lingkungan tempatnya berada. Ia selalu bersungguh-sungguh menggunakan sejumlah besar
waktu, tenaga dan sumber perlengkapan lain untuk memberikan yang terbaik pada tugasnya. Seorang yang dinamis selalu
berusaha menjadi yang terbaik di bidangnya.
6. Tahan Uji
Seseorang yang dinamis tidak akan menyerah sebelum kemampuannya berakhir. Ia akan terus berupaya dan
berusaha sekuat tenaga mencapai cita-citanya. Meski ia harus berhadapan dengan tembok besar tantangan dan hambatan. Ia
mampu merobohkan tembok besar itu. Dalam perjalanannya pasti ia akan menemui cemoohan orang-orang yang iri kepadanya.
Tetapi ia menanggapi dengan tenang dan tidak putus asa.
B. Siswa yang Dinamis
Seseorang yang memiliki semangat tinggi, penuh energi, selalu bergairah untuk mengadakan perubahan ke arah yang
lebih baik dan memiliki kekuatan jiwa dan kemauan untuk menghadapi tantangan kesulitan yang dihadapi disebut sebagai pribadi yang
dinamis. Pribadi dinamis adalah pribadi yang aktif yang selalu memiliki rasa optimisme yang tinggi di dalam mencapai apa yang dicita-
citakan.
Begitu juga seorang siswa yang dinamis tidak pernah merasa lelah untuk berbuat, baik perbuatan itu memiliki manfaat
pada dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Karena mereka tahu bahwa suatu perbuatan yang berdampak positif pada orang lain
pada dasarnya juga bermanfaat buat diri sendiri (QS Al Isra’ 17:7).
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi
dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk
menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama
dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”
Setidaknya empat kriteria berikut dapat dibuat sebagai standar apakah seorang siswa termasuk siswa yang bertipe dinamis atau loyo:
1. berakhlak mulia (QS Al Ahzab :21)
َ‫ر‬ ِ‫خ‬ ْ‫اْل‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ْ‫ال‬َ‫و‬ َ َّ‫اّلل‬ ‫ُو‬‫ج‬ْ‫َر‬‫ي‬ َ‫َان‬‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ل‬ ٌ‫ة‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ ٌ‫ة‬َ‫ْو‬‫س‬ُ‫أ‬ ِ َّ‫اّلل‬ ِ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫َان‬‫ك‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ل‬ِ‫ث‬َ‫ك‬ َ َّ‫اّلل‬ َ‫َر‬‫ك‬َ‫ذ‬َ‫و‬‫ا‬ً‫ير‬
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Kemudian dalam surat Al Qalam :4)
ٍّ‫يم‬ِ‫َظ‬‫ع‬ ٍّ‫ق‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ‫ك‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
E. Inovatif
Pembelajaran inovatif merupakan suatu pemaknaan terhadap proses
pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori
pebelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti teori
belajar konstruktifis dan teori lainnya.
Dari segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan
pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah
barang tentu perbedaan ini mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari
sebelumya. Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung
mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak.
Pebelajaran yang semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil
pembelajaran serta ketidak bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di
samping itu, pengetahuan yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat
pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disususun, dan dikondisiskan untuk
siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman
konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh
perancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa
menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa dan
subyek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses
pembelajaran, dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif.
Memiliki energi dan ketangkasan tinggi bukan berarti tidak berakhlak. Jujur dan berani tapi
hormat terhadap yang tua, menyayangi yang muda, santun dalam berkata-kata dan berperilaku, serta
memakai etika agama dan sosial sebagai standar dalam melangkah merupakan ciri-ciri umum dari akhlak
yang mulia. Ini mungkin yang membedakan antara siswa dinamis dengan pribadi dinamis yang non- siswa.
2. Inovatif. Seorang siswa dinamis selalu ingin melakukan inovasi. Kebaikan itu banyak ragamnya. Dan
jalan menuju kebaikan tersebut lebih banyak lagi ragamnya. Oleh karena itu, ia selalu ingin mencoba
mencari jalan baru (inovasi) yang mungkin lebih efektif dan lebih efisien menuju suatu tujuan bersama.
Mencoba cara baru tidak otomatis akan berhasil, namun demikian dalam kemauan dan keberanian untuk
mencoba itu sendiri sudah merupakan suatu keberhasilan.
3. Inisiatif. Inilah salah satu ciri khas seorang siswa dinamis yang berjiwa pemimpin. Seorang siswa tidak
akan bisa menjadi calon pemimpin yang baik apabila setiap tindak-tanduknya selalu menunggu komando.
Ibarat anak ayam yang selalu menunggu suapan dari induknya. Keberanian untuk mengambil inisiatif
diperlukan terutama ketika ia dipercaya untuk memegang suatu amanah kepemimpinan. Keberhasilan suatu
organisasi, baik besar maupun kecil, sangat tergantung antara lain pada seberapa besar inisiatif dari setiap
pimpinannya baik pimpinan level atas maupun yang level bawah sesuai dengan kekuasaan dan otoritas yang
diberikan padanya.
4. Ikhlas. Walaupun sikap ikhlas sudah masuk pada kategori akhak mulia (poin pertama), namun perlu ada
penekanan di sini mengingat sangat pentingnya hal ini dimiliki oleh setiap individu santri yang dinamis
terutama di saat-saat di mana keikhlasan sangat diperlukan. Di samping karena perintah Allah
(QS Al A’raf 7:29 )
ِ‫الد‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ين‬ ِ‫ص‬ِ‫ل‬ْ‫خ‬ُ‫م‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ع‬ْ‫د‬‫ا‬َ‫و‬ ٍّ‫د‬ ِ‫ْج‬‫س‬َ‫م‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ه‬‫ُو‬‫ج‬ُ‫و‬ ‫وا‬ُ‫م‬‫ي‬ِ‫ق‬َ‫أ‬َ‫و‬ ۖ ِ‫ْط‬‫س‬ِ‫ق‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫ر‬َ‫م‬َ‫أ‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫د‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ۚ َ‫ين‬َ‫ُون‬‫د‬‫ُو‬‫ع‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫أ‬
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di
setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia
telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)".
juga sebagai cara untuk memotivasi diri. Sebagai contoh, saat apa yang dilakukannya tidak mendapat
apresiasi yang layak baik secara moril maupun materil.
Empat kriteria di atas apabila dimiliki oleh seorang santri akan menjadikanmahasiswa yang bersangkutan
sebagai figur yang tidak hanya dikagumi dan diteladani karena akhlaknya yang mulia, tapi juga sebagai figur
yang akan membuat langkah-langkah yang memiliki manfaat besar besar bagi lingkungan sekitarnya.
Inisiatif dan langkah inovatifnya akan menjadi terobosan baru untuk mencapai kemaslahatan dan
kesejahteraan umat yang lebih luas.
A. Karakteristik Pembelajaran Inovatif
Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di
antaranya guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman
dan keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar apa faktor-faktor
penunjang, menggunakan strategi atau metode melaksanakan perubahan, dan
mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan,
karakteristik tersebut meliputi :
1. Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dapat memberikan manfaat
atau keuntungan, bagi penerimanya, yang dapat diukur berdasarkan nilai
ekonominya, prestise sosial, kenyamanan, kepuasaan dan lainnya
2. Konfirmanilitas/Kompatibel (Compatibility), ialah tingkat kesesuaian
inovasi dengan nilai (value), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.
3. Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran atau kerumitan untuk
memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.
Trialabilitas (Trialability), ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima.
4. Dapat diamati (Observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil
inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima
oleh masyarakat. Adapun beberapa kemampuan bidang yang dapat diamati,
diantaranya : manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media
pembelajaran, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum,dll.
B. Model-model Pembelajaran Inovatif
1. Model Examples Non Examples
Contoh dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi Dasar.
Langkah-langkah :
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Kesimpulan.
2. Picture And Picture
Langkah-langkah :
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Menyajikan materi sebagai pengantar
Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan
yang logis
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai
Kesimpulan/rangkuman.
3. Numbered Heads Together
Langkah-langkah :
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya/mengetahui jawabannya
Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
Kesimpulan.
4. Cooperative Script
Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-
bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
Guru membagi siswa untuk berpasangan
Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan
sebagai pendengar
Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam
ringkasannya. Sementara pendengar :
a. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
b. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan
materi lainnyaBertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya
Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
Penutup.
5. Kepala Bernomor Struktur
Langkah-langkah :
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang
berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua
mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain.
Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau
mencocokkan hasil kerja sama mereka
Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
6. Student Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)
Langkah-langkah :
Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
Guru menyajikan pelajaran
Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok
itu mengerti.
Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu
Memberi evaluasi
Kesimpulan.
7. Jigsaw (Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Langkah-langkah :
Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok
baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar
teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan
sungguh-sungguh
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
Guru memberi evaluasi
Penutup.
8. Problem Based Instruction (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Langkah-langkah :
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. *Memotivasi siswa terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah.
Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
9. Artikulasi
Langkah-langkah :
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya
mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya.
Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
Kesimpulan/penutup.
10. Mind Mapping
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang
mempunyai alternatif jawaban
Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep
yang disediakan guru.
11. Make – A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994)
Langkah-langkah :
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review,
sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
Setiap siswa mendapat satu buah kartu
Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
Demikian seterusnya
Kesimpulan/penutup
12. Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985)
Langkah-langkah :
Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran
masing-masing
Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi
yang belum diuangkapkan para siswa
Guru memberi kesimpulan
Penutup
13. Debat
Langkah-langkah :
Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat
itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa
mengemukakan pendapatnya.
Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan
di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu
pada topik yang diinginkan.
C. Pentingnya Pembelajaran Inovatif
Daya kreativitas dan inovasi secara alamiah telah dimiliki oleh setiap orang. Namun tumbuh dan
berkembangnya pada setiap orang ini akan berbeda tergantung dari kesempatan masing-masing untuk
mengembangkannya. Pengembangan atau tumbuhnya dengan subur kreativitas dan inovasi pada setiap orang
atau sehubungan dengan pekerjaan guru adalah dengan adanya latihan yang berkesinambungan. Latihan ini
harus dibarengi pula dengan penanaman sikap dan nilai yang luhur, yaitu sikap seorang ilmuwan dan nilai
yang berlandaskan pada IMTAQ.
Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dilakukan oleh guru. Dengan
adanya inovasi pembelajaran maka kita sebagai calon guru sebaiknya dapat belajar menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan, menggairahkan, dinamis, penuh semangat, dan penuh tantangan. Suasana
pembelajaran seperti itu dapat mempermudah peserta didik dalam memperoleh ilmu dan guru juga dapat
menanamkan nilai-nilai luhur yang hakiki pada peserta didik untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran.
KESIMPULAN
Mujahadah an-Nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata, yakni mujahadah yang artinya kesungguhan dalam mengendalikan
sesuatu dan an-Nafs yang artinya diri pribadi. Jadi, mujahadah an-Nafs adalah kesungguhan dalam mengendalikan diri pribadi atau sikap kontrol diri.
Sikap kontrol diri atau mujahadah an-Nafs adalah satu sikap yang diajarkan Islam agar manusia mampu menjadi pribadi yang tidak selalu
mengedepankan hawa nafsu dan emosinya dalam menjalani kehidupan
Musabaqah fil khoiroh ( upaya dalam menuju kebaikan ), dalam memulai sebuah kebaikan memang terkadang ada saja yang membuat
perasaan untuk menunda-nunda. Tapi bukan berarti kita tidak bisa memaksa untuk mecoba dan terus mencoba untuk selalu berbuat kebaikan. Semua itu
memang harus dilakukan sedikit demi sedikit dan sering dilakukan agar kita terbiasa nantinya.
Etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian
luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan
maupun keakhiratan.
Prinsip dasar etos kerja dalam islam :
1. Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan) baik dari jenis pekerjaan maupun cara menjalankannya.
2. Bekerja agar tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-mas’alah). Sebagai orang beriman dilarang menjadi beban hidup orang lain (benalu).
3. Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi). Karena memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, dan
melaksanakannya juga termasuk dalam jihad.
4. Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi). Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam
melarang kaum beriman bersikap egois.
Dinamis berasal dari kata dynamic artinya : bergerak. Dalam istilah Al-quran dinamis itu identik dengan AL-INSAN yang artinya manusia
yang diambil dari kataunasun artinya jinak dan harmonis atau dari kata nasiya artinya lupa,atau daeri kata na’sun artinya pergerakan atau dinamis.
Beberapa sifat yang dimiliki orang yang dinamis adalah :
1. Bersungguh-sungguh, sehingga cepat dalam berpikir dan bertindak
2. Tidak mau berdiam terlalu lama di suatu persoalan
3. Cepat beradaptasi terhadap suatu kondisi dan perubahan
Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan,
pemahaman dan keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar apa faktor-faktor penunjang, menggunakan strategi atau metode melaksanakan
perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan. Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Inovasi pembelajaran
merupakan sesuatu yang penting dan harus dimiliki atau dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan lebih hidup dan bermakna.
Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran merupakan salah satu
penunjang akan munculnya berbagai inovasi-inovasi baru.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Ukhuwah islamiyah
Ukhuwah islamiyahUkhuwah islamiyah
Ukhuwah islamiyahIlham Hardy
 
07 LKPD Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman.pdf
07 LKPD Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman.pdf07 LKPD Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman.pdf
07 LKPD Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman.pdfMuhammad Iqbal
 
Kisah hijrah nabi muhammad saw
Kisah hijrah nabi muhammad sawKisah hijrah nabi muhammad saw
Kisah hijrah nabi muhammad sawmakhluklangka
 
Kelompok 5 Agama Islam-Haji wada' dan wafatnya Rasulullah SAW
Kelompok 5 Agama Islam-Haji wada' dan wafatnya Rasulullah SAWKelompok 5 Agama Islam-Haji wada' dan wafatnya Rasulullah SAW
Kelompok 5 Agama Islam-Haji wada' dan wafatnya Rasulullah SAWSafira Safitri
 
Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak
 Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak
Modul Akhlak - KB 1 Definisi AkhlakIstna Zakia Iriana
 
Qurdits 8.2 keseimbangan dunia & akhirat
Qurdits 8.2 keseimbangan dunia & akhiratQurdits 8.2 keseimbangan dunia & akhirat
Qurdits 8.2 keseimbangan dunia & akhiratTatik Suwartinah
 
Presentasi fiqh 5 shalat-shalat sunnah
Presentasi fiqh 5 shalat-shalat sunnahPresentasi fiqh 5 shalat-shalat sunnah
Presentasi fiqh 5 shalat-shalat sunnahMarhamah Saleh
 
khulafaur rasyidin
khulafaur rasyidinkhulafaur rasyidin
khulafaur rasyidinChaerul Uman
 
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalPara Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalRatih Aini
 

Mais procurados (20)

PPT Dzikir Do'a Shalat
PPT Dzikir Do'a ShalatPPT Dzikir Do'a Shalat
PPT Dzikir Do'a Shalat
 
Ukhuwah islamiyah
Ukhuwah islamiyahUkhuwah islamiyah
Ukhuwah islamiyah
 
Naskh mansukh
Naskh mansukhNaskh mansukh
Naskh mansukh
 
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
Infaq, Shodaqoh, dan ZakatInfaq, Shodaqoh, dan Zakat
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
 
Ghibah
GhibahGhibah
Ghibah
 
PPT Haji dan Umrah
PPT Haji dan UmrahPPT Haji dan Umrah
PPT Haji dan Umrah
 
07 LKPD Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman.pdf
07 LKPD Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman.pdf07 LKPD Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman.pdf
07 LKPD Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman.pdf
 
Sekolah murobbi
Sekolah murobbiSekolah murobbi
Sekolah murobbi
 
Kisah hijrah nabi muhammad saw
Kisah hijrah nabi muhammad sawKisah hijrah nabi muhammad saw
Kisah hijrah nabi muhammad saw
 
Ppt shalat jenazah
Ppt shalat jenazahPpt shalat jenazah
Ppt shalat jenazah
 
PPT Masa Bani umayyah
PPT Masa Bani umayyahPPT Masa Bani umayyah
PPT Masa Bani umayyah
 
Kelompok 5 Agama Islam-Haji wada' dan wafatnya Rasulullah SAW
Kelompok 5 Agama Islam-Haji wada' dan wafatnya Rasulullah SAWKelompok 5 Agama Islam-Haji wada' dan wafatnya Rasulullah SAW
Kelompok 5 Agama Islam-Haji wada' dan wafatnya Rasulullah SAW
 
Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak
 Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak
Modul Akhlak - KB 1 Definisi Akhlak
 
PPT puasa
PPT puasaPPT puasa
PPT puasa
 
Tsawabit
TsawabitTsawabit
Tsawabit
 
Qurdits 8.2 keseimbangan dunia & akhirat
Qurdits 8.2 keseimbangan dunia & akhiratQurdits 8.2 keseimbangan dunia & akhirat
Qurdits 8.2 keseimbangan dunia & akhirat
 
Presentasi fiqh 5 shalat-shalat sunnah
Presentasi fiqh 5 shalat-shalat sunnahPresentasi fiqh 5 shalat-shalat sunnah
Presentasi fiqh 5 shalat-shalat sunnah
 
khulafaur rasyidin
khulafaur rasyidinkhulafaur rasyidin
khulafaur rasyidin
 
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalPara Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
 
Materi Al Qur'an
Materi Al Qur'anMateri Al Qur'an
Materi Al Qur'an
 

Semelhante a Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, Inofatif, dan Dinamis

MATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAH
MATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAHMATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAH
MATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAHwiyata eljawi
 
membiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzan
membiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzanmembiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzan
membiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzanAn Nes Niwayatul
 
Agama Kelas 10 - SURAH-SURAH PILIHAN TENTANG KONTROL DIRI, PRASANGKA BAIK DAN...
Agama Kelas 10 - SURAH-SURAH PILIHAN TENTANG KONTROL DIRI, PRASANGKA BAIK DAN...Agama Kelas 10 - SURAH-SURAH PILIHAN TENTANG KONTROL DIRI, PRASANGKA BAIK DAN...
Agama Kelas 10 - SURAH-SURAH PILIHAN TENTANG KONTROL DIRI, PRASANGKA BAIK DAN...Adisa Alifya
 
Memperbaiki hati
Memperbaiki hatiMemperbaiki hati
Memperbaiki hatiazelia
 
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)amri30
 
Agama Kelompok Moenica
Agama Kelompok MoenicaAgama Kelompok Moenica
Agama Kelompok MoenicaMoenica
 
menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebenara...
menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebenara...menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebenara...
menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebenara...MukarobinspdMukarobi
 
Makalah akhlak benar
Makalah akhlak benarMakalah akhlak benar
Makalah akhlak benarmuazizah
 
Muhasabah di ambang hijrah
Muhasabah di ambang hijrahMuhasabah di ambang hijrah
Muhasabah di ambang hijrahalmuttaqinmn
 
MEMANTASKAN DIRI MENJADI PENGEMBAN DAKWAH.pptx
MEMANTASKAN DIRI MENJADI PENGEMBAN DAKWAH.pptxMEMANTASKAN DIRI MENJADI PENGEMBAN DAKWAH.pptx
MEMANTASKAN DIRI MENJADI PENGEMBAN DAKWAH.pptxArdiannurArRoya
 
memantaskan diri.pptx
memantaskan diri.pptxmemantaskan diri.pptx
memantaskan diri.pptxParminParmin4
 
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadahKhutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadahMuchammad Dimyati
 
Materi qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhMateri qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhilmupendidikan
 
Materi qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhMateri qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhilmupendidikan
 
Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27lilissofiani
 
_KHUSNUDZON KEPADA ALLAH.pptx
_KHUSNUDZON KEPADA ALLAH.pptx_KHUSNUDZON KEPADA ALLAH.pptx
_KHUSNUDZON KEPADA ALLAH.pptxssuser9bedd8
 
Ciri ciri dari orang yang memiliki keikhlasan
Ciri ciri dari orang yang memiliki keikhlasanCiri ciri dari orang yang memiliki keikhlasan
Ciri ciri dari orang yang memiliki keikhlasanHelmon Chan
 
Aspek Al Qur'an (perilaku budi pekerti yang terpuji)
Aspek Al Qur'an (perilaku budi pekerti yang terpuji)Aspek Al Qur'an (perilaku budi pekerti yang terpuji)
Aspek Al Qur'an (perilaku budi pekerti yang terpuji)nandasyifaf
 

Semelhante a Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, Inofatif, dan Dinamis (20)

MATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAH
MATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAHMATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAH
MATERI KAJIAN TENTANG MUHASABAH
 
membiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzan
membiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzanmembiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzan
membiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzan
 
Agama Kelas 10 - SURAH-SURAH PILIHAN TENTANG KONTROL DIRI, PRASANGKA BAIK DAN...
Agama Kelas 10 - SURAH-SURAH PILIHAN TENTANG KONTROL DIRI, PRASANGKA BAIK DAN...Agama Kelas 10 - SURAH-SURAH PILIHAN TENTANG KONTROL DIRI, PRASANGKA BAIK DAN...
Agama Kelas 10 - SURAH-SURAH PILIHAN TENTANG KONTROL DIRI, PRASANGKA BAIK DAN...
 
Bersangka baik
Bersangka baikBersangka baik
Bersangka baik
 
Makalah Mujadatun NaFs.pdf
Makalah Mujadatun NaFs.pdfMakalah Mujadatun NaFs.pdf
Makalah Mujadatun NaFs.pdf
 
Memperbaiki hati
Memperbaiki hatiMemperbaiki hati
Memperbaiki hati
 
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
 
Agama Kelompok Moenica
Agama Kelompok MoenicaAgama Kelompok Moenica
Agama Kelompok Moenica
 
menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebenara...
menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebenara...menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebenara...
menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebenara...
 
Makalah akhlak benar
Makalah akhlak benarMakalah akhlak benar
Makalah akhlak benar
 
Muhasabah di ambang hijrah
Muhasabah di ambang hijrahMuhasabah di ambang hijrah
Muhasabah di ambang hijrah
 
MEMANTASKAN DIRI MENJADI PENGEMBAN DAKWAH.pptx
MEMANTASKAN DIRI MENJADI PENGEMBAN DAKWAH.pptxMEMANTASKAN DIRI MENJADI PENGEMBAN DAKWAH.pptx
MEMANTASKAN DIRI MENJADI PENGEMBAN DAKWAH.pptx
 
memantaskan diri.pptx
memantaskan diri.pptxmemantaskan diri.pptx
memantaskan diri.pptx
 
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadahKhutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
 
Materi qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhMateri qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuh
 
Materi qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhMateri qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuh
 
Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27
 
_KHUSNUDZON KEPADA ALLAH.pptx
_KHUSNUDZON KEPADA ALLAH.pptx_KHUSNUDZON KEPADA ALLAH.pptx
_KHUSNUDZON KEPADA ALLAH.pptx
 
Ciri ciri dari orang yang memiliki keikhlasan
Ciri ciri dari orang yang memiliki keikhlasanCiri ciri dari orang yang memiliki keikhlasan
Ciri ciri dari orang yang memiliki keikhlasan
 
Aspek Al Qur'an (perilaku budi pekerti yang terpuji)
Aspek Al Qur'an (perilaku budi pekerti yang terpuji)Aspek Al Qur'an (perilaku budi pekerti yang terpuji)
Aspek Al Qur'an (perilaku budi pekerti yang terpuji)
 

Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, Inofatif, dan Dinamis

  • 1. MENGHAYATI NILAI NILAI MUJAHADAH AN-NAFS, MUSABAQAH BIL KHAIRAT, ETOS KERJA, INOFATIF, DAN DINAMIS OLEH KELOMPOK 1 : Muhammad Mauladi Khairul Anwar Ricky Meihendra MADRASAH ALIYAH NEGERI 039 TEMBILAHAN HULU 2016/2017
  • 2. A. Mujahadah An-Nafs 1. Pengertian Mujahadah an-Nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata, yakni mujahadah yang artinya kesungguhan dalam mengendalikan sesuatu dan an-Nafs yang artinya diri pribadi. Jadi, mujahadah an-Nafs adalah kesungguhan dalam mengendalikan diri pribadi atau sikap kontrol diri. Sikap kontrol diri atau mujahadah an-Nafs adalah satu sikap yang diajarkan Islam agar manusia mampu menjadi pribadi yang tidak selalu mengedepankan hawa nafsu dan emosinya dalam menjalani kehidupan. Akan tetapi, mampu mengendalikan emosi dan hawa nafsunya dengan selalu mengedepankan kejernihan hati dan pikiran serta perilaku mulia yang dapat meninggikan derajatnya di hadapan Allah swt. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya : “Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati”(H.R. Tarmidzi: 2383) Diantara tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah swt., yaitu dia yang mengutamakan perkara yang disukai-Nya daripada mengutamakan kehendak nafsu pribadinya. Orang-orang yang sanggup melawan hawa nafsu adalah mereka yang beriman kepada Allah swt. dan hari akhir, inilah kekuatan yang ada dalam diri umat Islam. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya : “Dan saya juga mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Mujahid adalah orang yang berjihad terhadap jiwanya”(H.R. Ahmad) Perang melawan hawa nafsu merupakan jihad akbar, yang nilainya lebih utama dibanding jihad memerangi orang-orang kafir, yang sering disebut jihad kecil (al jihad al asghar) oleh Rasulullah saw. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya : “Nabi Muhammad saw. Bersabda: Telah kembalilah kita dari sebuah perlawanan yang kecil (perang Badar dengan orang Kaum Kafir Quraisy waktu itu), menuju peperangan yang agung, bertanyalah para sahabat: Ya Rasulullah, apa yang engkau maksudkan peperangan yang besar? Rasul menjawab: Perang melawan hawa nafsu”
  • 3. d. Bersyukur ketika mendapat keberhasilan e. Bersabar ketika mendapat kegagalan Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri akan bersabar dan menganggap bahwa setiap kegagalan dalam usahanya adalah ujian baginya untuk meningkatkan usaha dan doanya lebih maksimal lagi di kemudian hari. Allah swt. berfirman : َ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ُف‬‫س‬‫ُو‬‫ي‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ُوا‬‫س‬َّ‫س‬َ‫ح‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ‫ُوا‬‫ب‬َ‫ه‬ْ‫اذ‬ َّ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ي‬ِ َّ‫اّلل‬ ِ‫ح‬ ْ‫و‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ُوا‬‫س‬َ‫أ‬ْ‫ي‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬ ِ‫ه‬‫ي‬ ِ‫خ‬َ‫َل‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ۖ َ‫ون‬ُ‫ر‬ِ‫ف‬‫َا‬‫ك‬ْ‫ال‬ ُ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ِ َّ‫اّلل‬ ِ‫ح‬ ْ‫و‬َ‫ر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫س‬َ‫أ‬ْ‫ي‬َ‫ي‬ Artinya : “Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (Q.S. Yusuf (12): 87)
  • 4. B. Perilaku yang Mencerminkan Sikap Mujahadah an-Nafs a. Berpikir positif Selalu berpikir positif dalam segala hal, tidak pernah mempunyai prasangka buruk terhadap apa pun dan siapa pun, tidak memiliki perasaan untuk merendahkan, atau bahkan menghina siapa pun yang ditemuinya. Ketika seseorang memiliki perilaku berpikir positif, dia akan selalu mempertimbangkan setiap ucapan dan perilakunya untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya : “Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwasanya Nabi Muhammad saw. Bersabda, “Demi Zat (Allah) yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah beriman seorang hamba dengan sempurna sehingga dia mencintai tetangganya atau saudaranya seperti halnya mereka mencintai dirinya sendiri”(H.R. Muslim: 65) b. Bekerja keras, tuntas, dan ikhlas c. Optimis dalam segala hal Sikap optimis artinya keyakinan yang kuat bahwa kesungguhan dan kerja keras yang kita lakukan akan mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari Allah swt. dengan berbagai macam kemudahan. Allah swt. berfirman : َ َّ‫اّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ۚ ‫َا‬‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ب‬ُ‫س‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫ي‬ِ‫د‬ْ‫ه‬َ‫ن‬َ‫ل‬ ‫َا‬‫ن‬‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ُوا‬‫د‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ال‬ َ‫و‬َ َ َ‫ل‬َ‫ين‬ِ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬ُ ْ‫ال‬ Artinya : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik” (Q.S. Al- Ankabut (29): 69)
  • 5. C. Hikmah atau Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs a. Menambah ketentraman hati dan pikiran Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri, hatinya akan merasa tenteram dan nyaman, tidak pernah berburuk sangka terhadap siapa pun yang ditemuinya, tidak mengucapkan sesuatu yang dapat merugikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya : “Sesungguhnya dalam tubuh (manusia) itu terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh tubuhya, akan tetapi apabila rusak segumpal daging itu maka rusak pulalah seluruh tubuhnya, ingatlah segumpal daging itu adalah hati.” (H.R. Bukhari: 50 dan Muslim: 2996) b. Mendapatkan hasil yang memuaskan Seseorang yang dapat mengontrol dirinya dari sifat malas dan menunda pekerjaan menggantinya dengan kerja keras, tuntas, dan ikhlas tentu akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Allah swt. berfirman : ‫ى‬َ‫ع‬َ‫س‬ ‫ا‬َ‫م‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ِ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ ْ‫ْل‬ِ‫ل‬ َ‫س‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬َ‫و‬ Artinya : “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (Q.S. An-Najm (53): 39) c. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi d. Menambah ketawakalan kepada Allah swt. dalam menyerahkan semua urusan
  • 6. E. Akibat mengikuti nafsu Para pelaku tindak kriminal di sekitar kita, seperti para koruptor, pemakai narkoba, pembunuh, misalnya, adalah orang- orang yang gagal dalam laku mujahadah diri. Sebaliknya, mereka justru menuruti segala keinginan dan syahwat diri, sehingga mereka tertawan dan diperbudak olehnya. Mereka tidak pernah menyadari tentang buah kejahatan yang akan datang menjelang, cepat atau lambat. Yang mereka pikirkan adalah bayangan semu tentang kenikmatan sesaat dan instan. Na’udzu billah, semoga kita dihindarkan cara pandang sedemikian. F. Hikmah mujahadah an nafs Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari mujahadah an-nafs, yaitu: a) Dapat meminimalisasi akibat negatif dari perbuatan yang dilakukan, karena dipertimbangkan dengan matang. b) Berusaha berbuat yang baik dan terbaik, sebaik perbuatan itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah c) Tidak cepat bereaksi terhadap berbagai permasalahan yang timbul.
  • 7. D. Dapat Melakukan Mujahadah an Nafs hanya karena hidayah Allah Mujahadah al-nafs merupakan perbuatan yang berat. Meskipun berat Allah menjanjikan jalan keluar bagi orang beriman yang bersungguh-sungguh berjuang mengendalikan nafsunya. Sebagaimana firman Allah : “Orang-orang yang berjihad di jalan Kami, pasti akan kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami…” (QS al-Ankabut: 69). Imam Ibn al-Qayyim berkata: “Allah menggantungkan hidayah dengan laku jihad. Maka orang yang paling sempurna hidayah (yang diperoleh)-nya adalah dia yang paling besar laku jihadnya. Jihad yang paling fardu adalah jihad melawan nafsu, melawan syahwat, melawan syetan, melawan rayuan duniawi. Siapa yang bersungguh-sungguh dalam jihad melawan keempat hal tersebut, Allah akan menunjukkan padanya jalan ridha-Nya, yang akan mengantarkannya ke pintu surga- Nya. Sebaliknya, siapa yang meninggalkan jihad, maka ia akan sepi dari hidayah…” Di ayat lain, Allah menjelaskan bahwa membebaskan nafsu merupakan karunia Allah, sebagaimana frimannya: “Dan aku tidak membebaskan nafs-ku, karena sesungguhnya nafs itu selalu sangat menyuruh kepada keburukan, kecuali nafs yang dirahmati Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf/12: 53). Kalimat yang bergaris bawah menunjukkan bahwa kita tidak akan sanggup mengendalikan diri, kecuali mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah
  • 8. B. Musabaqah fil khoiroh ( Upaya dalam menuju kebaikan ) Dalam melihat hidup masyarakat disekitar kita, sering kita jumpai ada beberapa orang yang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang yang terbiasa berbuat maksiyat, maka dari hari kehari dia akan semakin terjerumus kedalam lembah yang hitam. Sebaliknya orang yang suka sholat berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke tetangganya, rutin berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya. Semakin seseorang memperbanyak dalam membiasakan untuk berbuat baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan yang lain. Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan berbuat baik. Semakin kita terbiasa melakukan perbuatan baik, maka semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar manusia terbiasa beribadah, maka beberapa ibadah dilakukan dalam kurun waktu tertentu seperti sholat lima kali dalam sehari, puasa sunnah dua kali seminggu, dan sholat jum’at sekali sepekan.
  • 9. Permasalahan awal yang biasaya ditemukan dalam melakukan sesuatu yaitu dalam memulainya. Terkadang memulai suatu aktifitas itu lebih berat dibandingkan ketika melaksanakannya. Maka ketika kita mendorong mobil yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat sebelum mobil bergerak. Setelah mobil tersebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil. Ada juga sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal perbuatan baik janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk menunda, maka tundalah untuk menunda. Hal ini seperti yang disampaikan Rasululloh SAW: “ Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang : kemiskinan yang membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih.” Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita wajib mencari ilmu tentang fadhilah ( kelebihan ) dari suatu amalan atau ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari ilmu secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan dalam Al-qur’an digunakan agar manusia semakin ingat.
  • 10. َ‫م‬َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ر‬َّ‫ك‬َّ‫ذ‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ ِ‫آن‬ْ‫ر‬ُ‫ق‬ْ‫ال‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ف‬َّ‫ر‬َ‫ص‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫و‬َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫د‬‫ي‬ ِ‫ز‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫ا‬ً‫ور‬ُ‫ف‬ُ‫ن‬ Artinya : “ Dan sesungguhnya dalam Al-qur’an ini Kami telah ulang - ulangi ( peringatan – peringatan ), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).” (QS. Al Isra’ 41) Jadi, mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang dan jangan ditunda. Kalau belum yakin, perluas dan perdalam ilmu agar kita semakin yakin. َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ْ‫ال‬ ‫وا‬ُ‫ق‬ِ‫ب‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬َ‫ف‬ ۖ ‫ا‬َ‫ه‬‫ي‬ِ‫ل‬َ‫و‬ُ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ٌ‫ة‬َ‫ه‬ْ‫ج‬ِ‫و‬ ٍّ‫ل‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫و‬ُ َّ‫اّلل‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ ِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ن‬‫و‬ُ‫ك‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫أ‬ ۚ ِ‫ت‬‫ا‬ ٌ‫ِير‬‫د‬َ‫ق‬ ٍّ‫ء‬ْ‫َي‬‫ش‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ َّ‫اّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ۚ ‫ًا‬‫ع‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫ج‬ “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Baqarah 148). Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan fastabiqul khairat (berlomba-lombalah atau bersegeralah dalam berbuat baik). Imam An Nawawi dalam kitabnya Riyadhush shalihiin meletakkan bab khusus dengan judul bab "bersegera dalam melakukan kebaikan, dan dorongan bagi orang-orang yang ingin berbuat baik agar segera melakukannya dengan penuh kesungguhan tanpa ragu sedikitpun". Berikut beberapa poin bagaimana Imam An Nawawi memahami ayat tersebut.
  • 11. Pertama, bahwa melakukan kebaikan adalah hal yang tidak bisa ditunda, melainkan harus segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas. Kematian bisa saja datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Karena itu semasih ada kehidupan, segeralah berbuat baik. Lebih dari itu bahwa kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Karenanya begitu ada kesempatan untuk kebaikan, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan. Karena itu Allah swt. dalam Al Qur’an selalu menggunakan istilah bersegeralah, seperti fastabiquu atau wa saari’uu yang maksudnya sama, bergegas dengan segera, jangan ditunda-tunda lagi untuk berbuat baik atau memohon ampunan Allah swt. Dalam hadist Rasulullah saw. Juga menggunakan istilah baadiruu maksudnya sama, tidak jauh dari bersegera dan bergegas. Kedua, bahwa untuk berbuat baik hendaknya selalu saling mendorong dan saling tolong menolong. Kita harus membangun lingkungan yang baik. Lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat kebaikan. Dalam sebuah hadits yang menceritakan seorang pembunuh seratus orang lalu ia ingin bertaubat, disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan taubat tersebut disyaratkan agar ia meninggalkan lingkungannya yang buruk. Sebab tidak sedikit memang seorang yang tadinya baik menjadi rusak karena lingkungan. Karena itu Imam An Nawawi menggunakan "al hatstsu" yang artinya saling mendukung dan memotivasi. Sebab dari lingkungan yang saling mendukung kebaikan akan tercipta kebiasaan berbuat baik secara istiqamah. Ketiga, bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan yang dalam. Imam An Nawawi mengatakan "bil jiddi min ghairi taraddud". Kalimat ini menunjukkan bahwa tidak mungkin kebaikan dicapai oleh seseorang yang setengah hati dalam mengerjakannya. Rasulullah SAW bersabda untuk mendorong segera beramal sebelum datangnya fitnah, di mana ketika fitnah itu tiba, seseorang tidak akan pernah bisa berbuat baik. SebabBOLEH jadi pada saat itu seseorang dipagi harinya masih beriman, tetapi pada sore harinya tiba-tiba menjadi kafir. Atau sebaliknya pada sore harinya masih beriman tetapi pada pagi harinya tiba-tiba menjadi kafir. Uqbah bin Harits RA pernah suatu hari bercerita: “Aku shalat Ashar di Madinah di belakang Rasulullah SAW, tiba-tiba selesai shalat Rasulullah segera keluar melangkahi barisan shaf para sahabat dan menuju kamar salah seorang istrinya. Para sahabat kaget melihat tergesa-gesanya Rasulullah. Lalu Rasulullah keluar, dan kaget ketika melihat para sahabatnya memandangnya penuh keheranan. Rasulullah SAW lalu bersabda, "Aku teringat ada sekeping emas dalam kamar, dan aku tidak suka kalau emas tersebut masih bersamaku. Maka aku segera perintahkan untuk dibagikan kepada yang berhak". (HR. Bukhari). Melalui usaha maupun pekerjaan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh, doa, sabar dan tawakal sebagai sandarannya serta selalu saling berkompetisi didalam berbuat kebaikan dsb, adalah satu kendaraan yang paling tepat dan efektif untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan kehidupan negeri akhirat yang abadi.
  • 12. C. Etos Kerja Mahkota umat islam itu adalah jihad. Mereka yang tercabut semangat jihad dari dadanya, dia telah mencampakan mahkota harga diri kemuliaanya, baik secara individu maupun sebagai umat. Sungguh banyak orang yang berfikiran sempit yang menafsir dan mengartikan jihad hanya dengan pengertian perang. Ketauhilah bahwa jihad atau mujahadah yang berasal dari kata jahada-yujahidu, mempunyai makna sikap yang bersungguh-sungguh untuk mengerahkan seluruh potensi diri untuk mencapai suatu tujuan atau citacita. Inilah arti jihad yang paling mukhtabar yang diketahui oleh seluruh kaum alim dimana pun mereka berada, sebagai firman allah di dalam Al-Qur’an : َ‫ع‬ ٌّ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫غ‬َ‫ل‬ َ َّ‫اّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ۚ ِ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ل‬ ُ‫د‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ُ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ َ‫د‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬َ‫ين‬ِ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ال‬ ِ‫ن‬ Artinya : “Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.(Q.S. Al- Ankabut :6).
  • 13. 1. Pengertian Etos Kerja Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Kata kerja berarti usaha, amal, dan apa yang harus dilakukan (diperbuat). Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahamkan bahwa semua usaha manusia baik yang dilakukan oleh akal, perasaan, maupun perbuatan adalah termasuk ke dalam kerja.
  • 14. 2. Dalil Mengenai Etos Kerja Islam sangat mendorong orang-orang mukmin untuk bekerja keras, karena pada hakikatnya kehidupan dunia ini merupakan kesempatan yang tidak akan pernah terulang untuk berbuat kebajikan atau sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Ini sekaligus untuk menguji orang-orang mukmin, siapakah diantara mereka yang paling baik dan tekun dalam bekerja. Allah SWT berfirman : َ‫ع‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫و‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ َ‫ة‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ال‬َ‫و‬ َ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ِي‬‫ذ‬َّ‫ال‬ُ‫ور‬ُ‫ف‬َ‫غ‬ْ‫ال‬ ُ‫يز‬ ِ‫ز‬َ‫ع‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ ۚ ًًَ‫م‬ Artinya “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(Q. S Al-Mulk:2) Untuk menekankan perintah agar kita semua menggunakan kesempatan hidup ini dengan giat bekerja dan beramal, Allah swt menegaskan bahwa tidak ada satu amal atau satu pekerjaan pun yang terlewatkan untuk mendapatkan imbalan di hari akhir nanti, karena semua amal dan pekerjaan kita akan disaksikan Allah swt, Rasulullah saw dan orang-orang mukmin lainnya. Allah swt berfirman :
  • 15. َ‫ون‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫ال‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ع‬ ُ َّ‫اّلل‬ ‫ى‬َ‫ر‬َ‫ي‬َ‫س‬َ‫ف‬ ‫وا‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬‫ا‬ ِ‫ل‬ُ‫ق‬ َ‫و‬َّ‫ش‬‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ْ‫ال‬ ِ‫م‬ِ‫ل‬‫َا‬‫ع‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ون‬ُّ‫د‬َ‫ر‬ُ‫ت‬َ‫س‬ َ‫و‬ َۖ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ة‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ئ‬ِ‫ب‬َ‫ن‬ُ‫ي‬َ‫ف‬َ‫ون‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ “Dan Katakanlah; “Bekerjalah kamu, maka Allah swt dan Rasulullah- Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(QS. At-Taubah:105) Disisi lain, Rasulullah saw sangat menekankan kepada seluruh umatnya, agar tidak menjadi orang yang pemalas dan orang yang suka meminta-minta. Pekerjaan apapun, walau tampak hina dimata banyak orang, jauh lebih baik dan mulia daripada harta yang ia peroleh dengan meminta-minta. Dalam sebuah riwayat disebutkan; ‫وعن‬ ‫قال‬ ‫م‬‫وسل‬ ‫ه‬ْ‫ي‬‫عل‬ ‫هللا‬ ‫ى‬‫صل‬ ‫بي‬‫الن‬ ‫عن‬ ‫عنهما‬ ‫هللا‬ ‫رضى‬ ‫حزام‬ ‫بن‬ ‫م‬ْ‫ي‬‫حك‬(‫العلي‬ ‫اليد‬‫خير‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ْ‫ْفف‬‫ع‬‫ْت‬‫س‬‫ي‬ ْ‫ومن‬ ‫غنى‬ ‫ظهر‬ ْ‫عن‬ ‫دقة‬‫الص‬ ‫ر‬ْ‫ي‬‫وخ‬ ‫تعول‬ ْ‫بمن‬ ‫دأ‬ْ‫ب‬‫وا‬ ،‫فلى‬‫الس‬ ‫يد‬ ْ‫من‬ْ‫ومن‬ ‫هللا‬ ‫ه‬‫عف‬ ‫هللا‬ ‫نه‬ْ‫غ‬‫ي‬ ‫ن‬ْ‫غ‬‫ْت‬‫س‬‫ي‬)‫عليه‬ ‫متفق‬,‫للبخارى‬ ‫والفظ‬ “Dari Hakim putra Hizam, ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda; “Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah, dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik- baiknya sedekah itu ialah lebihnya kebutuhan sendiri. Dan barang siapa memelihara kehormatannya, maka Allah akan memeliharanya. Dan barang siapa mencukupkan akan dirinya, maka Allah akan beri kecukupan padanya.” (H.R Bukhari)
  • 16. Perbuatan suka memberi atau enggan meminta-minta dalam memenuhi kebutuhan hidup, sangatlah dipuji oleh agama. Hal ini jelas dikatakan Nabi SAW dalam hadis di atas bahwa Nabi mencela orang yang suka meminta-minta (mengemis) karena perbuatan tersebut merendahkan martabat kehormatan manusia. Padahal Allah sendiri sudah memuliakan manusia, seperti terungkap melalui firman-Nya : ‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ز‬َ‫ر‬َ‫و‬ ِ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ب‬‫ل‬ْ‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ر‬َ‫ب‬‫ل‬ْ‫ا‬ ِ‫فى‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬‫ل‬ْ‫َم‬‫ح‬َ‫َو‬ ‫َم‬‫د‬َ‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫َر‬‫ك‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫و‬‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ض‬َ‫ف‬َ‫و‬ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ي‬َّ‫لط‬َ‫ن‬ْ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫م‬ ٍّ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ث‬َ‫ك‬ًًْ‫ي‬ ِ‫ض‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ ‫ا‬ “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di daratan dan di lautan. Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S Al-Isra’ : 70) Dalam sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW telah bersabda : Orang mu’min yang memiliki keimanan yang kuat lebih Allah cintai daripada yang lemah imannya. Bahwa keimanan yang kuat itu akan menerbitkan kebaikan dalam segala hal. Kejarlah (sukailah) pekerjaan yang bermanfaat dan mintalah pertolongan kepada Allah. Janganlah lemah berkemauan untuk bekerja. Jika suatu hal yang jelek yang tidak disenangi menimpa engkau janganlah engkau ucapkan : Seandainya aku kerjakan begitu, takkan jadi begini, tetapi katakanlah (pandanglah) sesungguhnya yang demikian itu sudah ketentuan Allah. Dia berbuat apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya ucapan “seandainya” itu adalah pembukaan pekerjaan setan.” (H.R Muslim) mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan tentang tiga hal, yaitu : menguatkan keimanan, melakukan hal yang bermanfaat, dan memohon pertolongan kepada Allah. Di samping itu beliau melarang berbuat dua hal, yaitu: menjadi lemah, dan menyesali apa yang telah menimpa diri dari sesuatu yang tidak disukai, sehingga mengatakan : “Seandainya aku lakukan begitu, tak akan terjadi begini.” Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya agar berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa mengharap rezeki datang dari langit tanpa mengiringinya dengan usaha. Namun demikian, tidak dibenarkan pula terlalu mengandalkan kemampuan diri sehingga melupakan pertolongan Allah SWT dan tidak mau berdoa kepada-Nya
  • 17. Prinsip dasar etos kerja dalam islam 1. Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan) baik dari jenis pekerjaan maupun cara menjalankannya. Contohnya, orang yang berprofesi sebagai pedagang ikan di pasar. Murninya, pekerjaan ini adalah halal, namun jika pedagang tersebut melakukan hal-hal yang tidak baik (membahayakan orang lain), misalnya menjual ikan berformalin, maka dapat dikatakan profesi yang semula halal menjadi haram (‘haram lighairihi’). 2. Bekerja agar tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-mas’alah). Sebagai orang beriman dilarang menjadi beban hidup orang lain (benalu). Rasulullah pernah menegur seorang sahabat yang muda dan kuat tetapi pekerjaannya mengemis. Beliau kemudian bersabda, “Sungguh orang yang mau membawa tali atau kapak kemudian mengambil kayu bakar dan memikulnya diatas punggung lebih baik dari orang yang mengemis kepada orang kaya, diberi atau ditolak” (HR Bukhari dan Muslim). 3. Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi). Karena memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, dan melaksanakannya juga termasuk dalam jihad. Hadis Rasulullah menyebutkan “Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik melebihi yang dihasilkan tangannya. Dan tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang kepada diri, keluarga, anak, dan pembantunya kecuali dihitung sebagai sedekah” (HR Ibnu Majah). 4. Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi). Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam
  • 18. Dalam bekerja, setiap umat muslim hendaknya bekerja sesuai dengan etika Islam, Yaitu : 1. Melandasi setiap kegiatan kerja semata-mata ikhlas karena Allah serta untuk memperoleh ridla-Nya. Pekerjaan yang halal bila dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah tentu akan mendapatkan pahala ibadah. Rasulullah saw bersabda, yang artinya : Allah swt tidak akan menerima amalan, melainkan amalan yang ikhlas dan yang karena untuk mencari keridaan-Nya. (H.R.Ibnu Majah ) 2. Mencintai pekerjaannya. Karena pekerja yang mencinta pekerjaanya, biasanya dalam bekerja akan tenang, senang, bijaksana, dan akan meraih hasil kerja yang optimal. Rasulullah saw bersabda, yang artinya Sesungguhnya Allah cinta kepada seseorang di antara kamu yang apabila mengerjakan sesuatu pekerjaan maka ia rapihkan pekerjaan itu. 3. Mengawali setiap kegiatan kerjanya dengan ucapan basmalah. Nabi saw bersabda yang artinya :Setiap urusan yang baik (bermanfaat) yang tidak dimulai dengan ucapan basmalah (bismillahirrahmanirrahim) maka terputus berkahnya. (H.R.Abdul Qahir dari Abu Hurairah) 4. Melaksanakan setiap kegiatan kerjanya dengan cara yang halal. Nabi saw bersabda, yang artinya : Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang baik, mencintai yang baik (halal), dan tidak menerima (sesuatu) kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sesuatu yang diperintahkan kepada para utusan-Nya. (H.R.Muslim dan Tirmidzi) 5. Tidak melakukan kegiatan kerja yang bersifat mendurhakai Allah. Misalnya bekerja sebagai germo, pencatat riba (rentenir), dan pelayan bar. Nabi saw bersabda, yang artinya :“Tidak ada ketaatan terhadap makhluk untuk mendurhakai sang pencipta”.(H.R.Ahmad bin Hambai) 6. Memiliki sifat-sifat terpuji seperti jujur, dapat dipercaya, suka tolong menolong dalam kebaikan, dan professional dalam kerjanya 7. Bersabar apabila menghadapi hambatan-hambatan dalam kerjanya. Sebaliknya, bersyukur apabila memperoleh keberhasilan. 8. Menjaga keseimbangan antara kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di dunia dan yang manfaatnya untuk kehidupan di akhirat. Seseorang yang sibuk bekerja sehingga meninggalkan shalat lima waktu, tidak sesuai dengan Islam. Rasulullah saw bersabda yang artinya,”Kerjakanlah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya, tetapi kerjakanlah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok.”(H.R.Ibnu Asakin)
  • 19. D. Dinamis Dinamisme merupakan kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun berada dalam kesulitan. Dinamisme adalh pendekatan yang positif terhadp kehidupan sehari-hari untuk mencapi kberhsilan yang berguna bagi kehidupan. Dalam firman Allah: ٍّ‫ة‬َ‫ق‬ ِ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ٍّ‫ب‬‫ا‬َ‫ْو‬‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬ْ‫د‬‫ا‬َ‫و‬ ٍّ‫د‬ ِ‫اح‬َ‫و‬ ٍّ‫ب‬‫ا‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬ْ‫د‬َ‫ت‬ َ‫َل‬ َّ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫و‬ِۖ َّ‫اّلل‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫غ‬ُ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ْ‫ك‬ُ‫ح‬ْ‫ال‬ ِ‫ن‬ِ‫إ‬ ۖ ٍّ‫ء‬ْ‫َي‬‫ش‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ۖ ِ َّ ِ‫ّلل‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ُ‫م‬ َ‫ون‬ُ‫ل‬ِ‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ ِ‫ل‬َّ‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬ ۖ ُ‫ت‬ْ‫ل‬َّ‫ك‬َ‫و‬َ‫ت‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ “Dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian Aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah Aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri".(Q.S. yusuf : 67) Dinamis berasal dari kata dynamic artinya : bergerak. Dalam istilah Al-quran dinamis itu identik dengan AL-INSAN yang artinya manusia yang diambil dari kataunasun artinya jinak dan harmonis atau dari kata nasiya artinya lupa, atau daeri katana’sun artinya pergerakan atau dinamis. Makna tersebut paling tidak memberikan gambaran sepintas bahwa manusia mempunyai potensi untuk lupa , hidup harmonis, dan kemampuan untuk bergerak yang melahirkan dinamisme. Secara istilah dinamis adalah : sifat yang hidup penuh semangat, terus bergerak, untuk menghasilkan perubahan yang membawa kemajuan. Manusia yang dinamis akan selalu aktif melihat perkembangan zaman, gejala apa yang telah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi. Sehingga menjadikan ia mampu beradaptasi, berkomunikasi, berintegrasi, dan bersosilisasi dengan apa dan siapa saja yang berada di lingkungannya.
  • 20. Manusia merupakan makhluk sosialis – dinamis yang hidupnya selalu di hadapkan dengan perubahan – perubahan, baik perubahan alam maupun perubahan masyarakat, tidak ada satupun di ala mini yang mengalami stagnasi (kemandekan), semua diciptakan Allah sesuai dengan sunnah-Nya yaitu perubahan, yang tidak berubah hanyalah dzat Allah, untuk menyikapi perubahan itu manusia harus bersikap kreatif dan dinamis, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-ankabut ayat 69 : ُ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫ع‬َ‫م‬َ‫ل‬ َ َّ‫اّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ۚ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ل‬ُ‫ب‬ُ‫س‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫ي‬ِ‫د‬ْ‫ه‬َ‫ن‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫ن‬‫ي‬ِ‫ف‬ ‫وا‬ُ‫د‬َ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ال‬َ‫ين‬ِ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬ “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. Allah menjadikan kehidupan manusia dalam keadaaan susah payah. Oleh karena itu manusia harus tetap mensikapinya dengan sikap dinamis dan kreatif dalam menghadapi kehidupan dan ciri dari orang yang kreatif – dinamis itu ia akan senang menghadapi masalah yang rumit – rumit atau sulit lalu dihadapinya dengan lapang dada. Keseriusan dan ketekunan dengan demikian mendorong mereka lebih maju. Sebaliknya orang yang bodoh biasanya enggan sekali menghadapi problematika yang sulit yang di carinya adalah yang mudah – mudah saja sehingga menjadikan mereka pasif dan statis. Allah berfirman dalam QS. Al-insyirah “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) Telah selesai berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah; apabila kamu Telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila Telah selesai mengerjakan shalat berdoalah.
  • 21. A. Ciri-ciri sikap dinamis Wajar dan realistis Yakin pengorbanan dan Amal shaleh Beberapa sifat yang dimiliki orang yang dinamis adalah : · Bersungguh-sungguh, sehingga cepat dalam berpikir dan bertindak · Tidak mau berdiam terlalu lama di suatu persoalan · Cepat beradaptasi terhadap suatu kondisi dan perubahan · Membuang hal-hal dan beban yang tidak perlu · Sehingga tetap tenang dan bahagia meski banyak persoalan yang dihadapi Ada beberapa karakter manusia dinamis yang mungkin bisa di pelihara dalam diri kita : 1. Selalu berusaha igin tahu Seseorang yang dinamis selalu ingin megetahui letak sebuah persoalanmengapa demikian? Ia berusaha ingin tahu seluk beluk segala macam apa saja. Meski ia ahli di satu bidang tertentu. Ia menghimpun berbagai fakta seperti juga orang-orang menghimpun perangko atau kalori di tubuhnya. Ia tidak merasa dirinya berkecukupan soal pengetahuan. Ia ingin belajar tentang segala bidang yang baru. Meski ia memiliki minat besar pada bidang tertentu. Ia sangat senang mempelajari suatu keterampilan baru. Bertemu, berkenalan dengan orang-orang baru. Setidaknya ia ingin melakukan semua hal meski hanya sekali. Namun ia akan BERHENTI pada saat ia merasa bahwa gerakannya itu sudah terlampau jauh menjangkau hidaupnya. Apalagi saat semuanya terlalu mengikat perhatian dan geraknya. Ia akan berhenti sebentar untuk menengok matahari terbenam di pinggir pantai, melihat gumpalan awan yang indah sambil terbaring di padang rumput luas atau membaca sebuah novel klasik di pinggir danau sambil menikmati secangkir coklat panas. Seorang yang dinamis kadang menemui seorang teman lama yang jarang ditemuinya unntuk bersilaturahmi. Namun semuanya ini hanya sekedar untuk mengisi tenaga baterai dinamisnya saja. Ia menolak sama sekali untuk mandeg. Seorang yang dinamis, dalam karakternya yang selalu ingin tahu, MENDENGAR perkataan orang-orang yang lebih pintar, bijaksana, dan lebih tua pengalamannya dari dirinya sendiri. Sehingga ia bisa menarik pelajaran dari mereka. Ia juga mendengar ucapan orang yang suka berkhayal, pedagang ulung, orang uang pemarah, orang yang merasa kesepian dan sebagainya. Ia mendengarkan ucapan kerabat-kerabatnya, sahabat, dan orang-orang disekitarnya. Sebab seperti filosofi, Mereka juga punya kisah sendiri yang dikemukakan.
  • 22. 2. Bersikap Independen Seseorang yang dinamis bersifat independen. Namun bukanlah seorang yang bertindak ngawur atau tidak masuk akal. Ia menghormati buah pikiran orang lain. Tetapi ia menjalankan tugasnya tanpa bergantung dengan orang lain. Ia menyadari jika ia terlampau menggantungkan nasibnya pada orang lain, maka hanya sedikit yang bisa ia capai dalam hidup ini. 3. Memiliki Daya Cipta Yang Kuat Seseorang yang dinamis biasanya terangsang apabila berhadapan dengan sesuatu yang baru. Ia sangat antusias terhadap segala sesuatu yang baru dan ingin ia dekati . Ia tidak mau menolak sebuah gagasan begitu saja. Ia bersedia merasakan, memikirkan dan menjalani gagasan itu jika dirasakan tepat dan berguna. Dalam hal-hal yang penting seringkali, ia menelurkan ide-ide yang luar biasa dan sesuai kebutuhan orang banyak. Bahkan ia bisa mananggulangi berbagai permasalahan yang mengintarinya dengan pembiayaan hemat dan metode yang praktis. 4. Mendahulukan Yang Lebih Penting Seseorang yang dinamis menyadari bahwa ia tidak bisa menjalankan seluruh pekerjaan secara serentak bersama- sama. Oleh sebab itu ia menyusun rencana bagi dirinya sendiri dengan memberikan prioritas pada hal-hal yang lebih urgen dan penting terlebih dahulu. Ia tidak BOLEH dikalahkan oleh waktu. Akan tetapi waktu itu justru harus ia taklukkan demi kepentingan pekerjaannya. Mungkin ini sebabnya, manusia dinamis sangat menghargai waktu dan bisa memanfaatkan waktu. 5. Dedikasi Yang Besar Seseorang yang dinamis menyukai dan menekuni pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Ia menyenangi seluruh bidang kehidupannya. Ia menyukai lingkungan tempatnya berada. Ia selalu bersungguh-sungguh menggunakan sejumlah besar waktu, tenaga dan sumber perlengkapan lain untuk memberikan yang terbaik pada tugasnya. Seorang yang dinamis selalu berusaha menjadi yang terbaik di bidangnya. 6. Tahan Uji Seseorang yang dinamis tidak akan menyerah sebelum kemampuannya berakhir. Ia akan terus berupaya dan berusaha sekuat tenaga mencapai cita-citanya. Meski ia harus berhadapan dengan tembok besar tantangan dan hambatan. Ia mampu merobohkan tembok besar itu. Dalam perjalanannya pasti ia akan menemui cemoohan orang-orang yang iri kepadanya. Tetapi ia menanggapi dengan tenang dan tidak putus asa.
  • 23. B. Siswa yang Dinamis Seseorang yang memiliki semangat tinggi, penuh energi, selalu bergairah untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dan memiliki kekuatan jiwa dan kemauan untuk menghadapi tantangan kesulitan yang dihadapi disebut sebagai pribadi yang dinamis. Pribadi dinamis adalah pribadi yang aktif yang selalu memiliki rasa optimisme yang tinggi di dalam mencapai apa yang dicita- citakan. Begitu juga seorang siswa yang dinamis tidak pernah merasa lelah untuk berbuat, baik perbuatan itu memiliki manfaat pada dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Karena mereka tahu bahwa suatu perbuatan yang berdampak positif pada orang lain pada dasarnya juga bermanfaat buat diri sendiri (QS Al Isra’ 17:7). “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai” Setidaknya empat kriteria berikut dapat dibuat sebagai standar apakah seorang siswa termasuk siswa yang bertipe dinamis atau loyo: 1. berakhlak mulia (QS Al Ahzab :21) َ‫ر‬ ِ‫خ‬ ْ‫اْل‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ْ‫ال‬َ‫و‬ َ َّ‫اّلل‬ ‫ُو‬‫ج‬ْ‫َر‬‫ي‬ َ‫َان‬‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ل‬ ٌ‫ة‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ ٌ‫ة‬َ‫ْو‬‫س‬ُ‫أ‬ ِ َّ‫اّلل‬ ِ‫ل‬‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫َان‬‫ك‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ل‬ِ‫ث‬َ‫ك‬ َ َّ‫اّلل‬ َ‫َر‬‫ك‬َ‫ذ‬َ‫و‬‫ا‬ً‫ير‬ “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Kemudian dalam surat Al Qalam :4) ٍّ‫يم‬ِ‫َظ‬‫ع‬ ٍّ‫ق‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ‫ك‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
  • 24. E. Inovatif Pembelajaran inovatif merupakan suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori pebelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti teori belajar konstruktifis dan teori lainnya. Dari segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah barang tentu perbedaan ini mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari sebelumya. Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Pebelajaran yang semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil pembelajaran serta ketidak bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di samping itu, pengetahuan yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh siswa. Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disususun, dan dikondisiskan untuk siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh perancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa dan subyek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran, dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif.
  • 25. Memiliki energi dan ketangkasan tinggi bukan berarti tidak berakhlak. Jujur dan berani tapi hormat terhadap yang tua, menyayangi yang muda, santun dalam berkata-kata dan berperilaku, serta memakai etika agama dan sosial sebagai standar dalam melangkah merupakan ciri-ciri umum dari akhlak yang mulia. Ini mungkin yang membedakan antara siswa dinamis dengan pribadi dinamis yang non- siswa. 2. Inovatif. Seorang siswa dinamis selalu ingin melakukan inovasi. Kebaikan itu banyak ragamnya. Dan jalan menuju kebaikan tersebut lebih banyak lagi ragamnya. Oleh karena itu, ia selalu ingin mencoba mencari jalan baru (inovasi) yang mungkin lebih efektif dan lebih efisien menuju suatu tujuan bersama. Mencoba cara baru tidak otomatis akan berhasil, namun demikian dalam kemauan dan keberanian untuk mencoba itu sendiri sudah merupakan suatu keberhasilan. 3. Inisiatif. Inilah salah satu ciri khas seorang siswa dinamis yang berjiwa pemimpin. Seorang siswa tidak akan bisa menjadi calon pemimpin yang baik apabila setiap tindak-tanduknya selalu menunggu komando. Ibarat anak ayam yang selalu menunggu suapan dari induknya. Keberanian untuk mengambil inisiatif diperlukan terutama ketika ia dipercaya untuk memegang suatu amanah kepemimpinan. Keberhasilan suatu organisasi, baik besar maupun kecil, sangat tergantung antara lain pada seberapa besar inisiatif dari setiap pimpinannya baik pimpinan level atas maupun yang level bawah sesuai dengan kekuasaan dan otoritas yang diberikan padanya. 4. Ikhlas. Walaupun sikap ikhlas sudah masuk pada kategori akhak mulia (poin pertama), namun perlu ada penekanan di sini mengingat sangat pentingnya hal ini dimiliki oleh setiap individu santri yang dinamis terutama di saat-saat di mana keikhlasan sangat diperlukan. Di samping karena perintah Allah (QS Al A’raf 7:29 ) ِ‫الد‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ين‬ ِ‫ص‬ِ‫ل‬ْ‫خ‬ُ‫م‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ع‬ْ‫د‬‫ا‬َ‫و‬ ٍّ‫د‬ ِ‫ْج‬‫س‬َ‫م‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ه‬‫ُو‬‫ج‬ُ‫و‬ ‫وا‬ُ‫م‬‫ي‬ِ‫ق‬َ‫أ‬َ‫و‬ ۖ ِ‫ْط‬‫س‬ِ‫ق‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫ر‬َ‫م‬َ‫أ‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫د‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ۚ َ‫ين‬َ‫ُون‬‫د‬‫ُو‬‫ع‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫أ‬ Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)". juga sebagai cara untuk memotivasi diri. Sebagai contoh, saat apa yang dilakukannya tidak mendapat apresiasi yang layak baik secara moril maupun materil. Empat kriteria di atas apabila dimiliki oleh seorang santri akan menjadikanmahasiswa yang bersangkutan sebagai figur yang tidak hanya dikagumi dan diteladani karena akhlaknya yang mulia, tapi juga sebagai figur yang akan membuat langkah-langkah yang memiliki manfaat besar besar bagi lingkungan sekitarnya. Inisiatif dan langkah inovatifnya akan menjadi terobosan baru untuk mencapai kemaslahatan dan kesejahteraan umat yang lebih luas.
  • 26. A. Karakteristik Pembelajaran Inovatif Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman dan keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar apa faktor-faktor penunjang, menggunakan strategi atau metode melaksanakan perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan, karakteristik tersebut meliputi : 1. Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dapat memberikan manfaat atau keuntungan, bagi penerimanya, yang dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, prestise sosial, kenyamanan, kepuasaan dan lainnya 2. Konfirmanilitas/Kompatibel (Compatibility), ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (value), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. 3. Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran atau kerumitan untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Trialabilitas (Trialability), ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. 4. Dapat diamati (Observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat. Adapun beberapa kemampuan bidang yang dapat diamati, diantaranya : manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media pembelajaran, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum,dll.
  • 27. B. Model-model Pembelajaran Inovatif 1. Model Examples Non Examples Contoh dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi Dasar. Langkah-langkah : Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Kesimpulan. 2. Picture And Picture Langkah-langkah : Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai Menyajikan materi sebagai pengantar Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai Kesimpulan/rangkuman.
  • 28. 3. Numbered Heads Together Langkah-langkah : Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain Kesimpulan. 4. Cooperative Script Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian- bagian dari materi yang dipelajari Langkah-langkah : Guru membagi siswa untuk berpasangan Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar : a. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap b. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnyaBertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru Penutup.
  • 29. 5. Kepala Bernomor Struktur Langkah-langkah : Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain 6. Student Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995) Langkah-langkah : Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll) Guru menyajikan pelajaran Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu Memberi evaluasi Kesimpulan.
  • 30. 7. Jigsaw (Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978) Langkah-langkah : Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi Guru memberi evaluasi Penutup. 8. Problem Based Instruction (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah) Langkah-langkah : Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. *Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
  • 31. 9. Artikulasi Langkah-langkah : Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Guru menyajikan materi sebagaimana biasa Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa Kesimpulan/penutup. 10. Mind Mapping Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban Langkah-langkah : Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
  • 32. 11. Make – A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994) Langkah-langkah : Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban Setiap siswa mendapat satu buah kartu Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya Demikian seterusnya Kesimpulan/penutup 12. Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985) Langkah-langkah : Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa Guru memberi kesimpulan Penutup
  • 33. 13. Debat Langkah-langkah : Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang diinginkan. C. Pentingnya Pembelajaran Inovatif Daya kreativitas dan inovasi secara alamiah telah dimiliki oleh setiap orang. Namun tumbuh dan berkembangnya pada setiap orang ini akan berbeda tergantung dari kesempatan masing-masing untuk mengembangkannya. Pengembangan atau tumbuhnya dengan subur kreativitas dan inovasi pada setiap orang atau sehubungan dengan pekerjaan guru adalah dengan adanya latihan yang berkesinambungan. Latihan ini harus dibarengi pula dengan penanaman sikap dan nilai yang luhur, yaitu sikap seorang ilmuwan dan nilai yang berlandaskan pada IMTAQ. Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dilakukan oleh guru. Dengan adanya inovasi pembelajaran maka kita sebagai calon guru sebaiknya dapat belajar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menggairahkan, dinamis, penuh semangat, dan penuh tantangan. Suasana pembelajaran seperti itu dapat mempermudah peserta didik dalam memperoleh ilmu dan guru juga dapat menanamkan nilai-nilai luhur yang hakiki pada peserta didik untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran.
  • 34. KESIMPULAN Mujahadah an-Nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata, yakni mujahadah yang artinya kesungguhan dalam mengendalikan sesuatu dan an-Nafs yang artinya diri pribadi. Jadi, mujahadah an-Nafs adalah kesungguhan dalam mengendalikan diri pribadi atau sikap kontrol diri. Sikap kontrol diri atau mujahadah an-Nafs adalah satu sikap yang diajarkan Islam agar manusia mampu menjadi pribadi yang tidak selalu mengedepankan hawa nafsu dan emosinya dalam menjalani kehidupan Musabaqah fil khoiroh ( upaya dalam menuju kebaikan ), dalam memulai sebuah kebaikan memang terkadang ada saja yang membuat perasaan untuk menunda-nunda. Tapi bukan berarti kita tidak bisa memaksa untuk mecoba dan terus mencoba untuk selalu berbuat kebaikan. Semua itu memang harus dilakukan sedikit demi sedikit dan sering dilakukan agar kita terbiasa nantinya. Etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan. Prinsip dasar etos kerja dalam islam : 1. Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan) baik dari jenis pekerjaan maupun cara menjalankannya. 2. Bekerja agar tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-mas’alah). Sebagai orang beriman dilarang menjadi beban hidup orang lain (benalu). 3. Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi). Karena memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, dan melaksanakannya juga termasuk dalam jihad. 4. Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi). Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam melarang kaum beriman bersikap egois. Dinamis berasal dari kata dynamic artinya : bergerak. Dalam istilah Al-quran dinamis itu identik dengan AL-INSAN yang artinya manusia yang diambil dari kataunasun artinya jinak dan harmonis atau dari kata nasiya artinya lupa,atau daeri kata na’sun artinya pergerakan atau dinamis. Beberapa sifat yang dimiliki orang yang dinamis adalah : 1. Bersungguh-sungguh, sehingga cepat dalam berpikir dan bertindak 2. Tidak mau berdiam terlalu lama di suatu persoalan 3. Cepat beradaptasi terhadap suatu kondisi dan perubahan Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman dan keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar apa faktor-faktor penunjang, menggunakan strategi atau metode melaksanakan perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan. Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan harus dimiliki atau dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan lebih hidup dan bermakna. Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran merupakan salah satu penunjang akan munculnya berbagai inovasi-inovasi baru.